Ini isyarat buat Rektor yang baru terpilih. Agar mematangkan Bahasa Inggeris 
para mahasiswanya. Apalalagi yang bakal disekolahkan ke luar negeri? Akan 
kejadian seperti Om Acan (Hasan Abbas Nusi), waktu mudanya pernah menimba ilmu 
di London. Suatu kali dia bercakap2 dengan orang lokal sana. Orang Bule itu 
kurang mengerti kalimat yang diucapkan Om Acan, serentak orang Inggeris itu 
bertanya sambill telak pinggang! "What's you want?" (Bagi orang Bule, telak 
pinggang itu adalah sopan, dibanding memeluk dada yang punya arti menganggap 
remeh lawan bicara. Di orang kita, bahasa tubuh itu punya arti terbalik). 
Karena watak Om Acan agak 'pang panas', sontak dia bereaksi menjawab, "What you 
want, I want!!!" (Apa yang ngana mau, kita mau!!" Orang Inggeris itu tambah 
bingung??!
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-----Original Message-----
From: Taufik Polapa <icky...@yahoo.com>
Date: Thu, 8 Apr 2010 02:58:28 
To: <gorontalomaju2020@yahoogroups.com>
Subject: Re: Bls: [GM2020] UNG dan Hal-hal yang belum selesai

Denbaga, apa dp Hubungan Mbak Sum dan Robby Bule ? ttg UNG ? 
Apakah bukan Roby yang di Gang Gembira Percetakan Negara ini ?





________________________________
From: "denb...@yahoo.com" <denb...@yahoo.com>
To: Mell's <gorontalomaju2020@yahoogroups.com>
Sent: Thu, April 8, 2010 4:58:56 PM
Subject: Re: Bls: [GM2020] UNG dan Hal-hal yang belum selesai

  
Mbak Sum bermaksud mutusin pacarnya Robby (bule).

Akan tetapi dia tidak berani bertemu muka dengan kekasihnya. Mbak Sum menulis 
surat dengan berbekal kamus Inggris dan pengetahuan yang pas-pas-an. Berikut 
isi suratnya:

Hi Robby, together this letter I give know you.
(hai Robby, bersama surat ini aku memberitahumu)

I Want cut connection us.
(saya ingin memutuskan hubungan kita)

I think very cook cook all.
(saya pikirkan masak-masak semuanya)

I know love my only clap half hand
(saya tahu cintaku hanya bertepuk sebelah tangan)

Correctly I have see you play fire with a women entertainment at town with my 
eyes head alone
(sebenarnya saya telah lihat kamu bermain api dengan wanita penghibur di kota 
dengan mata kepala saya sendiri)

You always ask sorry back back river
(kau selalu meminta maaf berulang kali)

River that I forgive you, but this river, you corect corect hurt my liver.
(Kali itu aku maafkan kamu, tapi kali ini kau benar benar menyakiti hatiku) 

You eyes drop tears crocodile 
(matamu mencucurkan air mata buaya)

You correct correct a man crocodile land
(kau benar-benar lelaki buaya darat)

So I cut connection and pull body from love triangle this
(jadi, saya putuskan hubungan ini dan menarik diri dari cinta segitiga ini

I cry night-night until no there is eye water more thinking about your body
(saya menangis bermalam-malam sampai tidak ada lagi air mata memikirkan dirimu)

I not want sick my liver for 2 river
(saya tidak mau sakit hati untuk kedua kalinya)

Safe walk Robby
(selamat jalan Robbi)

From your fruit liver
(Dari buah hatimu)

Sumiati Lion on the table
(Sumiati Singodimejo) !!!
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
________________________________

From:  Yayu Arifin <yayujahjaarifin@ yahoo.co. id> 
Date: Mon, 5 Apr 2010 11:19:50 +0800 (SGT)
To: <gorontalomaju2020@ yahoogroups. com>
Subject: Bls: [GM2020] UNG dan Hal-hal yang belum selesai
  
you are right man, i just for two months in UNG last year and i got headache. 
Alhamdulillah we find out how to improve a little bit, InsyaAllah i would like 
to do more when i arrived. 

But it is indeed very hard to make people aware that there is something wrong 
since they were so long sleeping in that groove. No body want to be disturbed 
when  they are in that situation (it is called groovy feeling probably equal to 
steady state). 


--- Pada Sen, 5/4/10, Funco Tanipu <funcotanipu@ gmail.com> menulis:


