--- On Fri, 10/9/09, bakri arbie <daya...@yahoo.com> wrote:
From: bakri arbie <daya...@yahoo.com> Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Mau tau, bobroknya Pertamina?? To: forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com Cc: alumnipran...@yahoogroups.com, "arbie bakri" <arbieba...@yahoo.com> Date: Friday, October 9, 2009, 2:15 AM Yth Rekan milis, Perlu analisis yang mendalam kenapa dan bagaimana sesuatu BUMN bisa beroperasi dengan efektif seperti perusahaan swasta yang normal. Saya dengar di Cina,BUMN juga tidak efektif dan rawan korupsi. Sesuatu yang tidak mudah memang,perlu analisis serta waktu untuk perbaikannya. Petronas adalah BUMN Malaysia dan Singapore Airlines juga adalah BUMN Singapore, tapi bisa mendunia.Mengapa dan bagaimana ? Di Indonesia saya yakin ada ahli yang mestinya bisa mengatasi hal ini,suatu pendekatan multidisipliner baik dari segi budaya,manajemen,peraturan dan UU terkait,renumerasi,rekrutmen dan karier development,logistik,selain ilmu tentang teknik perminyakan dll. Ahlinya harus berupa komisi,gabungan dari orang pemerintah,swasta serta bersifat multidisiplin. Pak SBY tinggal instruksi saja untuk benahi BUMN secara cepat dan tepat terapinya. Semoga pak SBY sukses mengusir virus-virus BUMN di Indonesia. Kalau tidak maka kebocoran bisa terus berlangsung. Salam Hormat, Bakri Arbie. --- On Thu, 10/8/09, Iwan Migas <iwan_bud...@yahoo.com> wrote: From: Iwan Migas <iwan_bud...@yahoo.com> Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Mau tau, bobroknya Pertamina?? To: forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com Date: Thursday, October 8, 2009, 9:39 PM Ekonom Faisal Basri menilai PT Pertamina merupakan salah satu contoh BUMN memble dan kacangan. Alasannya, ini merupakan BUMN terbesar dan diandalkan, namun tidak menunjukkan kinerja yang wajar. Salam, Iwan Untuk lengkapnya, silakan baca ini : (http://faisalbasri. kompasiana. com/2009/ 06/16/virus- virus-itu- ada-di-dalam- diri-kita/) Virus-virus itu Ada di Dalam Diri Kita … Oleh Faisal Basri - 16 Juni 2009 - Dibaca 981 Kali - Siapapun yang merampok kekayaan negara harus kita lawan dan enyahkan, baik itu perusahaan asing ataupun perusahaan nasional. Kekayaan negara sepatutnya bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat. Perusahaan asing mungkin ada yang sangat serakah dan melawan hukum. Demikian pula halnya dengan perusahaan nasional. Saya mencoba untuk memahami akar masalah, supaya kita tahu lebih persis apa yang harus kita lakukan. Sedapat mungkin kita coba ungkapkan permasalahan dengan dukungan data dan informasi yang akurat, agar yang mencuat tidak sekedar praduga dan prasangka. Tulisan ini saya maksudkan juga untuk menjawab tanggapan atau komentar atas tulisan saya bertajuk “Investasi Asing: Racun atau Madu?” Terkandung harapan agar kita tidak sekedar debat kusir. Dan, sebagaimana tersampaikan pada tulisan terdahulu tersebut, agar kita tak mudah melakukan pemukulrataan. Sebagai contoh, tahun lalu Chevron menghasilkan pendapatan sekitar 11 miliar dollar AS. Yang masuk ke Negara adalah sekitar 10 miliar dollar AS. Jadi yang dibawa pulang oleh Chevron hanya sekitar 1 miliar dollar saja. Benar Chevron mengeruk kekayaan alam kita, namun sebagian besar hasilnya diperoleh negara. Yang perlu kita pertanyakan ialah bagaimana uang hasil minyak tersebut dikelola oleh pemerintah dan dialokasikan untuk apa saja. Seluruh ongkos untuk menghasilkan minyak sepenuhnya diganti oleh pemerintah (cost recovery). Mari kita lihat perusahaan mana yang ongkos produksinya mahal dan mana yang murah. Semakin tidak efisien perusahaan minyak, semakin besar rakyat kita dirugikan atau kehilangan kesempatan naikkan pendapatan negara neto. Ternyata, perusahaan minyak paling boros adalah Pertamina. Pada tabel bagian atas tercantum data rata-rata cost recovery selama 2004-2006 dalam dollar AS perbarrel. Ongkos yang dikeluarkan Pertamina jauh lebih mahal dari rata-rata, baik terhadap perusahaan yang tunduk pada aturan PSC (production sharing contract) maupun non-PSC. Perbedaannya tak hanya 1 atau dua dollar AS, tetapi puluhan dollar AS perbarrel. Bayangkan kalau dikalikan dengan produksi minyak kita yang mencapai ratusan juta barrel pertahun. Untuk tahun 2007, data yang saya miliki cuma untuk Pertamina dan Chevron. Tengok saja perbandingannya, sangat jomplang sebagaimana terlihat pada kotak di kanan bawah. Data ini sudah pernah saya presentasikan di Mahkamah Konstitusi dan di hadapan Dirut Pertamina sewaktu rame-rame hak angket DPR tentang BBM. Tak ada maksud untuk mengerdilkan Pertamina dan memuja-muja perusahaan asing. Tugas kita adalah menyuarakan agar Pertamina dibenahi total agar keberadaannya justru tak jadi beban rakyat. Jangan sampai kita terkena sindiran dari pepatah: gajah di pelupuk tak kelihatan, semut di seberang lautan tampak jelas. Kapan bisa maju kalau sikap seperti itu terus merasuki kita … [Non-text portions of this message have been removed]