----- Forwarded Message ---- From: bakri arbie <daya...@yahoo.com> To: forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com Cc: alumnipran...@yahoogroups.com; arbie bakri <arbieba...@yahoo.com>; syamsa <sya...@centrin.net.id>; Syafrudin Mosii <syafrudin.mo...@bpk.go.id>; hpmigband...@yahoo.com Sent: Thu, January 21, 2010 8:22:58 PM Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Lulusan PT Hanya Jadi Pencari Kerja Yth Rekan milis, Barangkali secara bertahap perguruan tinggi harus berubah dari teaching university menjadi research university dan paling akhir menjadi entrepreneur university. Lulusannya akan menjadi mata,telinga dan motor untuk tumbuhnya dunia usaha yang berarti pertumbuhan ekonomi dan penciptaan kerja berupa UKM/Koperasi yang berdaya saing. Para pimpinan sebaiknya mempunyai visi; teknologi >> produktivitas >> penciptaan kerja. Jelas makin tinggi produktivitas makin banyak tercipta kerja dan semuanya memerlukan teknologi dan SDM yang tangguh. Contoh; Cina produksinya makin tinggi sehingga saat ini,tahun 2009,eksportnya sudah melampaui Jerman.Begitu kita melihat mobil Jepang berseliweran di Indonesia terlihat nyata bagaimana"lost of opportunity" berupa tenaga kerja Indonesia digantikan oleh tenaga kerja Jepang,atas suatu produk yaitu mobil misalnya. Dan banyak hal dimana kita kehilangan kesempatan karena tidak ada konsep dan ide bagaimana menjadi bangsa yang hebat dan tangguh. Contoh,masalah Bank Century dengan omzet Rp 6,7 triliun,menghabiskan waktu dan energi bangsa sedangkan daya saing bangsa dengan Free Trade Agreement yang berpotensi kerugian yang sangat besar (ratusan triliun rupiah),kehilangan kesempatan kerja dan daya saing lewat begitu saja. Akan lebih efektif kalau fokus Bank Century adalah mencari aliran dana yang di bengkakkan setelah "bail-out" yang tadinya dikira hanya cukup Rp 600-an milyar. Disini oknum yang sudah mengerti "proses memanfaatkan bail out" bisa bermain curang dan culas dengan cara lempar batu dan sembunyi tangan.PANSUS mohon waspada terhadap perkiraan ini,agar efektif dan efisien selesaikan masalah bangsa yang begini banyak dan bertumpuk. Teknologi disini mencakup kemampuan membuat strategi dan taktik operasional,menciptakan administrasi,managerial,leadership,financial engineering,marketing dan teknologi tepat guna sesuai dengan potensi yang bisa menumbuhkan daya saing produk bangsa. Secara lengkap sistem sosial-politik dan sistem tekno-ekonomi bersinergi untuk menciptakan bangsa yang produktif dan berdaya saing. Produk berdaya saing tak akan datang dengan sendirinya,tetapi dengan sadar mempunyai strategi dan taktik, bagaimana mencapainya,karena daya saing berarti kwalitas produk dan jasa,harga bersaing dan jadwal pengadaan yang dapat dipercaya ketepatannya. Bukan produk asalan,biaya tak menentu dan disubsidi dan jadwal kapan...kapan..... Sehingga definisi baru tentang ekonomi oleh newsletter Strategy +Business;bahwa; Economy is the organized system for technology. Jadi kalau tidak ada sistem yang terorganisasi secara rapi dalam seluruh stakeholder bangsa dan teknologi yang dibina secara tepat guna....maka lupakanlah daya saing bangsa. Sebagai contoh dibidang transportasi mulai dari teknologi kereta kuda,mobil,kereta api,pesawat zeppelin,pesawat baling-baling dengan teknologi piston,pesawat jet semua mempunyai dampak terhadap budaya dan cara hidup umat manusia. Begitu pula di bidang energi dari batubara yang berupa bahan bakar padat,berubah menjadi minyak yang lebih flexible dan gas,nuklir serta energi terbarukan akan memberikan momentum perubahan budaya yang diharapkan bisa menuju kwalitas hidup yang lebih baik bagi umat manusia. Semuanya didukung oleh SDM yang berpengetahuan dan watak yang mempunyai kesetiaan terhadap cita-cita bangsa (yaitu menciptakan rakyat yang sejahtera,cerdas dan damai) , keberanian membuat terobosan, mempunyai integritas, profesional (fidelity,bravery,integrity,professional) serta beriman dan takwa pada agama dan kepercayaannya masing-masing. Salam Hormat, Bakri Arbie. --- On Wed, 1/20/10, Ali <alitsab...@yahoo.co.id> wrote: >From: Ali <alitsab...@yahoo.co.id> >Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Lulusan PT Hanya Jadi Pencari Kerja >To: forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com >Date: Wednesday, January 20, 2010, 8:20 PM > > >> > > > > > >> > >http://edukasi. kompas.com/ read/2010/ 01/21/07081162/ Lulusan.PT. Hanya.Jadi. >Pencari.Kerja > >>Lulusan PT Hanya Jadi Pencari Kerja > >>JAKARTA, KOMPAS.com - Sistem pendidikan nasional yang tidak selaras atau >>sinkron dengan dunia kerja menyebabkan banyaknya lulusan sekolah menengah >>atas dan perguruan tinggi yang menjadi penganggur terbuka. Masalah >>pengangguran tidak akan pernah selesai apabila lulusan terdidik hanya menjadi >>pegawai, karyawan, atau buruh di suatu perusahaan. > >>Demikian dikemukakan Deputi Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional >>Bidang SDM dan Kebudayaan Bappenas Nina Sardjunani dalam seminar Daya Tawar >>Pemuda dalam Dunia Kerja: Menghubungkan Pendidikan, Ketenagakerjaan, dan >>Kewirausahaan, Rabu (20/1/2010) di Jakarta. > >>Berdasarkan hasil survei angkatan kerja nasional atau Sakernas 2009, >>mayoritas lulusan perguruan tinggi (74 persen) dan lulusan SMA (64 persen) >>menjadi pegawai, karyawan, atau buruh. Hasil ini menunjukkan lulusan >>terdidik—terutama lulusan perguruan tinggi—rela menganggur hanya untuk >>menunggu kesempatan menjadi pegawai atau karyawan apa pun, tidak mau mencoba >>terjun ke dunia usaha. > >>Pendiri Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC), Ciputra, >>mengatakan, jika ingin mempercepat pertumbuhan ekonomi, idealnya Indonesia >>membutuhkan setidaknya 4,4 juta pengusaha. Untuk mencapai jumlah ideal itu, >>dari jumlah sekarang sekitar 400.000 pengusaha, kuncinya ada pada dunia >>pendidikan, terutama kalangan pendidik (guru atau dosen). > >>Menurut Ciputra, sistem pendidikan Indonesia saat ini tidak sinkron dengan >>dunia kerja karena sekolah hanya mencetak para pencari kerja, bukan lulusan >>yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan. > >>Secara terpisah, Mira Kusumarini, Ashoka Indonesia Representative, >>mengatakan, pendidikan kita belum mampu membawa ke arah berkembangnya budaya >>kebebasan berpikir dan berkreasi dalam diri tiap anak. "Anak-anak yang >>berpikir berbeda justru diprotes dan tidak didukung oleh guru, teman-teman, >>orangtua, serta masyarakat," ujar Mira Kusumarini, seusai acara Ashoka Young >>Changemakers Award 2009 atau pembaru muda kepada 20 anak muda berusia 10-25 >>tahun di Jakarta, Rabu. > > >