Senang sekali membaca email dari pak jhgjak. Semoga uraian ini bisa dijadikan pelajaran oleh para calon manajer dan pengambil keputusan dimilis ini. Sekedar klarifikasi pernyataan saya sebelumnya, maksud saya adalah REALITAS, bukan opini.. Begitulah yg terjadi skr ini. Saya sepakat bahwa sektor pemerintahan dan birokrasi harus sdh mulai mengadopsi manajemen perusahaan yang mengedepankan achievement minded, bukan loyalitas.. Reformasi birokrasi sama sekali belum menyentuh aspek ini. Mungkin pak jhgjak atau teman lain bisa sharing pengalaman atau ide kira2 apa yang sebaiknya dilakukan untuk merubah ini?
Salam Iqbal PS. JHGJAK = John H Gobel Jakarta ? Maaf kalau salah, saya hanya menebak.. :) Sent from my iPhone On Mar 7, 2010, at 7:05 PM, jhg...@yahoo.co.id wrote: Mas Iqbal management prof. dan kepemimpinan tidak membedakan swasta dan pemerintah, sebab itu bersifat universal. Tapi kalau anda membeda2kan seperti itu, maka tidak heran kl kepemimpinan dine geri tetap ga maju2. Kl gitu kapan kita bisa memiliki pemimpin yang mumpuni. Distruktur kepegawaian negri pokoknya kl S1, setelah pra jabatan langsung kepala seksi tidak melihat apakah ybs memiliki kriteria seorang leader, dan unt peningkatan selanjutnya adalah urusan koneksi dan kekerabatan, betul gak? Dan kl anda tetap meli hat permasalahannya dari dari perspektif begitu tanpa ingin mere formasi pola pikir yang begitu kpn majunya negeri ini. Bukankah para calon2 S2 yang belajar dinama saja didunia ini dicekoki dgn bnyk exercise problem solving dengan contoh kasus2 korporasi internati onal? Jadi untuk apa ilmu2 yang didapat disana. Sebagai calon2 pemimpin masa depan anda seharusnya tidak terpaku dengan pola pikir yang demikian. Ma'af saya tdk menggurui, tp saya hanya merasa terenyuh bila meli hat apa yang sdh menjadi patron para pegawai negri kita sejak ber puluh2 tahun yang lalu. Teman2 sy yang sdh pensiun ada bbrp dirjen dan bbrp dutabesar, rata2 menga takan cara mempertahankan jaba tan adalah dengan cara savety playing saja. Apakah kita masih ingin berkepribadian seperti itu? Sekali lagi bkn maksud menggurui. Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! From: Iqbal <kaizen...@yahoo.com> Date: Sat, 6 Mar 2010 20:23:38 -0800 (PST) To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com<gorontalomaju2020@yahoogroups.com> Subject: Re: [GM2020] Calon rektor UNG+ prof Iswan Saya sepakat, namun sekedar mengingatkan bahwa ini hanya terjadi di sektor swasta.. :) Iqbal Sent from my iPhone On Mar 7, 2010, at 12:31 PM, jhg...@yahoo.co.id wrote: Antara gelar keilmuan dan kepemi mpinan adalah 2 ranah yang ber beda. Tentunya yang baik adalah seorang pemimpin yang paripurna yaitu orang yang berpendidikan tinggi. dan sekaligus memiliki visi leadership yang kuat. Tapi dlm realitasnya cobalah lihat kemajuan peradaban dunia, lebih banyak ilmuwan dipimpin oleh orang yang tidak memiliki gelar sekalipun. Banyak sekali contohnya, baik di instansi pemerintah, sosial terlebih didunia bisnis. Saya bisa ambil contoh diri saya. Sewaktu sy di IBM, saya punya beberapa anak buah S2 yang lulusan US pula, even saya pernah ketitipan S3 unt di training. Watson Senior, pendiri IBM, bukan siapa2 tapi dia punya integritas kepemimpinan yang kuat. Berapa ribu S3 yang kerja untuknya, bahkan ada yang dpt nobel segala. Lihat Bill Gate, brp banyak Prof yang kerja unt dia. Pokoknya banyak sekali. System mgmt di ranah IT adalah contoh yang baik dlm menelaah system mngmt. Presdir2 IBM Indonesia tidak ada yang S2. Diranah ini manusia tdk dilihat dr tinggi rendahnya pendidikannya, tapi pada azas ”Respect for individual”. Seorang S1gak masalah mimpin para S2/S3, selama dia punya kapabilitas unt mimpin, sdg S2/S3 tdk perlu kecil hati sebab dia tidak diragukan experties nya dibidang keilmuannya, sememtara posisi mgmt krn kemampuannya ”How to get it done timely in proper manner”. Gobel dulu menjadi besar bkn krn dia sarjana, tapi karena kepiawaiannya membaca perkembangan bisnis elektronik Indonesia dimasa depan(visioner). Ma'af kl komentar ini kurang berke nan. Wass. John G Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! From: "Funco Tanipu" <funcotan...@gmail.com> Date: Sun, 7 Mar 2010 00:49:23 +0000 To: <gorontalomaju2020@yahoogroups.com> Cc: <iswannusi2...@yahoo.com> Subject: Re: [GM2020] Calon rektor UNG+ prof Iswan Pak Iswan itu seorang Dokter, juga Doktor. Terima Kasih Funco Tanipu From: "m...@teoritik.fisika.net" <m...@teoritik.fisika.net> Date: Sat, 6 Mar 2010 15:28:51 -0800 To: <gorontalomaju2020@yahoogroups.com> Cc: <iswannusi2...@yahoo.com> Subject: [GM2020] Calon rektor UNG+ prof Iswan senat ung membuat aturan untuk menjadi rektor harus Doktor (S3). sedangkan pada aturan kepmen hanya Magister (S2). Terus kalau bapak Iswan Maju bagaimana dengan gelar harus Doktor. terus saya sebagai orang awam di UNG s2 tidak bisa mengajar di S2 dan harus S3 dan S1 tidak boleh mengajar di S1 tetapi ada banyak matakuliah saya lihat masih ada S1, malah saya lihat yang megajar S1 cuman tulis nama saja tapi yangh menjalankan S1 mengajar S1. bapak Iswan dokter (dr) atau Doktor (Dr)? saya bingung persyaratan yang di buat oleh UNG harus doktor untuk menjadi rektor!!! bila bapak hanya dokter bukan doktor walau[pun guru besar otomatis akan kendala di persayaratan, karena di UNG Guru besar S1 tidak bisa juga mengajar di S2 dan S3 tetapi saya lihat di lai S1 dan guru besar bisa bimbing S3 contoh prof R Soedjadi. Wassalam my referensi fisika utama - http://www.fisika.net Reply to sender | Reply to group | Reply via web post | Start a New Topic Messages in this topic (5) RECENT ACTIVITY: New Members 6 Visit Your Group Majulah Gorontalo kita! MARKETPLACE Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new interests. Switch to: Text-Only, Daily Digest • Unsubscribe • Terms of Use |*