hukuman mati masih sulit dilaksanakan, karena undang2 kita belum mengarah 
kesana....dan lagi pula budaya gorontalo masih kental dgn azas kekeluargaan. 
Kita hrs punya ide yg bisa diterapkan...misalnya hukuman cambuk dimuka umum 
dilapangan taruna dan disiarkan langsung lewat tivi. Hukuman sperti ini paling 
tidak akan membuat malu dan efek jera bagi sikoruptor.
salam del



--- On Sun, 5/24/09, Razif Halik <razifha...@gmail.com> wrote:

From: Razif Halik <razifha...@gmail.com>
Subject: Re: Bls: Bls: [GM2020] Lingkungan & Gorontalo Kita
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sunday, May 24, 2009, 9:29 AM











    
            
            


      
      Saya orang ke-2 sesudah bung Toti yang setuju koruptor yang terbukti 

"memainkan" uang rakyat diatas 250 juta rupiah ditembak mati didepan 

umum (seperti waktu penjajahan Jepang, para pembunuh dikejar sampai 

dapat dan dipotong lehernya di depan umum di Gtlo) di lapangan Taruna 

dan foto2 dokumenter yang difoto oleh Kibor dan Rosyid, juga video oleh 

koresponden SCTV,MetroTV, TVRI dll. disebar keseluruh Indonesia sebagai 

contoh orang2 di Gtlo so meniru China. Urusan HAM? Itu bisa diatur....



salam&sori,OH



toti lamusu wrote:

>

>

> hampir setiap pagi saya suka jalan ke tpi ato tempat pelelangan ikan 

> di pabean . dalam perjalanan sepanjang jalan yos sudarso saya melihat 

> ada proyek reklamasi di sisi barat dari muara sungai bone .

>

> saya bingung ini proyek propinsi atau proyek pemda kota . dan apakah 

> sudah dipikirkan matang matang bahwa mempersempit muara sungai bone 

> yang sudah puluhan tahun tidak pernah dikeruk lagi apakah tidak akan 

> memperparah banjir ?

>

> kasus demi kasus di gorontalo ini terlihat tidak pernah diselesaikan 

> dengan benar dan memang tidak ada niat baik untuk menyelesaikan segala 

> kasus dengan tuntas , benar dan baik .

>

> proyek kanal untuk penanggulangan banjir kembali komisi 9 terjadi lagi 

> salah bayar . dulu di gorut juga terjadi kasus yang sama 'salah bayar' 

> . apakah mereka yang menentukan salah bayar ini masih memiliki hati 

> nurani ? koq uang negara/rakyat dihamburkan sia-sia dengan berulangnya 

> salah bayar sementara banjir membuat warga sangat dirugikan . sampai 

> kapankah salah bayar ini harus terjadi dan terjadi lagi ?

>

> apakah masih waras mereka yang duduk di dewan-dewan yang seharusnya 

> menciptakan kemakmuran bagi rakyat , ini koq malah menghamburkan uang 

> rakyat . ataukah menjadi sangka buruk dengan salah bayar , sekian 

> persen komisi akan masuk ke kantong-kantong mereka ?

>

> barangkali sudah seharusnya temuan dari penyelewengan ini , pelakunya 

> ditangkap , dilucuti kekebalan mereka dan kalau terbukti tidak sanggup 

> duduk di dewan , ditembak mati di muka umum . cina menjadi maju 

> sesudah mereka berani menangkap dan menembak mati para koruptor mereka .

>

> salam ,

>

> tot

> --- On *Thu, 5/21/09, basriamin /<basriamin@ yahoo. com>/* wrote:

>

>

>     From: basriamin <basria...@yahoo. com>

>     Subject: Re: Bls: Bls: [GM2020] Lingkungan & Gorontalo Kita

>     To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com

>     Date: Thursday, May 21, 2009, 2:50 PM

>

>     Ass Teman2,

>

>     Catatan pengalaman yg patut direnungi. Utk semua persoalan, memang

>     agk sulit kalau "kepedulian" tdk ada. Sikap peduli adalah modal

>     minimal utk hari ini dan hari esok yg lebih baik...

>

>     Meski demikian, mudah2an kita semua sependapat bahwa harapan tak

>     bisa kalah dgn keadaan yg ada. Selalu ada "jalan", dan selalu ada

>     "daya" bagi sebuah bangsa yg punya "jati diri", bagi sebuah bangsa

>     yg (pernah) punya sejarah perubahan, dan bagi bangsa2 yg punya

>     keyakinan bahwa masa depan harus diperjuangkan, dikerjakan dan

>     di-kawal.

>

>     Maaf, perkenankan saya agk menduga --berdasarkan bacaan2 saya

>     sejauh ini-- bahwa tampaknya perjalanan Gorontalo barulah sampai

>     pada berubahnya ukuran-ukuran waktu bernama nama-nama "tahun" dan

>     momen-momen yg muncul (memang) cenderung serba elitis: dari atas,

>     berharap ke atas, selalu dengan pihak2 di atas, dstt.

>

>     Daya cipta "kalangan tengah" tampaknya masih harus dikukuhkan.

>     Semangat utk berubah, atau dalam melakukan perubahan masih

>     ber-"nafas pendek"; dan semoga tdk keliru mengatakan bahwa:

>     orang-orang demikian mudah dikalahkan oleh arus-arus kepentingan

>     jangka pendek dan ritual2 birokratis/politis( ?).

