assalamu alaikum,
Apa yang kalian ungkapkan benar adanya,namun karena ini  meng atas namakan 
pemerinah gorontalo saya berhak angkat bicara sebagai warga gtlo (kalo 
independen terserah kali moandulu ,mobutu ,terserah huliloma'o, wololo habari 
oslan)  : alangkah baik nya dari sekarang kita coba memperbaiki bukan  untuk 
sekedar gaga gagahan ,sejak jaman dulu kebudayaan dan berbagai macam pernak 
perniknya hanya sebagai pelengkap acara serimonial saja termasud penghargaan 
bukan sebagai sesuatu dari bagian hidup masarakat gtlo secara terus menerus dan 
hanya di batasi dengan hanya sewindu , fadel aja dapat apa dalam sewindu?? cuma 
jagung dan jagung ,seharusnya ada motivasi tersendiri dari  pemprov untuk 
mengangkat seni dan budaya menjadi suatu urat nadi pelaku pelaku seni budaya di 
gtlo dihargai dalam satu proses kesempatan yang akan membukakan mereka dari 
keterbatasan segala galanya di support hingga mereka sendiri mampu berdiri dan 
percaya diri tampil di depan
 masaraktnya sendiri. 
Tidak seperti risno diundang acara2 besar seluruh negri besoknya ngamen di 
pasar,(bo di du'u bututu wolito tingoli pejabat termaksud te fadel te after 
samua???) apalagi kase penghargaan hanya prestasi orang perorang, tapi tak  
pernah memberi ruang untuk budaya dan seni berinterkasi dengan masyarakatnya 
mereflesikan diri mereka atas kemampuan mereka .
maaf bung andre kita bukan membahas bagusnya suatu pendapat dari sikap dewasa 
atau tidak atau pasrah dan membentuk tandingan yang lebih indenpendin, tapi 
kita mengkritik dan tegas mengatakan ini tidak bisa di biarkan terus menerus 
karena biaya penghargaan dan operasional memakai uang rakyat dana yang di 
himpun dari pajak rakyat , dan ini proyek buat mereka tidak berebeda jauh 
dengan acara sewindu di TIM semua pakai uang rakyat,dengar2 di makassar juga 
akan ada serimonial fadel, kita harus wajib menuntut hasil dan  kerja mereka,di 
tangan kitalah kontrol terhadap kebijakan 2 kebijakan mereka.
semua yang kita kritik dan kita  lakukakan untuk kita juga seperti : karya2 
satra ibu farha daulima tidak hanya sebatas buku2 yang terkoleksi di atas rak 
rak , tapi sebaiknya di sebarkan dan di ajarkan di lembaga2 pendidikan hingga 
membentuk generasi yang cinta akan budaya sendiri.membentuk generasi yang 
membentengi budaya2 luar yang tidak baik.
harus ada solusi kedepannya mau seperti apa?
ada pemikiran lain? , perencanaanya seperti apa? 
coba semua yang ada di milis meberi usulan yang bagus saya yakin kalian semua 
hebat2 dan pintar2 dengan intelektual yang sangat tinggi. dulolo 
uti................

--- Pada Jum, 27/2/09, andrekasim <andreka...@yahoo.co.id> menulis:

Dari: andrekasim <andreka...@yahoo.co.id>
Topik: Re: [GM2020] Mereka itu siapa? Jempol untuk bung Heru
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Jumat, 27 Februari, 2009, 2:00 AM






JEMPOL UNTUK BUNG HERU...!

Mencermati diskusi tentang "buntut" penganugrahan ILOMATA maka tanggapan dari 
bung Heru sangat dewasa dan lebih netral dan memberikan contoh - contoh yang 
kongkrit seperti Ramos Horta peraih Nobel Perdamaian, Pelukis Affandy  bahkan 
Van Gogh.

Contoh yang sangat pas untuk kasus yang sama. 

Simak saja pernyataan beliau:

Jadi marilah kita lebih dewasa dalam mensikapi sebuah keputusan penganugrahan 
sebuah penghargaan semacam ini.

