Mari kita mulai dgn sama2 berdoa agar MY sgra mrnyelesaikan S2 nya! 
Salam dn sori,OH
-----Original Message-----
From: sqb...@yahoo.co.id

Date: Tue, 11 Aug 2009 10:52:36 
To: <gorontalomaju2020@yahoogroups.com>
Subject: Re: [GM2020] UNG Ketambahan Dua Orang Guru Besar


PELOPOR
Ketika seorang mahasiswa bertanya kepada saya tentang manfaat dan kontribusi 
seorang guru besar (GB) terhadap UNG maka dengan spontan saya menjawab bahwa 
manfaatnya banyak, al pada akreditasi prodi/PT, kompetisi block grant, dikjar, 
penelitian, PPM dan tentu saja  mempertinggi gengsi UNG. Ini baru dalam konteks 
para GB “belum berbuat apa2“. Apatah lagi jika sudah “produktif“, maka dapat 
dipastikan nama UNG semakin berkibar dan diperhitungkan. Persoalannya adalah 
harapan itu belum terwujud dan tentu saja kita tidak bisa memvonis bahwa guru 
besar kita “tidak ada apa2nya“. Sejak Juni saya mengumpul tulisan para guru 
besar (GB) untuk dibukukan dalam bentuk “bunga rampai“ dengan tema sentral 
“Solusi Untuk Gorontalo“. Kenyataannya, hingga saat ini baru sebagian kecil 
yang terkumpul. Sinyalemen sdr2 saya seperti Amir dan Zainal ada benarnya dan 
tentu saja kita perlu cari jalan keluarnya.
Salah satu persoalan serius yang kita hadapi di UNG adalah “academic 
atmosphere“ yang belum terbentuk. Sebagian besar kita masih cenderung lebih 
tertarik dengan persoalan2 yang tidak ada kaitannya dengan disiplin ilmu kita 
atau pengembangan ilmu. Berapa orang sih yang tertarik dengan e-mail yang di 
forward pa Bakri setiap hari? Berapa orang yang merespon tema2 yang 
dikembangkan oleh MY? Berapa banyak dosen yang secara rutin berdiskusi untuk 
pengembangan disiplin ilmu atau materi kuliah? Berapa persen dosen yang secara 
aktif melakukan penelitian untuk pengembangan ilmunya? Berapa persen dosen yang 
produktif menulis?  Jika kita mau jawab dengan jujur maka jawabannya pasti 
cukup memprihatinkan. Kita telah “terkungkung“ dalam “penjara“ rutinitas yang 
tebal dan tinggi. 
Tentu saja, kita sebagai warga UNG tidak menginginkan kondisi ini terus menerus 
terjadi.
Apa yang harus kita lakukan untuk merubah kondisi itu dan siapa yang harus 
melakukannya?
Jawaban terhadap pertanyaan pertama memerlukan kajian mendalam, terencana serta 
komitmen dan konsistensi pimpinan. Jawaban pertanyaan kedua adalah “kita“ warga 
UNG. Marilah kita menjadi “pelopor“ perubahan itu. Kita perlu “orang gila ilmu“ 
seperti MY sebagai pelopor (he..he..,sory MY). Kita perlu teman2 seperti Amir, 
Zainal dll menjadi “pelopor“. Kita perlu orang2 muda yang idealis menjadi 
“pelopor“. Dan tentu saja kita sangat berharap, para GB menjadi “pelopor“ yang 
berdiri di garda terdepan. Walhasil, kita semua harus menjadi “pelopor“ karena 
kalau bukan “kita“, siapa lagi?? So...ayo, mari kita berlomba2 jadi “pelopor“. 
Wassalam
SQB      
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: zainal koemadji <zain...@yahoo.com>

Date: Mon, 10 Aug 2009 21:43:46 
To: <gorontalomaju2020@yahoogroups.com>
Subject: Re: [GM2020] UNG Ketambahan Dua Orang Guru Besar


Yang terjadi di kampus kami UNG sedihnya memang seperti itu bung Archam, hampir 
semua dosen yang mendapat penganugerahan Guru Besar karena kredit poin, yang 
ujung-ujungnya kredit coin, kemudian belum seluruh Guru Besar mampu memberikan 
gagasan-gagasan yang mencerahkan, bagaimana mau memberikan gagasan yang 
mencerahkan bila belum pernah membimbing dan menghasilkan seorang PhD, yang 
tentunya akan mengembangkan keinginan untuk meneliti yang ujung-ujungnya 
menghasilkan suatu tulisan yang baik.
Mungkin kita bisa berharap setelah pengukuhan itu akan banyak gagasan-gagasan 
segar dan mencerahkan yang paling tidak dalam suatu tulisan populer di media 
cetak...semoga...

Zainal




________________________________
From: Amier Archam <iftyra_0...@yahoo.com>
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, August 11, 2009 10:36:24 AM
Subject: [GM2020] UNG Ketambahan Dua Orang Guru Besar

  
Selamat UNG ketambahan guru besar, kita berharap bahwa bertambahnya profesor di 
UNG pertanda bahwa kampus ini makin maju... Tapi satu hal yang kita lebih 
rindukan lagi guru besar yang makin bertambah itu makin produktif dalam 
menghasilkan karya... terus terang terkadang saya sendiri bertanya kayaknya UNG 
setiap tahun memproduksi guru besar tapi karya-karya intelektual yang 
terpublikasi luas begitu minim... Kalaupun ada karya yang dibuat peredarannya 
sangat terbatas seperti jurnal dan buku syarat pengurusan guru besar. Kita 
ingin gagasan-gagasan guru besar ini terpublikasi luas sehingga dapat 
mencerahkan banyak orang, kalau tidak saya menduga jangan-jangan jadi profesor 
kreditor maksudnya hanya karena kredit poin banyak bisa jadi profesor.
 

   


      

Kirim email ke