>

>     Titik balik peradaban Gorontalo sungguh2 patut dipikirkan dan kita

>     renungi sama-sama. Semua pihak tentu punya pandangan dan

>     peran-perannya sendiri, meski tdk selamanya mudah di-juduli dan

>     dipastikan hasil2 praktisnya.

>

>     Ringkasnya, barangkali kita bisa menimbang2 utk memahami

>     "Gorontalo" bukan hanya sebuah "lokasi geografis", atau nama

>     kabupaten dan provinsi, tapi Gorontalo adalah "proyek" peradaban

>     yg belum selesai; masih harus dikerjakan dr generasi ke

>     generasi...Entahlah ?

>

>     Sekadar tambahan, Sam Ratulangie pernah berkata kpd bangsanya,

>     Minahasa: "...Saya tdk pernah khawatir Minahasa akn miskin, kita

>     punya alam yg kaya...yg saya takutkan adalah kalau bangsa saya

>     "kehilangan cita-cita".. ...."

>

>     Wass,

>

>     Basri

>

>     --- In gorontalomaju2020@ yahoogroups. com

>     </mc/compose? to=gorontalomaju 2020%40yahoogrou ps.com>, toti lamusu

>     <toti_lamusu@ ...> wrote:

>     >

>     > sebenarnya mereka yang duduk dan menjadi petinggi tidak peduli

>     dengan komentar kita anggota mailing list ini . untuk mereka yang

>     penting duit di payroll pemerintah dan segala tetek bengek jaminan

>     dan fasilitas jalan terus . so what !

>     >

>     > menyedihkan bahwa banyak hal di gorontalo tidak dibenahi sama

>     sekali .

>     >

>     > misal soal knalpot racing . jika anda baru tiba di gorontalo ,

>     ini sangat menyolok . duduk di terras rumah menjadi sangat

>     menjengkelkan ketika sedang ngobrol dan ada pengemudi motor dengan

>     knalpot racing lewat dan seolah tidak perduli sama sekali apakah

>     bunyi knalpot motornya menyakitkan telingan yang mendengar ato

>     tidak . keculai 'onu ito bungolo' . jadi dalam hal ini yang

>     'bungolo' siapa seh ? berarti semua perangkat yang duduk di

>     pemerintahan nggak peduli apakah gorontalo merupakan kota yang

>     nyaman atau tidak . masak untuk membenahi motol dengan knalpot

>     racing saja tidak sanggup ? dan ini sudah berlangsung

>     berbulan-bulan sejak zaman walikota botutihe .

>     >

>     > soal banjir , ini semakin menarik . kenapa ? jika anda ke pabean

>     , terlihat ada rencana reklamasi sisi barat dari daratan . saya

>     takutkan itu akan mempersempit muara sungai bone dan pada

>     gilirannya banjir akan semakin parah melanda gorontalo . dulu

>     sebelum daerah pluit juga direklamasi , dijamin katanya tidak

>     berdampak pada lingkungan . kenyataannya sekarang setiap hujan

>     dikit , kasihan warga sekitar pluit menjadi semakin menderita

>     dengan banjir yang datang setiap hujan turun dan surutnya

>     membutuhkan waktu lama .

>     >

>     > gorontalo kita sampai hari ini sudah menginjak tahun ke berapa ?

>     masih nggak punya museum negeri . november 2008 saya sempat

>     menyaksikan dan berkunjung ke museum negeri sulawesi utara/manado

>     . menarik bahwa ada sekitar 500 benda koleksi etnografis gorontalo

>     yang tersimpan atau lebih kurang 1/6 bagian dari koleksi museum

>     tersbut .yang hanya digudangkan . kecuali koleksi seperangkat

>     kursi pak nani wartabone yang ikut dipamerkan .

>     >

>     > adakah wakil rakyat kita yang perduli ? , gorontalo 1 juga sudah

>     di sms mengenai hal ini tapi tidak bergeming . terus siapa yang

>     perduli ? dengan adanya museum bisa menggali inspirasi untuk

>     memperdalam ragam hias gorontalo misalnya . kita sudah kalah

>     dengan manado , mereka sudah menciptakan kain dengan motif ragam

>     hias manado , tapi apa yang saya lihat di motif kain tenun yang

>     diberi nama pina tembega , tidak lebih dari motif kain krawang

>     gorontalo yang dikembangkan .

>     >

>     > tahun lalu ketika dinas pariwisata kita menyelenggarakan

>     festival otanaha , yang diselenggarakan di lapangan taruna ,

>     ternyata tahun ini festival yang sama penyelenggaraannya tetap di

>     lapangan taruna . masukkah festival ini dalam kalender pariwisata

>     nasional ? jangan harap . bagaimana bisa dimasukkan kalau kepala

>     dinas pariwisata propinsi kita saat harus duduk rapat dengan

>     petinggi pariwisata pusat malah kabur dari rapat yang membicarakan

>     pariwisata gorontalo ?

>     >

>     > bukankah ini menyedihkan ? adalah almarhum sdr. zainuddin

>     dalanggo/u.n. g.  yang bilang bahwa banyak acara yang dilakukan

>     tidak lebih dari sekedar 'gugur kewajiban' saja .

>     >

>     > kreativitas tidak dimiliki oleh mereka yang duduk , kemungkinan

>     hanya kreativitas bagaimana uang komisi sesuatu proyek dapat

>     diperbesar/diperban yak .

>     >

>     > inilah wajah petinggi kita ,

>     >

>     > bolo ma'apu ju'

>     >

>     > tot

>     >

>

>

> 




 

      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      

Reply via email to