salam..
pa PG jika setelah pulang kandang tidak ada lawan tanding, apakah mau 
bertanding dengan pa PG?mungkin pa PG perlu tahu bahwa setelah keluar kandang 
dulu yang bersangkutan ini sudah bertanding selama studi, baik dengan 
pembimbing, dosen lain, rekan2nya se ilmu bahkan sudah direbus/goreng di kawah 
seminar dan media publikasi ilmiah (jurnal). jika ada pihak yang ingin menjajal 
keilmuan kita, siap!kapan saja dan dimana saja. Asal persiapkan baik-baik 
jangan hanya seperti filosofi ilabulo...salam kenal dan sukses untuk anda.

Nurdin
Dosen Ilmu Tanah kekhususan Genesis dan Klasifikasi Tanah-Evaluasi Sumberdaya 
Lahan
program studi Agroteknologi Faperta UNG




________________________________
From: Putra Gorontalo <gorontalo.pu...@yahoo.com>
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Thu, April 15, 2010 7:27:38 PM
Subject: Bls: Re: Bls: [GM2020] Universitas dan Harapan Magistrium ex Scholarium

   
kalau saya pribadi kriteria dosen masih kurang cukup jika hanya menulis dan 
meneliti sesuai bidang ilmu S1 s/d S3 tp harus ada penjajalan ilmu. Ibarat 
seorg pendekar, setelah menimba ilmu kemudian turun gunung menjajal ilmunya kpd 
lawan maupun kawan, kalo kalah berarti ilmu masih dangkal dan harus naik gunung 
lg utk berguru tp kalo menang akan cari lawan baru yg lebih tinggi ilmunya agar 
tdk dicap sbagai jago kandang atau bo buheli to beleya.
Atau yg lebih buruk lg spt yg diemail sahabat td sebelumnya, gelar akademis 
hanya utk mengejar kenaikan pangkat utk mendapatkan penghasilan lbh banyak lagi.

Salam
PG

Pada Kam, 15 Apr 2010 18:15 WIB m...@teoritik. fisika.net menulis:

>&nbsp;
>
>
>
> 
>
>
> 
> 
> 
>       beberapa menit lalu sedang di bahas kriteria dosen menulis dan 
> meneliti, harus sesuai dengan bidang keilmuan, s1 s2 s3 .. saya hanya memilih 
> diaM BEGITU MELIHAT persyaratan2 yang sudah pernah saya komentarkan di millis 
> ini, lektor kepala mandiri dan bisa mengajar, nasib yang dialami oleh saya 
> apa????????? ????????.  Saya tadi mikir lama apakah saya ungkapkan nasib ini 
> di hadapan petinggi dan pengambil kebijakan?? saya diam seribu bahasa karena 
> saya ingat pesan SQB, satu permintaannnnnnnnnn nn saya di UNg hargailah 
> keilmuan orang ............ . tradisi buruk ini yang tidak jalan di UNG.  
> Selama UNG tidak mau berikan hak dan kewajiban saya sebagai pengajar dan 
> pembimbing mahasiswa ............ . saya tetap aka ............ .... saya 
> minta pada SQB PR 1 harus orang yang tegas dan jangan ambil orang yang sudah 
> pernah menduduki jabatan ini itu di jajaran kabinet lalu di UNG kalau hanya 
> merubah posisi itu adalah tanda2 kehancuran di masa akan datang
............ ....   mengenai S1 s2&nbsp; s3 sebidang itu adalah impian saya 
............ . sudah saya lalui... tahap awal ...    --- talani_121179@ 
yahoo.co. id wrote:  From: Noval Sufriyanto Talani &lt;talani_121179@ yahoo.co. 
id&gt; To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Subject: Re: Bls: [GM2020] 
Universitas dan Harapan Magistrium ex Scholarium Date: Thu, 15 Apr 2010 
10:45:28 &#43;0800 (SGT) 
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>&nbsp;
>
>
>
> 
>
>
> 
> 
> 
>       Assalam...