KALAU KITA TIDAK PUAS dengan institusi/panitia penyelenggara, .. ya mari kita 
BIKIN SENDIRI LEMBAGA YANG LEBIH INDEPENDEN penilaiannya dalam memberikan 
penghargaan- penghargan  kepada orang-orang yang menurut kita LEBIH PANTAS 
menerimanya. Toh tidak akan ada yang melarang kita  memberikan penghargaan.


Penghargaan, Anugrah atau apapun namanya bukan segalanya.  Prestasi pencapaian 
tertinggi seorang manusia bukan dari pengakuan lembaga tetapi pengakuan secara 
informal dari masyarakat umum juga merupakan ANUGRAH DAN PENGHARGAAN TERTINGGI.

Biarlah masyarakat umum yang menilai karya - karya seni yang dihasilkan oleh 
seniman Gorontalo. Demikian halnya postingan bapak -bapak yang menanggapi 
anugrah tersebut biarlah milist yang ikut menilainya.


AKAS






--- In gorontalomaju2020@ yahoogroups. com, HERU <heruawahyudhy@ ...> wrote:
>
> Bapak-bapak, DISKUSI INI MENARIK SEKALI,saya tidak menyalahkan dan 
> membenarkan argument masing-masing, sama-sama ada benarnya.
> Setiap bentuk penghargaan, apalagi penghargaan di bidang seni tentu ada 
> pro dan kontranya. baik itu tingkat lokal
> dari RT sampai di kancah internasionl pun tidak pernah lepas dari hal 
> semacam ini. meskipun pihak penyelenggara
> kebanyakan mengklaim dirinya objektif dan menggunakan parameter yang 
> dapat di pertanggung- jawabkan.
> 
> Mari kita tengok misalnya penghargaan Nobel sastra misalnya, ketika 
> Pramoedya menjadi nominatornya,
> atau lihatlah respon pemerintah dahulu ketika Jose Ramos Horta yang 
> dicap sebagai dedengkot Anti Integrasi,
> menjadi Pemenang Nobel Perdamaian.
> 
> Jadi marilah kita lebih dewasa dalam mensikapi sebuah keputusan 
> penganugrahan sebuah penghargaan semacam ini.
> KALAU KITA TIDAK PUAS dengan institusi/panitia penyelenggara, .. ya mari 
> kita BIKIN SENDIRI LEMBAGA YANG
> LEBIH INDEPENDEN penilaiannya dalam memberikan penghargaan- penghargan 
> kepada orang-orang yang menurut kita
> LEBIH PANTAS menerimanya. Toh tidak akan ada yang melarang kita 
> memberikan penghargaan.
> 
> Saya ingin menegaskan, bahwa jika saat ini kita tidak mendapat 
> penghargaan jangan merasa bahwa karya seni kita tidak bernilai.
> TAPI mungkin saja besok, tahun depan atau diabad-abad mendatang karya 
> seni kita bisa di hargai orang .
> Lihatlah biografi Van Gogh.. karya seninya baru di hargai setelah dia 
> meninggal ratusan tahun kemudian .
> Ketika Van Goh masih hidup tidak ada satu orang kurator senipun 
> menganggap karya seninya bernilai. artinya-TIDAK LAKU PADA JAMANNYA-ATAU 
> BUDAYA YANG BERLAKU SAAT ITU.
> 
> Kesimpulannya marilah kita ingat kembali bahwa seni adalah bentuk 
> ekspresi yang dicurahkan dari dalam
> 
> jiwa manusia, disampaikan dalam berbagai bentuk dan diterima oleh indra
> 
> Jadi di dalam setiap manusia memiliki jiwa seni dan berbeda-beda karena 
> setiap orang diciptakan
> 
> tidak ada yang sama dan hasil penilaian terhadap karya seni BERBEDA satu 
> sama lain karena pengalam kejiwaan berbeda dan bagaimana
> dia mengapresiasi seni juga berbeda.
> 
> 
> 
> Dalam mengekspresikan seni tentulah sangatlah berpengaruh karena akan 
> menentukan karakter dan corak dari seni yang dihasilkan. Keindahan dari 
> sebuah seni tentulah harus didukung akan kemampuan seseorang dalam 
> mengolahnya agar seni tersebut dapat dinikmati oleh orang lain.
> 
> 
> 
> Seorang seniman tentulah mengerti apa yang hendak dilakukan dan 
> dikerjakannya. Dimana semuanya dilakukan untuk idealis kepuasan dirinya
