Assalamu'alaykum WrWb.   Insightful article. Mudah2an berguna,
      Nothing Impossible Rabu, 17 Desember 2008 06:00
penulis :
Zainal Abidin PHD (Bukan Philosophy Doctor hasil sekolah S3, tetapi
Permanent Head Damage)

dari situs warnaislam.com <http://warnaislam.com/>



Ia memiliki pasokan makanan yang cukup untuk lima hari, sebuah Alkitab
dan The Pilgrim's Progress (dua hartanya), sebuah kapak kecil untuk
melindungi diri dan selembar selimut lusuh. Dengan barang-barang ini,
Legson Kayira bersemangat memulai perjalanan hidupnya. Ia akan berjalan
dari desanya di Nyasaland, ke utara menyeberangi padang gurun Afrika
Timur ke Cairo, di mana ia akan menumpang sebuah kapal ke Amerika untuk
mendapatkan sebuah pendidikan di perguruan tinggi. Ia sama sekali tidak
tahu, di mana Amerika!



Ketika itu adalah bulan Oktober 1958. Legson berusia enam belas atau
tujuh belas tahun. Orang tuanya tidak berpendidikan dan tidak tahu
persis di mana atau seberapa jauhkah Amerika dari tempat mereka tinggal.
Dengan enggan mereka memberikan restunya atas perjalanan Legson.

Bagi legson, itu merupakan suatu perjalanan yang berasal dari suatu
impian, tidak peduli betapa menyesatkan, yang menguatkan tekadnya untuk
mendapatkan suatu pendidikan. Ia ingin seperti pahlawannya, Abraham
Lincoln, yang telah bangkit dari kemiskinan untuk berjuang tanpa kenal
lelah untuk membantu membebaskan para budak lalu menjadi presiden
Amerika. Ia ingin seperti Booker T Washington, yang telah melepaskan
diri dari belenggu perbudakan untuk menjadi seorang tokoh reformasi dan
pendidikan hebat di Amerika, memberikan harapan dan martabat kepada
dirinya sendiri dan kepada rasnya.



Seperti model-model peran yang hebat ini, Legson ingin melayani umat
manusia, untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda di dunia. Untuk
meralisasikan sasarannya, ia memerlukan suatu pendidikan kelas satu. Ia
tahu bahwa tempat terbaik untuk mendapatkannya adalah Amerika.

Lupa bahwa Legson tidak mempunyai uang atas namanya sendiri atau suatu
cara untuk membayar ongkos perjalanannya.



Lupa bahwa ia tidak tahu perguruan tinggi apa yang akan ia masuki atau
apakah ia akan diterima.

Lupa bahwa Cairo berjarak 3.000 mil dari Amerika dan di antaranya ada
ratusan suku yang berbicara lebih dari lima puluh bahasa yang berbeda,
yang tidak satupun penduduknya dikenal Legson.

Lupakan semua itu. Legson melupakannya. Ia harus melupakannya. Ia
mengesampingkan segala sesuatu dari benaknya kecuali impian untuk sampai
ke negeri di mana ia bisa membentuk nasibnya sendiri. Amerika adalah
negeri impiannya. Dengan kemampuannya, ia mulai melakukan sesuatu.




Ia tidak selalu memiliki tekad yang kuat. Sebagai seorang pemuda, ia
kadang-kadang menggunakan kemiskinannya sebagai suatu alasan untuk tidak
berbuat yang terbaik di sekolah atau untuk tidak menyelesaikan sesuatu.
Saya hanyalah seorang anak miskin, katanya kepada dirinya sendiri. Apa
yang bisa saya lakukan ?



