Bung Syamsu, saya ngasih sdikit infonya knapa digorontalo dengan magnitude 
gempa yg lebih besar tapi rumah yg roboh sedikt....nah ini. Gelombang gempa itu 
ada 2 yaitu gelompa P (longitudinal) dan S (transversal). Gelombang 
longitudinal gerakannya osilasi mendatar dan lebih duluan datang ke rumah2 
dinamakan foreschok. Kemudian disusul dengan gel. transversal dengan gerakan 
vertikal (naik-turun) dinamakan gelombang utama atau mainschok. Gelombang S 
(tranversal) terdiri dua gelombang yaitu gelombang L (Love) nama orang dan 
gelombang R (Raleigh) nama org juga.  Kedua gelombang penghancur ini  menyertai 
gelombang S yang sering disebut afterschok. Nah gelombang  L dan R inilah yang 
menghancurkan bangunan dan membuat tanah longsor. Kenapa disumbar lebih banyak 
rumah roboh....? Ini harus diliat dari mekanisme gempa yg terjadi, apakah 
mekanismenya berupa patahan geser? atau patahan naik? Kalau patahan geser 
seperti yg terjadi ditasik dan padang maka gerakannya
 kiri-kanan atau maju mundur, tapi kalo patahannya naik  maka gelombang Love 
bergerak naik turun, terasa seperti diayun diatas air.....nah gorontalo umumnya 
patahan naik, atau gempa2 dalam, jadi gerakannya naik turun, sedikit gerakan 
kiri-kanan atau maju mundur. Oleh sebab itu kalao mekanismenya patahan geser 
sopasti banyak bangunan yg ambruk, karena digoyang dari bawa pondasi dengan 
arah kiri-kanan...muka-belakang..kecuali kejadian tahun 1986...itulah gempa yg 
paling besar yg merobohkan bioskop Murni dan banyak rumah yg ambruk.....Nah 
mekanismenya patahan geser yg mengaktifkan (reaktivasi) patahan gorontalo....yg 
memanjang dari pelabuhan gorontalo dimuka (muara s. Bone) kemudian cross kearah 
barat laut hingga kwandang. Indikatornya ada air panas di pentadio dan ada 
sungai membelok secara tidak wajar kalao diliat dari atas pesawat. Faktor yang 
lain walaupun msh dalam taraf penelitian yaitu danau limboto semakin kering, 
bisa jadi airnya menerobos patahan
 dan keluar dipentadio? ini msh dlm penelitian...Jadi kalao mau aman tinggal 
digorontalo bangun rumah saja di bone bolango, insya Allah lebih  aman dari 
pada di kota.......kenapa? karena tdk ada liquifaction didaerah bone 
bolango....Nah...kenapa hotel ambacang ambruk dan masuk kedalam tanah? nah 
karena ada faktor  liquifaction itu....makanya ada lumpur dan pasir yg keluar 
dari dalam tanah....sehingga mengalami subsidence...atau amblass.....nah di 
suwawa tdk ada zona liquifaction...jadi daya tahan bangunan terhadap gempa 
cukup memadai. Kalau dikota gorontalo wkt kejadian tahun 1986, ada liquifaction 
yg muncul dari tanah yg terbelah.....makanya dikota gtlo harus hati2 membangun 
rumah, sebaiknya ada yg memberi sosialisasi cara membangun rumah tahan 
gempa.....dan juga bahaya sekundernya yaitu tsunami.
boodito....kebenaran semua datangnya dari Allah swt, sedangkan yg salah itu 
sopasti dari manusia termasuk saya....wallahu a'lam
salam Delyuzar (org bone bolango dibandung)






________________________________
From: N. Syamsu Panna <n_syam...@yahoo.com>
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Thu, October 15, 2009 11:49:13 PM
Subject: Bls: [GM2020] Fw: Re: [AlumniPrancis] Re: GEMPA (Rekomendasi OKTI - 
Bidang Adaptasi dan Mitigasi Bencana Alam)

  
Bapak2 & Ibu2 yth,

Menarik sekali pembahasan mengenai gempa terutama yang baru terjadi di Sumbar. 
Standar bangunan tahan gempa pun mulai dirancang.  Tapi ada yang masih menjadi 
tanda tanya bagi saya.