> 
> sendiri. Sehingga orang lain yang menikmati hasil seni tersebut dapat 
> merasakan kepuasan yang dirasakan
> 
> oleh seniman tersebut.
> 
> 
> 
> Tapi sangat disayangkan karena banyak "SENIMAN JADI-JADIAN" dimana 
> menghasilkan karya hanya demi sebuah popularitas bukan suatu keindahan.
> 
> Lebih parahnya para "seniman jadi-jadian" tersebut mencoreng akan arti 
> sebuah seni dan demi sebuah popularitas mereka lupa akan siapa diri mereka.
> 
> Mengapa kita tidak belajar dan mencontoh dari almahrum Affandi Maestro 
> Seni Lukis Indonesia. Walaupun terkenal
> 
> ia menjuluki dirinya sendiri adalah Pelukis Kebo (pelukis bodoh) dan 
> merasa senang mengambar karena dengan coretan-coretan gambar Affandi 
> dapat mengungkapkan perasaannya. Sebelum sebelum terkenal ia pernah 
> bekerja sebagai pelukis poster bioskop yang mana menunjukan bahwa
> 
> ia memiliki kemampuan untuk melukis bukan hanya sekedar jadi-jadian.
> 
> 
> Demikian, Bapak bapak anda sama-sama benar, marilah kita lebih fokus 
> bagaiman seni, budaya dan kearifan lokal gorontalo bisa lestari dan 
> semua bangsa bisa menikmati dan merasakan manfaatnya, perkenalkan saya 
> salah satu pengagumnya. .. salah satunya seperti Payango (mirip fengsui 
> di cina).... sayangnya hampir punah.
> 
> Salam
> Heru
> 
> 
> 
> > Pa Balimbo....
> >
> > * Saya berharap anda tidak mencampur adukan persoalan, jangan
> > terlalu sempit berfikir bahwa dengan penganugrahan kemudian anda
> > jadikan tolok ukur pelestarian budaya (ngaco kamu).
> > * Anda harus membedakan antara seni dan budaya, masing-masing ada
> > kategorinya, untuk Arthur Galuanta itu masuk kategori kesenia,
> > untuk Risno Ahaya saya fikir perlu juga mendapat apresiasi namun
> > karyanya harus mengunguli Ibu Farha Daulima dan Prof. Dr. Mansur
> > Pateda yang masuk pada kategori yang sama.
> > * Ketidakpuasan anda itu adalah hak anda, pada dasarnya semua
> > menginginkan yang terbaik, asal saja jangan terlalu mengangap
> > pendapat sendiri paling benar, kita punya tim yang bekerja,
> > tidak seperti yang anda bayangkan, sebaiknya jadi orang jangan
> > selalu berfikir negatif terhadap karya orang lain.
> > * Elenge tidak akan pernah kehilangan maknanya, yang ada hanyalah
> > kreasi yang dilakukan seorang musisi untuk memenuhi standar
> > perlombaan ditingak dunia dan justru sebuah penghargaan diliat
> > dari nilai seninya sehingga mengunguli negara-negara didunia,
> > dimana elengge ini dibuat dalam durasi 15 menit tanpa terputus,
> > sementara semua peserta yang ikut pada saat itu menggunakan
> > waktu 15 menit dengan beberapa lagu yang dibawakan sehingga
> > elengge menjadi lagu yang pertama kali didunia dengan durasi 15
> > menit, elengge memang sudah perna ada di Gorontalo, tetapi
> > berbeda dengan elengge hasil karya Arthu Galuanta (hasil survei
> > tim dan semua mempunya bukti) inilah nilai originalnya.
> > * Selama ini saya belum menemukan orang merubah budaya seperti
> > yang anda tuduhkan kepada orang yang telah mengharumkan nama
> > Gorontalo tetapi perubahan nilai-nilai budaya datang secara
> > alami seiring dengan perjalanan waktu.
> > * Kalau anda berniat membantu Risno Ahaya itu bagus, saya pribadi
> > sangat mendukung, bisa jadi andalah yang akan mendapatkan
> > penghargaan karena telah menyelamatkan orang yang kamu sendiri
> > mengangap dia seorang gembel....
> > * Saya ingin berkenalan dengan bapak kalau tidak ingin dikatakan