>&nbsp;
>saya bangga dengan generasi gtlo seperti teman2 yang memikirkan kemajuan gtlo 
>melalui universitas khususnya UNG. saya sepakat apa yg didiskusikan dan mohon 
>maaf saya ikut nimbrung dalam dialog ini. Kalau mau jujur benar kata Bung 
>Funco bahwa tuntutan Dikti bahwa seorang dosen itu lebih baik liner S1-S3, 
>secara implisit memang kelihatan baik, tapi secara eksplisit kita masuk dalam 
>etnosentris keilmuwan. Sebagai contoh, waktu seya menjadi tenaga abdi di UNG 
>tepatnya di jurusan teknik kriya dan akan mengikuti pengangkatan dosen berkas 
>saya ditolak dengan dalih tidak sesuai formasi, tetapi yang sangat memiriskan 
>adalah ungkapan seorang pejabat rektorat bahwa UNG tidak orang DESAIN karena 
>keilmuwan saya dari DESAIN KOMUNIKASI VISUAL padahal di Informatika ada mata 
>kuliah Desain Grafis dan di agrobisnis ada mata kuliah Multimedia. Inilah 
>harus harus kita rubah terlebih dahulu di UNG bahwa keilmuwan di dunia ini 
>semakin berkembangan seiring dengan lahirnya
> ilmu-ilmu baru.
>&nbsp;
>Masalah tradisi keilmuwan di PT yang melahirkan ilmu pengetahuan sebenarnya 
>kita memiliki tradisi itu yang kita kenal dengan Tri Dharma PT. Sebenarnya itu 
>merupakan budaya organisasi PT secara universal namun dapat berbeda dalam 
>implementasinya. Padahal, ketika kita melakukan penelitian dapat disinergikan 
>dengan aspek pengjaran sebagai diskusi pengujian teori untuk melahirkan teori 
>batu serta berkorelasi dengan pengabdian kepada masyarakat, dimana ilmu yang 
>akan dilahirkan melalui penelitian haruslah dapat dirasakan manfaatnya oleh 
>masyarakat. Saya melihat selama ini bahwa budaya Tri Dharma hanya semata-mata 
>dijadikan sebagai ajang untuk menambah penghasilan melalui pengurusan kenaikan 
>pangkat golongan atau fungsional sehingga kita menjadi sangat pragmatis. 
>Memang hal itu tidak salah, karena siapa seh yang tidak butuh materi di dunia 
>ini. Tapi moral pengabdian yang tulus belum menjadi &quot;roh&quot; dalam 
>wawasan keilmuwan, namun saya optimis satu saat
> tradisi keilmuwan dalam UNG akan terwujud dengan kerjasama seluruh civitas.
>&nbsp;
>Wassalam
>Noval Sufriyanto Talani  --- Pada Jum, 26/3/10, sqb...@yahoo. co.id 
>&lt;sqb...@yahoo. co.id&gt; menulis: 
> Dari: sqb...@yahoo. co.id &lt;sqb...@yahoo. co.id&gt; Judul: Re: Bls: 
> [GM2020] Universitas dan Harapan Magistrium ex Scholarium Kepada: 
> gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Tanggal: Jumat, 26 Maret, 2010, 2:57 PM 
>&nbsp; 
>
> Temans semua Memang saya ingin &quot;dikeroyok& quot; (he..he..) karena hanya 
> dengan itu &quot;adrenalin& quot; terpicu dan konsep semakin matang. 
> Perubahan paradigma yang saya maksud sebenarnya bukan menabrak aturan bahkan 
> &quot;meluruskan& quot; praktek manajemn PT yang sudah salah kaprah. Dari 
> referensi manapun bahkan dalam UU Sisdiknas, tegas2 dinyatakan PT adalah 
> lembaga akademik/keilmuan. Praktek yang dijalankan selama ini adalah 
> &quot;pengingkaran& quot; terhadap jati diri univ. Yg berarti kt bukan 
> merobohkan bangunan yg sdh ada. Apakah salah jika ilmuan menjadi 
> &quot;simbol& quot; di suatu &quot;kerajaan& quot; yg bernama universitas?  
