KEEP SCROLLING....Ws.OH

abdul ayub wrote:
>
> beberapa puluh tahun lalu,ti O.H  olo masih kacili ?,mama masih polo
>
> polo?,kong ada sapu2 sapu di kapala?.(SAMBUNG DENG LAGU MANADO :PAPA 
> BUJU2 PA MAMA, MAR MAMA SO NYANDA MAU...HI HI )
>  
> cuma ada tanya , jangan marah, OH ,
>
> -
>

> -- Pada *Sab, 4/4/09, Razif Halik /<razifha...@gmail.com>/* menulis:
>
>
>     Dari: Razif Halik <razifha...@gmail.com>
>     Topik: Re: [GM2020] Politik Representasi dan Pemilu Kita
>     Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
>     Tanggal: Sabtu, 4 April, 2009, 3:25 AM
>
>     Funco,
>     Hasil pemikiran riset Anda mencerahkan saya.
>     Coba di cek : beberapa puluh tahun lalu, sy membaca di lectuur
>     Belanda,
>     bahwa Franz Fanon itu mati diracun pelan2 oleh CIA melalui  obat anti
>     kanker yang dideritanya. Pikiran2nya sungguh membahayakan  pemikiran
>     kapitalisme.Pernahkah Anda mendengarnya? Mungkin ada info di Google.
>
>     Wass.OH
>
>     Funco Tanipu wrote:
>     > *Politik Representasi dan Pemilu Kita*
>     >
>     > Banyak tingkah laku yang beragam dari masyarakat kita menjelang
>     Pemilu
>     > yang tinggal beberapa hari. Mulai dari Caleg, Aktifis, KPU, Panwas,
>     > hingga seniman sekalipun. Banyak pula kelompok massa yang berdalih
>     > mewakili aspirasi massa dan dipimpin oleh orator bak Fidel Castro
>     > menyampaikan aspirasi rakyat “yang diwakilinya”. Kerap bergaya
>     dengan
>     > elegan di depan ribuan massa “bayaran” dan sedikit “sok intelek”
>     > karena selalu mengatasnamakan rakyat yang ditindas, didominasi, dan
>     > sebagainya. Fenomena representasi seperti ini tersebut sering
>     terjadi
>     > di Gorontalo. Ini adalah penjajahan model baru yang sering
>     dinamakan
>     > “politik representasi”, sudah langka namun dapat bertahan hidup
>     karena
>     > selalu diinjeksi oleh yang berkepentingan.
>     >
>     > Representasi adalah penjajahan simbolik, sebagaimana Frantz Fanon
>     > mengatakan bahwa penjahahan simbolik selalu disertai dengan proses
>     > dominasi subyek terhadap obyek. Subyek yang dimaksud adalah mereka
>     > yang sering mengatasnamakan obyek. Jadi, penjajahan kontemporer
>     tidak
>     > serta merta berupa pemaksaan dengan fisik namun kekerasan sistemik
>     > yang dipraktikkan melalui pemaksaan pikiran subyek terhadap
>     obyek dan
>     > selalu merepresentasikan (generalisasi) ide obyek.
>     >
>     > Realitas di atas adalah bagian kecil dari politik representasi
>     > sehingga tepat kiranya dengan ungkapan Gayatri Chakravorty Spivak,
>     > seorang perempuan penganut poskolonial asal India, “Can the
>     subaltern
>     > speak?” (Dapatkah rakyat yang selalu direpresentasikan berbicara?).
>     > Dalam perspektif Heru Nugroho, rakyat kini mulai bosan ketika
>     sering
>     > direpresentasikan. Lebih lanjut tanya Heru, inikah yang dinamakan
>     > demokrasi? Apakah aspirasi rakyat selalu direpresentasikan oleh
>     kaum
>     > elite atau mereka yang selalu mengatasnamakan rakyat? Tidak adakah
>     > ruang bebas bagi rakyat untuk bersuara? Pada titik ini, Heru
>     Nugroho
>     > khawatir jikalau rakyat sudah merasa bosan diwakili karena memang
>     > selama ini mereka tidak terwakili.
>     >
>     > Pada ranah perubahan sosial, sebagaimana mengutip Heru Nugroho,
>     bahwa
>     > anggapan bahwa perubahan sosial merupakan pertarungan wacana,
>     > pemenangnya adalah para elite karena mereka yang menguasai
>     > sumber-sumber daya ekonomi politik. Namun perubahan sosial, menurut
>     > Heru, adalah kehidupan sehari-hari sehingga wacana yang harus
>     > dihadirkan dalam pertarungan adalah wacana awam. Perubahan sosial