Seperti banyak teman-temannya di desa, mudah bagi Legson untuk meyakini
bahwa belajar merupakan suatu pemborosan waktu bagi anak miskin dari
kota Karongo di Nyasaland. Lalu dalam buku-buku yang diberikan oleh para
misionaris, ia menemukan Abraham lincoln dan Booker T Washington.
Kisah-kisah mereka memberikan inspirasi kepadanya untuk memimpikan
hal-hal yang lebih besar untuk hidupnya, dan ia menyadari bahwa
pendidikan merupakan langkah pertamanya. Jadi ia menciptakan gagasan
untuk perjalanannya ke Cairo.



Setelah lima hari penuh menyusuri wilayah Afrika yang sulit, Legson
hanya bergerak sejauh 25 mil. Ia sudah kehabisan makanan. Airnya habis,
dan ia tidak mempunyai uang. Menyelesaikan perjalanan yang masih 2.975
mil lagi tampak merupakan hal yang mustahil. Namun jika ia kembali
berarti ia menyerah, menyerahkan dirinya kepada suatu kehidupan yang
penuh kemiskinan. Seumur hidup.

Saya tidak akan berhenti sampai menginjak Amerika, janjinya kepada
dirinya sendiri. Atau saya mati dalam usaha saya. Ia terus melangkah
maju.



Kadang-kadang ia berjalan bersama-sama orang asing. Kebanyakan ia
berjalan sendirian. Ia memasuki setiap desa baru dengan hati-hati, tidak
mengetahui apakah penduduk setempat bersifat bermusuhan atau ramah.
Kadang-kadang ia menemukan pekerjaan dan tempat berlindung. Seringkali
ia harus tidur beratapkan langit. Ia mencari buah-buahan liar dan berry
tanaman-tanaman lain yang bisa dimakan. Ia menjadi kurus dan lemah.



Suatu hari ia terserang demam dan ia merasa kondisinya sangat lemah.
Orang-orang asing yang baik hati mengobatinya dengan obat-obatan herbal
dan menawarinya tempat untuk beristirahat dan memulihkan kesehatannya.
Merasa khawatir dan lemah semangat, Legson mempertimbangkan untuk
pulang. Mungkin lebih baik jika ia pulang, demikian pertimbangannya
daripada melanjutkan perjalanan yang tampak konyol ini dan
mempertaruhkan kehidupannya.



Namun kemudian Legson kembali membuka kedua bukunya, membaca kata-kata
yang telah sangat dikenalnya, yang memperbarui semangatnya. Ia
meneruskan perjalanannya. Pada tanggal 19 Januari 1960, lima belas bulan
setelah ia memulai perjalanannya yang penuh bahaya, ia telah
menyeberangi hampir seribu mil ke Kampala, ibukota Uganda. Sekarang
badannya bertumbuh semakin kuat dan lebih bijaksana dalam cara-caranya
mempertahankan hidup. Ia tinggal di Kampala selama enam bulan, melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang aneh dan menghabiskan setiap waktu luangnya di
perpustakaan untuk membaca dengan penuh gairah.



Di perpustakaan itu ia menemukan sebuah direktori bergambar yang memuat
daftar perguruan-perguruan tinggi Amerika. Secara khusus sebuah gambar
menarik perhatiannya. Gambar itu mengilustrasikan sebuah institusi yang
megah namun tampak ramah, berdiri di bawah langit biru, dihiasi air
mancur dan halaman rumput, dan dikelilingi oleh pegunungan yang megah,
yang mengingatkan dia tentang puncak-puncak gunung yang luar biasa di
kampung halamannya di Nyasaland.



Skagit Valley College di Mount Vernon, Washington, menjadi gambaran
kongkret pertama dalam pencarian Legson yang tampak mustahil. Ia segera
menulis ke Dekan sekolah tersebut menjelaskan situasinya dan meminta
beasiswa. Takut ia mungkin tidak diterima di Skagit, Legson memutuskan
untuk menulis ke sebanyak mungkin perguruan tinggi sesuai dengan dana
yang dimilikinya.