> Istana 
>Powered by Telkomsel BlackBerry&reg;
>
>
>From: Iqbal &lt;kaizen_13@ yahoo. com&gt; 
>Date: Wed, 24 Mar 2010 21:46:19 -0700 (PDT)
>To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com&lt;gorontalomaj u2020@ yahoogroups. 
>com&gt;
>Subject: Re: Bls: [GM2020] Universitas dan Harapan Magistrium ex Scholarium
> &nbsp; 
>
>
>Diskusi ini tidak maju2, cuma jadi ajang saling tukar statemen dan 
>referensi... &nbsp;
>Dalam postingan pak syam terakhir saya kira sudah kelihatan arahnya meskipun 
>masih dilempar lagi untuk kita keroyok bersama..
>Come on guys, make a move..
> 
>Iqbal
> Sent from my iPhone
> On Mar 25, 2010, at 12:42 PM, &quot;Funco Tanipu&quot; &lt;funcotanipu@ 
> gmail.com&gt; wrote: 
>
>
>&nbsp; 
>
> Saya sepakat dengan bung Jack dengan mewaspadai &quot;istana& quot; bagi 
> ilmuwan.  Sedikit mengutip Foucault bahwa dalam ilmu pengetahuan selalu ada 
> ruang utk &quot;kuasa& quot;. Kuasa ditafsirkan sebagai kolonialisasi. Atau, 
> ada struktur baru yang terbangun melalui &quot;narasi& quot; (istana) yakni 
> korelasi subyek-obyek. Ada oposisi biner yang ditegaskan melalui 
> &quot;istana& quot;. Yang biner itu adalah ; tercerahkan vs tidak 
> tercerahkan; atas vs bawah ; terdidik vs tidak terdidik ; bodoh vs pintar ; 
> hukoka vs polodu (hehehe).  Jangan sampai kemudian, lahir struktur 
> &quot;penindasan& quot; yang lebih canggih dan sistematis yang kita tidak 
> sadari, tapi kita lakukan secara sadar.   Sebagai contoh, Profesor dr Barat 
> merasa &quot;lebih& quot; dari Profesor lokal. &quot;Jarak& quot; yang ada 
> adalah struktur kolonial yang telah diwariskan selama beradab-abad.  Kita 
> tentu tidak ingin UNG menjadi &quot;istana& quot; bagi yang belajar dan 
> terpelajar, dan di
 luar itu
adalah yang tidak terpelajar. Analoginya, dalam
> istana ada raja, di luar istana adalah kaum buruh.  UNG dengan Rektor baru 
> mesti memikirkan kembali semangat kelahiran awal UNG untuk menjadi sentrum 
> belajar bersama utk rakyat. Artinya, pendidikan mesti bisa diakses oleh 
> seluruh lapisan rakyat. Jangan sampai kemudian, UNG adalah &quot;istana& 
> quot; bagi yang memiliki kapital.   Rektor baru mesti berfikir keras 
> bagaimana terbangun sistem jaminan sosial bagi rakyat yang memiliki kapital 
> rendah. Karena bagaimanapun Negara (UNG) mesti menjamin rakyat dapat 
> menikmati pendidikan secara murah namun berkualitas.   Kita semua tidak 
> berharap UNG menjadi &quot;supermarket& quot; ilmu, yang mana jurusan dan 
> prodi adalah gerai atau showroom tempat &quot;jual beli&quot; ilmu. Ilmu 
> diperlakukan sebagai komoditas. Akhirnya, lulusan adalah sarjana tanpa ilmu. 
> Gelar adalah status bukan harkat.   Kita ingin UNG jauh dari hal-hal 
> &quot;bebal& quot; seperti itu. 