Gempa di Sumbar berkekuatan 7,6 SR atau menurut USGS berkekuatan 7,9 magnitude. 
Gempa di Gorontalo, November 2008 lalu, berkekuatan 7,7 SR atau menurut USGS 
berkekuatan 7,5 magnitude. Jika dibandingkan, kekuatan kedua gempa ini tak 
terlalu berbeda jauh. Tetapi efeknya sangat jauh berbeda. Di Sumbar, ratusan 
rumah dan bangunan hancur serta ratusan warga tewas. Sementara di Gorontalo, 
rumah yang rusak hanya kurang lebih 7 rumah di Tolinggula (daerah terdekat dari 
sumber gempa), itupun hanya sepenggal dinding yang roboh. Apa penyebabnya ??

Mohon penjelasan dari yang mengerti..
Terima kasih.



Syamsu Panna
GORONTALO

  




________________________________
Dari: Bakri Arbie <arbieba...@yahoo. com>
Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com; salemb...@yahoogrou ps.com; 
Families Arbie <arbie...@yahoogroup s.com>
Terkirim: Kam, 15 Oktober, 2009 07:25:01
Judul: [GM2020] Fw: Re: [AlumniPrancis] Re: GEMPA (Rekomendasi OKTI - Bidang 
Adaptasi dan Mitigasi Bencana Alam)

  


--- On Wed, 10/14/09, bakri arbie <daya...@yahoo. com> wrote:


>From: bakri arbie <daya...@yahoo. com>
>Subject: Fw: Re: [AlumniPrancis] Re: GEMPA (Rekomendasi OKTI - Bidang Adaptasi 
>dan Mitigasi Bencana Alam)
>To: Forum-Pembaca- kom...@yahoogrou ps.com
>Cc: "arbie bakri" <arbieba...@yahoo. com>
>Date: Wednesday, October 14, 2009, 10:36 AM
>
>
>
>
>--- On Wed, 10/14/09, Mahmud Syaltout Syahidulhaq
> Qudratullah Cholil Asy'ari <syalt...@gmail. com> wrote:
>
>
>>From: Mahmud Syaltout Syahidulhaq Qudratullah Cholil Asy'ari <syalt...@gmail. 
>>com>
>>Subject: Re: [AlumniPrancis] Re: GEMPA (Rekomendasi OKTI - Bidang Adaptasi 
>>dan Mitigasi Bencana Alam)
>>To: AlumniPrancis@ yahoogroups. com
>>Date: Wednesday, October 14, 2009, 6:03 AM
>>
>>
>>>>
>>
>>
>>  >> 
>>Pak Anda yang bijak dan para sahabat yang baik,
>>
>>
>>Beberapa hari yang lalu (10-11 Oktober 2009), OKTI (Olimpiade Karya Tulis 
>>Inovatif), Alhamdulillah berhasil diselenggarakan dengan sukses oleh PPI 
>>Perancis dengan dukungan KBRI Paris, Total Indonésie, Radio PPI Dunia dan 
>>IAPI. Banyak dari juri yang terlibat di OKTI merupakan alumni kita, Prof. 
>>Benny salah satunya.
>>
>>
>>Kebetulan, saya dan Pak Agus Atmadipoera dipercaya untuk menyusun Butir-Butir 
>>Rekomendasi OKTI (yang merupakan inti sari dari 54 papers yang masuk). 
>>Berkaitan dengan bidang adaptasi dan mitigasi bencana alam, berikut ini hasil 
>>rekomendasi kami:
>>
>>
>>Kajian spatial-temporal bencana tanah longsor di wilayah Jawa.  
>>
>>• Masalah:  Tanah longsor merupakan salah satu tipe bencana alam yang sering 
>>terjadi di
>> Indonesia. Selama kurun waktu 1981 – 2007 terjadi kurang lebih 1300 kejadian 
>> longsor yang merusak (catastrophic landslides) di Jawa ( dengan rata-rata 49 
>> kejadian / tahun) yang menyebabkan korban jiwa dan kerugian ekonomis. Jumlah 
>> korban jiwa akibat bencana alam tanah longsor selama kurun waktu tersebut 
>> adalah 2095 orang (77 orang / tahun) dan melukai 550 orang (20 orang / 
>> tahun). Kerugian ekonomis akibat tanah longsor tersebut diperkirakan 600 
>> milyar atau sekitar 22 milyar/tahun.  Bencana alam longsor dapat terjadi 
>> secara alami, yang dipercepat oleh aktivitas manusia. Di wilayah pulau Jawa 
>> yang padat penduduknya bencana tanah lengser telah berlangsung lama, dengan 
>> kerugian material dan nyawa yang banyak.  Sementara itu, informasi terpadu 
>> mengenai lokasi dan intensitas longsor, serta informasi penunjang lainnya 
>> masih jarang.  
>>
>>• Untuk mengurangi resiko kejadian bencana alam longsor ini, diperlukan 
>>analisis spatial dan temporal dengan memakai tools GIS dari berbagai data 
>>masukan, seperti: tingkat kemiringan lahan, curah hujan, tata guna lahan, 
>>daerah aliran sungai, jenis tanah, dan konsentrasi penduduk.  
>>
>>• Rekomendasi: Peta tingkat rawan bencana longsor merupakan output dari hasil 
>>analisis ini, dimana peta ini dapat dipakai oleh pembuat kebijakan di tingkat 
>>provinsi dan kabupaten untuk mengurangi resiko bencana tanah longsor; 
>>mengidentifikasi wilayah rawan bencana longsor .  Studi kasus telah dilakukan 
>>di kawasan pegunungan Manoreh Jawa Tengah, dan bisa diterapkan di daerah 
>>lainnya.
>>
>>
>>
>>Pemodelan bendungan bobol.  
>>
>>• Masalah: Sebagai negara pertanian, Indonesia memiliki banyak bendungan 
>>untuk penyediaan dan pengaturan air bagi keperluan pertanian. Seringkali 
>>bobolnya bendungan bisa menjadi bencana yang sangat serius bagi masyarakat 
>>sekitarnya. 
>>
>>• Untuk mencegah bencana bobolnya bendungan, diperlukan pemahaman yang benar 
>>dan tepat mengenai karakteristik badan air di bendungan dengan teknik 
>>pemodelan metode volume hingga. 
>>
>>• Rekomendasi: teknik pemodelan dengan metode volume hingga dapat diterapkan 
>>untuk memodelkan daya dukung bendungan terhadap volume air, sehingga ancaman 