Ternyata itu sebenarnya tidak perlu dilakukannya. Dekan di Skagit begitu
terkesan dengan tekad Legson sehingga ia tidak hanya menerima Legson,
namun juga menawarkan suatu beasiswa dan pekerjaan sehingga ia bisa
membayar biaya untuk tempat tinggal.



Satu lagi impian Legson menjadi kenyataan, namun masih banyak rintangan
yang menghalangi jalannya. Legson memerlukan sebuah paspor dan visa,
namun untuk mendapatkan paspor, ia harus menginformasikan tanggal lahir
resminya kepada pemerintah. Lebih buruk lagi, untuk mendapatkan visa ia
memerlukan tiket pulang pergi ke Amerika Serikat. Sekali lagi ia
mengambil pulpen dan kertas, dan menulis surat kepada para misionaris
yang telah mengajarnya sejak kanak-kanak. Mereka membantu pengurusan
paspor melalui saluran-saluran kepemerintahan. Akan tetapi Legson tetap
belum mempunyai biaya untuk membeli tiket yang dibutuhkan untuk memohon
visa.



Tidak berkecil hati, Legson melanjutkan perjalanannya ke Cairo dengan
meyakini bahwa entah bagaimana ia akan mendapatkan uang yang diperlukan.
Ia begitu percaya diri sehingga ia menggunakan tabungan terakhirnya
untuk membeli sepasang sepatu sehingga ia tidak harus berjalan melalui
pintu Skagit Valley College dengan bertelanjang kaki.



Bulan demi bulan berlalu, dan berita tentang perjalanannya yang penuh
keberanian mulai tersebar. Ada waktu ia sampai di Khartoum, kehabisan
uang dan merasa lelah, legenda Legson Kayira telah menyebar melalui
lautan antara benua Afrika dan Mount Vernon, Washington. Para mahasiswa
di Skagit Valley College, dengan bantuan dari masyarakat lokal,
mengirimkan $ 650 untuk menutup ongkos tiket Legson ke Amerika.



Ketika ia mengetahui kemurahan hati mereka, Legson jatuh berlutut dalam
kelelahan, sukacita dan rasa syukur. Pada bulan Desember 1960, lebih
dari dua tahun setelah perjalanannya dimulai, Legson tiba di Skagit
Valley College. Membawa dua bukunya yang berharga, ia dengan bangga
melewati pintu masuk yang menjulang tinggi di institusi tersebut.



Namun Legson tidak berhenti ketika ia lulus. Meneruskan perjalanan
akademisnya, ia menjadi profesor ilmu politik di Cambridge University di
Inggris, dan menjadi penulis yang dihormati di mana-mana.



Seperti para pahlawannya, Abraham Lincoln dan Booker T Washington,
Legson Kayira bangkit dari kondisi awalnya yang sangat sederhana dan
menciptakan nasibnya sendiri. Ia melakukan suatu yang berbeda di dunia
ini dan menjadi sebuah mercusuar yang sinarnya tetap bercahaya sebagai
panduan bagi orang lain yang mengikutinya.



Legson Kayira kembali menjadi saksi hidup, bahwa Tuhan hanya bisa
mengangguk atas keinginan besar dari seseorang yang berani membayar
mahal harga kesuksesannya. Nothing Impossible.



(Unstoppable, Cynthia Kersey)







Biodata sekilas penulis





Zainal Abidin, Betawi tulen.  Akrab dipanggil Jay. Lahir di Jakarta, 20
Oktober 1968. Pendidikan dasar dan menengahnya diselesaikan di Jakarta.
Lepas SMA, ia memutuskan melanjutkan pendidikan tingginya di luar kota
kelahirannya. Purwokerto adalah pilihannya.  Setelah empat tahun hidup
terpisah dari keluarga, dengan segala suka dukanya, Ia berhasil lulus
dari Fakultas Peternakan Universitas Jendral Sudirman dengan 4 gelar
sekaligus yaitu lulus tercepat, lulus termuda, IP tertinggi dan
terpopuler. Sebelum lulus, 1991 sempat dinobatkan menjadi Mahasiswa
Teladan antar Perguruan Tinggi se-Indonesia.