> > pengecut.... .
> >
> >
> > Trima kasih Arter Datunsolang
> > 
> >
> >
> > ------------ --------- --------- --------- --------- --------- --------- 
> > ------
> > *From:* Balimbo Ilahua balimbo_lidumbe@ ...
> > *To:* gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
> > *Sent:* Wednesday, February 25, 2009 6:29:07 PM
> > *Subject:* [GM2020] Mereka itu siapa?
> >
> > *budayaku *
> >
> > Anugrah itu bukan untuk gaga gagahan, sok memperhatikan budaya seni 
> > dan memberi penghargaan segala, anugrah itu sebaikya di berikan untuk 
> > memperbaiki apresiasi masyarakat kita terhadap budayanya sendiri 
> > ,Budaya Gtlo,
> >
> > Anugrah itu harus di berikan untuk memperbaiki taraf hidup orang yang 
> > telah mengabdikan hidupnya untuk konssitensi dalam pelestarian budaya 
> > bukan karena dengan alasan karya tidak original menjadi alasan sangat 
> > mendasar lalu menghilangkan pengabdian orang tersebut.
> >
> > Kalo mau jujur saya sangat2 kecewa dengan cara pemrov atau seperti 
> > bung arter dalam memberikan perhatian terhadap pelestaian budaya 
> > mereka sendiri.
> >
> > Banyak sekali budaya2 kita di rombak di jungkir balikan di frandel 
> > dengan alasan kreasi dan modernisasi , lalu di poles sedemikian rupa 
> > hingga ruh dan auranya hilang terbawa keangkuhan perubahan2 yang 
> > menggusur nilai2 luhur budaya aslinya yang penuh makna arti yang 
> > sakral yang telah berlaku dan lestari secara turun temurun,
> >
> > 
> >
> > Orang tua2 kita mungkin sangat kecewa melihat apa yang telah di 
> > lakukan generasi sekarang generasi plastic yang instant yang terpaku 
> > pada kemewahan dgn segudang prestasi hingga ke luar negri, dengan 
> > tingkah mereka yang sok elegan sehingga berhak merubah semua jenis 
> > tarian dan budayanya, anda liat tari elengge di mana originalnya bila 
> > anda mengatakan dan mengungkit masalah orginalnya , awal dan 
> > akhirannya saja itu tarian elengge di tengah tengahnya habis habis di 
> > perkaos seenaknya,
> >
> > sedih hati saya menyaksikannya
> >
> > pertanyaannya inikan budaya kita? apa yang akan kita wariskan ke anak 
> > cucu kita?
> >
> > Apakah budaya yang sudah jauh dari panggangnya? Apakah budaya yang 
> > telah mengalami /metamorfosis/ mengikuti alur modern.
> >
> > dan herannya dengar2 dapat penghargaan? .
> >
> > 
> >
> > Kapan kapan saya ajak risno ke luar negri Astralia, Otawa, Canada, 
> > Tokyo, dan saya akan coba rangkum semua karyanya dalam satu jurnal 
> > dengan cover yang ekslusif yang saya pasarkan di toko2 on line seluruh 
> > dunia .
> >
> > Tak lupa memberikan busana tuxedo yang apik bak jamesbond 007 biar 
> > tampak gentel di setiap kesempatan penampilannya.
> >
> > Semoga bung after memasukannya dalam nominasi untuk tahu n2010.
> >
> > Dan tidak lagi menganggapnya sebagai gembel dari pasar kepasar , dan 
> > tidak lagi mempertimbangkan denga seribu alasan yang penuh kemunafikan.
> >
> > 
> >
> > Semoga bung After….
> >
> > 
> >
> >
> > 
> >
> >
> > ------------ --------- --------- --------- --------- --------- --------- 
> > ------
> > Pamer gaya dengan skin baru yang keren.
> > Coba Yahoo! Messenger 9.0 baru sekarang! 
> > <http://sg.rd. yahoo.com/ id/messenger/ maxwell/* http://id. messenger. 
> > yahoo.com/> 
> >
> >
> >
>
















      Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! 
memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

Kirim email ke