>>bendungan bobol dapat diprediksi secara akurat.
>>
>>
>>Kajian pasca bencana alam gempa bumi di Padang (30 September
>> 2009). 
>>
>>• Masalah: Wilayah Sumatera merupakan salah satu zone subduksi aktif di 
>>kawasan Asia Tenggara, karena bertemunya 3 lempeng tektonik utama.  Gempa 
>>bumi tanggal 30 September 2009 lalu, misalnya, merupakan salah satu dari 
>>rangkaian dari aktivitas pelepasan energi akibat tumbukan beberapa lempeng 
>>tersebut. Di waktu yang akan datang, kemungkinan terjadinya rentetan gempa 
>>yang lebih dahsyat lagi masih sangat berpotensi akan terjadi.  Oleh karena 
>>itu pemantauan aktivitas kegempaan secara terus-menerus melalui kajian 
>>geodetik dan sismologi merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan.  Selain 
>>itu, diperlukan suatu aturan yang jelas dalam menerapkan adaptasi dan 
>>mitigasi bencana dengan koordinasi yang terpadu antara pemerintah pusat, 
>>pemerintah daerah, lembaga riset, pihak swasta, dan tentunya masyarakat di
>> wilayah rawan gempa bumi.  Program nasional adaptasi dan mitigasi bencana 
>> sudah mulai diintensifkan pasca bencana gempa dan tsunami Aceh 2004 lalu.  
>>
>>• Rekomendasi: Terkait dengan peristiwa kegempaan, pemantauan aktivitas 
>>tumbukan lempengan tektonik secara terus menerus mutlak diperlukan, melalui 
>>kajian geodetic dan sismologi. Penggunaan teknologi GPS sebagai salah satu 
>>metoda pengukuran geodetik memberikan informasi geometris tentang perilaku 
>>kerak bumi. GPS dapat memberikan nilai vektor pergerakan dengan tingkat 
>>presisi sampai beberapa mm dengan konsistensi  yang tinggi secara spasial dan 
>>temporal.  Hal ini sudah diterapkan pada kasus gempa bumi di Bengkulu tanggal 
>>12 September 2007, dimana terlihat jelas respon pergerakan kerak bumi 
>>terhadap gempa. 
>>
>>• Kajian kegempaan melalui sismologi dilakukan dengan memasang jaringan 
>>peralatan sismologi yang merata di setiap struktur geologi yang rawan akan 
>>kegempaan memberikan informasi karakteristik penjalaran gelombang sismik 
>>(pusat, kecepatan gelombang, mekanisme pergerakan, bidang kontak yang patah 
>>dsb). Kedepannya perapatan jaring GPS dan sismologi di daerah rawan gempa 
>>merupakan aset yang sangat berharga untuk mempelajari karakteristik gempa 
>>yang terjadi. 
>>
>>• Jika digabungkan dengan studi detail tentang struktur geologi masing-masing 
>>daerah rawan gempa, simulasi tentang kerusakan dapat dimodelkan. Informasi 
>>ini merupakan bahan dasar bagi pengambil kebijakan tata ruang dan wilayah 
>>dalam merencakan pembangunan kota. Rekonstruksi wilayah yang terkena gempa 
>>sudah seharusnya mengikuti standar bangunan yang kokoh dan
>> tahan terhadap gempa dahsyat, yang kemungkinan akan terjadi di masa datang.  
>>  
>>
>>
>>
>>Dalam butir-butir rekomendasi tersebut, sial atau untungnya, tidak ada satu 
>>pun pemakalah yang menulis bahwa bencana alam, tanah longsor di Jawa, 
>>Bendungan jebol dan atau pun Gempa di Padang, disebabkan oleh banyaknya 
>>masyarakat atau kaum muda yang melakukan maksiat. Sekali lagi, sial atau 
>>untungnya, tidak ada satu pun butir rekomendasi yang diusulkan berbunyi, 
>>"Terapkan PERDA Syariah untuk menanggulangi bencana alam".
>>
>>
>>Apakah para sahabat yang pakar géophysique ingin menambahkan atau 
>>mengomentari Butir-Butir Rekomendasi Bidang Adaptasi dan Mitigasi Bencana 
>>Alam - OKTI yang kami sampaikan di atas?
>>
>>
>>Jabat erat,
>>Syaltout
>>
>>
>>
>>
>>Le 14 oct. 2009 à 00:09, Anda Djoehana Wiradikarta a écrit :
>>
>>Apalagi tahun 2009 ini, tentu banyak orang Indonesia yang bisa melaporkan dan 
>>menjelaskan sesuatu secara ilmiah.
>>>
>>>Salam hangat,
>>>
>>>Anda
>> 
> 

________________________________
 Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! 
   


      

Kirim email ke