>Dari: Funco Tanipu <funcotanipu@ gmail.com>
>Judul: [GM2020] UNG dan Hal-hal yang belum selesai
>Kepada: "Gorontalo Maju"
> <gorontalomaju2020@ yahoogroups. com>
>Tanggal: Senin, 5 April, 2010, 8:35 AM
>
>
>>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> 
>  >
>
> 
>>      
> 
>
>>Luar biasa "pertengkaran" kita ini. Baru kali ini saya melihat milis ini 
>>"ribut" hanya dengan satu topik; UNG. 
>
>>Pertengkaran ini menunjukkan bahwa disamping banyak harapan thdp UNG, banyak 
>>pula rupanya masalah yang kini. kita warisi.
>
>>Mengenai hal diatas, saya kira berjubelnya harapan tak lepas dari banyaknya 
>>masalah yang ada. Setiap kelahiran setitik harapan, selalu dikarenakan ada 
>>titik yang ingin diperbaiki.
>
>>UNG telah memasuki hampir 50 tahun berdiri kokoh di bumi Gorontalo, dinding 
>>ruangan dan kilasan dokumen foto terlihat kusam menunjukkan rentanya usia 
>>UNG. Tinggal 3 tahun lagi UNG akan memasuki tahun emas. Tahun yang 
>>dinanti-nantikan untuk patokan melakukan lompatan ke arah yang lebih baik.
>
>>Di usia ke 47 ini, kita masih berada diperdebatan bagaimana memulai? Terus 
>>terang, kita cukup terlambat dari yang lain. Tidak usah kita berbicara 
>>terlalu jauh dengan membandingkan UNG dengan negara lain. Kita lihat saja 
>>UNSRAT, UNHAS yang masih satu daratan dengan UNG. Tidak usah bermimpi dulu 
>>bagaimana berlevel "world", utk menjadi baik di level "regional" saja kita 
>>cukup keteteran.
>
>>Tumpukan harapan terlalu banyak yang kemudian signifikan dengan berjubelnya 
>>masalah. Tantangan Rektor baru kedepan belum akan bicara tentang skenario 
>>masa depan, Rektor kita akan dihadapkan pada bertebarannya masalah yang mesti 
>>di selesaikan.
>
>>Tetapi, saya kira ini bukan saja kerja Rektor saja. Basri Amin pernah 
>>mengatakan ke saya bahwa Universitas terlalu besar jika hanya diserahkan ke 
>>seorang Rektor. Rektor sebenarnya hanyalah salah satu tools dalam 
>>menyelesaikan hal-hal yang belum selesai.
>
>>Apa yang kemudian menjadi perdebatan mulai dari landasan filosofis yang 
>>kemudian diderivasi ke hal-hal teknis, saya kira letaknya pada perbedaan 
>>metodologi dalam memandang masalah dan harapan. Ada yang mendekati masalah 
>>dan harapan dengan pendekatan mekanistik, ada yang berpendekatan 
>>dekonstruktif, ada pula yang berpendekatan "historical" melulu.
>
>>Semua pendekatan benar, karena di setiap pendekatan selalu ada harapan untuk 
>>memperbaiki. Ada keinginan menjadi "tukang sapu" masalah. 
>
>>Dari "pertengkaran" ini bisa dilihat bahwa banyak hal-hal yang belum selesai. 
>>Kita memiliki resources yang kuat, resources itu berupa kualifikasi SDM, 
>>keinginan dan niat yang kuat.
>
>>Saya jika mengutip pengantar editor buku Energi Peradaban, bahwa di UNG itu 
>>orang-orangnya  biasa saja, yang luar biasa pada orang-orang itu adalah 
>>kemampuan mereka menembus batas, melintasi rintangan dan menguak tabir. UNG 
>>punya itu. 
>
>>Saya banyak mengulas hal-hal yang tidak teknis karena kita cukup kedodoran di 
>>wilayah paradigma dan fondasi fikir. Persoalan teknis kadang dianggap sebagai 
>>pangkal masalah. Padahal, letaknya bukan disitu. Fondasi pengetahuan yang 
>>ditanamkan 47 tahun lalu, telah dicabik-cabik oleh orang-orang yang 
>>kepentingannya menumpuk kapital melulu.
>
>>Maka, menurut saya yang mesti dilakukan adalah bagaimana keinginan mencapai 
>>masa keemasan UNG adalah menggali harapan dan memetakan masalah di tingkat 
>>prodi/jurusan. Kedua, data harapan dan masalah digali dengan model FGD agar 
>>lebih representatif, disamping itu juga model diskusi yang "tertulis" mesti 
>>segera dilakukan, agar dokumentasi ide bisa linier dengan praksisnya.
>
>>Berikutnya, peta harapan dan masalah kemudian dirancang secara canggih untuk 
>>dimasukkan dalam Renstra kedepan. Memang, selama ini problem representasi di 
>>UNG kita hampir diabaikan. Semua dianggap "umum", general dan bahkan "sama". 
>>Pendekatan representatif ini akan menjembatani seluruh keinginan dari elemen 
>>kampus.
>
>>Selain itu, yang perlu dibenahi adalah model pengawasan internal. Pengawasan 
>>atau katakanlah evaluasi mestinya dilakukan secara periodik dan reguler. Agar 
>>akuntabilitas bisa terjamin. Pada titik ini, publik mesti dilibatkan secara 
>>penuh. UNG mesti menjadi kampus terbuka untuk publik. 
>
>>Saya cukup "geli" dengan banyaknya hal-hal yang belum selesai. Hal yang mesti 
>>diselesaikan adalah naluri. Naluri yang mesti dibenahi. Terus terang di 
>>kampus kita ada yang bernaluri ilmuwan, ada yang bernaluri bandit dan bahkan 
>>ada yang bernaluri bedebah..
>
>>Ini kerja-kerja yang jika diurut, sangatlah banyak. Tetapi, sekali lagi, 
>>Universitas terlalu penting jika diserahkan kepada seorang Rektor. Kita semua 
>>sebenarnya adalah "rektor".
>
>>Renstra yang disusun nanti menjadi kompas kemana UNG diarahkan. Di kampus 
>>kita juga mesti dilakukan evaluasi ber
>
>
>
>
>>Terima Kasih
>
>
>>Funco Tanipu 

________________________________
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
 


      

Kirim email ke