>     > harus dilakukan menghadirkan wacana subaltern, bukan hanya
>     > menghadirkan wacana elite yang cenderung bias the will to power,
>     > aktivis yang bias proyek, dan pengamat yang bias popularitas media.
>     > Perubahan sosial harus menghadirkan wacana kaum yang
>     terpinggirkan dan
>     > selalu direpresentasikan stakeholders.
>     >
>     > Bagi Meuthia Ganie-Rochman, perilaku kelompok-kelompok yang selalu
>     > merepresentasikan rakyat demi tujuan kelompok ataupun pribadi
>     adalah
>     > karakteristik kelompok-kelompok yang dilahirkan dari rahim Orde
>     Baru
>     > dan terbawa hingga pasca-Orde Baru. Selama masa Orde Baru,
>     > kelompok-kelompok ini selalu mencari pengaruh atas proses politik
>     > dalam kerangka pemerintahan yang berkuasa. Meuthia mengadopsi
>     konsep
>     > dari tiga tujuan interaksi politik, yaitu otoritas (authority),
>     > representasi (representation), dan legitimasi (legitimation), untuk
>     > menjelaskan kekuatan pemerintahan Orde Baru dan pasca-Orde Baru.
>     > Ketika kita tarik konsep Meuthia ke dalam konteks Gorontalo, maka
>     > sangat wajar ketika partai politik, LSM, mahasiswa, lembaga adat,
>     > akademisi, dan berbagai kelompok sipil di Gorontalo percaya bahwa
>     > aspek legitimasi yang didapatkan dengan merepresentasikan rakyat
>     akan
>     > bisa menetralkan otoritas pemerintahan yang berkuasa.
>     >
>     > Lalu, apa yang akan kita lakukan? Dapatkah “kita” dibiarkan untuk
>     > selalu direpresentasikan? Gayatri Chakravorty Spivak sendiri lebih
>     > menekankan pada kemungkinan counter-knowledges dan
>     counter-hegemony.
>     > Semangat yang dapat kita petik dari Spivak adalah pentingnya
>     > mengembangkan wacana anti-dominasi sosial untuk mengeluarkan mereka
>     > yang selama ini hanya menjadi objek dari pengetahuan dan fantasi
>     > pelaku representasi.
>     >
>     > Penulis berharap agar Pemilu yang akan berlangsung beberapa hari
>     lagi
>     > ini akan menjadi pintu masuk untuk memformulasikan kembali struktur
>     > kekuasaan dan pengetahuan kita yang selama ini dijajah oleh wacana
>     > elite. Apalagi, Pemilu diandaikan oleh Benazir Bhutto ibarat kapal
>     > pesiar yang sangat indah dipandang ketika berlabuh di bandar,
>     tetapi
>     > seindah-indahnya kapal itu, tempatnya bukan di bandar melainkan di
>     > lautan luas untuk senantiasa mengantarkan penumpangnya.
>     Begitulah kita
>     > seharusnya melihat Pemilu yang hanya indah namun berlangsung
>     sehari,
>     > dan bukan sebagai akhir dari aktivitas demokrasi kita melainkan
>     awal
>     > dari proses panjang demokrasi itu sendiri.
>     >
>
>
>
>     ------------------------------------
>
>     Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links
>
>
>         (Yahoo! ID required)
>
>
>         mailto:gorontalomaju2020-fullfeatu...@yahoogroups.com
>     
> <http://id.mc761.mail.yahoo.com/mc/compose?to=gorontalomaju2020-fullfeatu...@yahoogroups.com>
>
>
>
>
> ------------------------------------------------------------------------
> Berselancar lebih cepat. 
> <http://us.lrd.yahoo.com/_ylc=X3oDMTFndmQxc2JlBHRtX2RtZWNoA1RleHQgTGluawR0bV9sbmsDVTExMDM0NjkEdG1fbmV0A1lhaG9vIQ--/SIG=11kadq57p/**http%3A//downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/>
> Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk Yahoo! otomatis membuka 2 
> halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka browser.Dapatkan IE8 di 
> sini! (Gratis) 
> <http://us.lrd.yahoo.com/_ylc=X3oDMTFndmQxc2JlBHRtX2RtZWNoA1RleHQgTGluawR0bV9sbmsDVTExMDM0NjkEdG1fbmV0A1lhaG9vIQ--/SIG=11kadq57p/**http%3A//downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/>
>  
>
> 

Kirim email ke