Sekembalinya dari Melbourne, Australia, dimana ia memperdalam pendidikan
di bidang Perdagangan Internasional sekaligus belajar ilmu kehidupan, ia
memulai karirnya sebagai konsultan bisnis.  Sebuah situs Islam
mengakomodasinya secara Gratisan menjadi konsultan dan penjaga gawang
Klinik Bisnis selama hampir 5 tahun. Seiring dengan waktu mulai jadi
motivator, dan sedikit naik pangkat jadi inspirator.



Terakhir, Ia diberi mandat oleh Dompet Dhuafa Republika untuk memimpin
Institut Kemandirian, sebuah sekolah masa depan yang memiliki perhatian
dalam pengentasan pengangguran dan pemberantasan kemiskinan. Setiap
siswa, bisa belajar di sekolah ini tanpa dipungut biaya, sampai bisa
mandiri. Bisa bekerja dengan keterampilan yang dimiliki, bisa juga
berwirausaha sendiri. Jabatannya tidak tanggung-tanggung. REKTOR.



Tidak PD hanya dengan gelar sarjana peternakan, sejak 2005 ia
menambahkan embel-embel PHD di belakang namanya.  Bukan Philosophy
Doctor hasil sekolah S3, tetapi Permanent Head Damage.  Kepalanya memang
sudah rusak permanen.  Dan pekerjaan sehari-harinya memang merusak isi
kepala orang.



Sehari-hari ngantor di Techno School, Komplek Panasonic Manufacturing,
Jalan Raya Bogor KM 29 Jakarta Timur.  Setiap Senin, adalah hari airing
time baginya.  Pagi, jam 05.00 - 06.00, dia manggung di Radio Trijaya
104,6 FM dalam acara Mutiara Pagi.  Malamnya, ia pindah studio.  Radio
Suara Metro 107,8 FM menebar virus wirausaha ke seantero Jakarta jam
20.00 - 21.00 dalam acara Entrepreneur Genius.  Dari kawasan Semanggi,
ia bergeser ke jalan Merdeka Barat.  RRI Siaran nasional Pro 3 (88,8
FM).  Suaranya memecah malam Indonesia lewat acara Pojok Entrepreneur.

Baru-baru ini, ia menerbitkan sendiri buku tulisannya.  Sebabnya,
beberapa penerbit tidak bersedia menerbitkannya.  Judulnya, Monyet Aja
Bisa Cari Duit!  Sarkastis? Ya. Sepertinya bangsa ini sudah kebal dari
kata-kata inspirasi. Sudah kebal dari kata-kata motivasi. Mungkin kita
butuh teror mental. Itu sebabnya, Ia  tidak ingin jadi Motivator. Ia
tanggalkan profesi jadi Inspirator.  Ia mau jadi Teroris. Bukan dengan
cara meletakkan bom di badannya, dan meledakkannya di suatu tempat. Ia
ingin meneror mental para pengangguran, agar secepatnya mengambil
keputusan untuk mandiri.  Tidak menggantungkan nasib di tangan orang
tua, orang lain atau bahkan pemerintah. Jika mereka masih betah
menganggur, mohon maaf saja. Ia lebih hormat pada monyet dalam
pertunjukan topeng monyet, yang bisa menghasilkan uang sendiri sekaligus
menanggung biaya hidup tuannya.



Jay


Mental Surgeon Specialist



Bisa dihubungi di :

081 7654 4567
081 5889 3401

or...@pacific.net.id

jaytero...@warnaislam.com

www.jay-ideas.blogspot.com <http://www.jay-ideas.blogspot.com/>

www.zainalabidin.net <http://www.zainalabidin.net/>

YM : jayteroris

Reply via email to