>  Terima Kasih   Funco Tanipu
>
>
>From: Razak Umar &lt;razak.umar@ yahoo. co.id&gt; 
>Date: Thu, 25 Mar 2010 03:01:03 &#43;0800 (SGT)
>To: &lt;gorontalomaju20 20@ yahoogroups. com&gt;
>Subject: Bls: [GM2020] Universitas dan Harapan Magistrium ex Scholarium
> &nbsp; 
>
>
>
>sebagai warga Gorontalo catatan sederhana tentang permasalahan ini akan 
>terpulang pada keberanian rektor UNG terpilih nanti untuk siap &#39;menabrak& 
>#39; segala bentuk aturan atas nama perubahan dan inovasi PT. Namun hal ini 
>tentu tidak mudah, karena memang demikian adanya bahwa keseragaman aturan 
>Pendidikan di Negeri ini telah &#39;memasung& #39; kreatifitas dan inovasi 
>daerah.&nbsp; 
>Catatan lainnya bahwa&nbsp;keingina n untuk membangun istana bagi para ilmuwan 
>di kampus jangan sampai terjebak pada otoriterianisme keilmuan dengan 
>menafikan keilmuan dalam perspektif yang lainnya. Harapannya ; menjadikan UNG 
>adalah Istana bagi para ilmuan sesungguhnya meruntuhkan tirani dan dikotomi 
>antara dosen &#39;senior& #39; dan Yunior, dalam semangat inilah keilmuan 
>dijunjung tinggi. Bukankah agama megajarkan&nbsp; &quot; hargailah&nbsp; ilmu- 
>hikmah itu meskipun keluar dari mulut seekor Anjing&quot; ? Diya Oditi 
>Juw....Maapu. &nbsp;
>&nbsp;
>&nbsp;
>Salam 
>Odu olo
>Razak (warga Limboto)&nbsp; 
> 
>
>
>Dari: &quot;sqb_29@ yahoo. co.id&quot; &lt;sqb...@yahoo. co.id&gt; Kepada: 
>gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Terkirim: Kam, 25 Maret, 2010 04:11:18 
>Judul: Re: [GM2020] Universitas dan Harapan Magistrium ex Scholarium  &nbsp; 
>
> Yth. Pa Iqbal Pertama kita harus sepakat dulu bahwa jabatan di kampus seperti 
> Rektor, Dekan, bukan jabatan struktural. Itu hanya tugas tambahan dosen. Dari 
> sini kita bisa tarik simpulan bahwa bahwa, PT bukan organisasi birokrasi. 
> Persoalan kita adalah, jabatan Rektor atau Dekan kita perlakukan sebagai 
> jabatan struktural. Dengan asumsi itu, makna &quot;perubahan paradigma&quot; 
> bukan berarti perubahan struktural karena istilah &quot;struktural& quot; 
> tidak ada dalam &quot;kamus& quot; universitas. Perubahan yang kita maksud 
> adalah menempatkan univ sebagai &quot;istana& quot; para ilmuan.  Pertanyaan 
> paling pokok &quot;bagaimana kita membangun istana itu?&quot; Kita bisa 
> menjawab atau mengabaikannya, tergantung sejauh mana idealisme dan daya tahan 
> kita. Pertanyaan berikut &quot;apakah manajemen kelembagaan yang dikembangkan 
> saat ini dengan Rektor sebagai &quot;raja&quot; , salah?&quot; Jawabannya 
> tergantung sikon tapi apa yang telah dilakukan Prof. Nelson
sudah tepat. Bayangkan, apa yang terjadi kalau beliau
> terapkan manajemen modern sementara SDM (ilmuan) kita belum siap. Kita harus 
> mulai merintis manajemen modern dengan asumsi, SDM sudah siap. Dan inilah 
> saatnya UNG untuk mulai merubah 
>Powered by Telkomsel BlackBerry&reg;
>
>
>From: iqbal makmur &lt;kaizen_13@ yahoo. com&gt; 
>Date: Wed, 24 Mar 2010 03:02:29 -0700 (PDT)
>To: &lt;gorontalomaju20 20@ yahoogroups. com&gt;
>Subject: Re: [GM2020] Universitas dan Harapan Magistrium ex Scholarium
> &nbsp; 
>
>
>
>
>
>
>Terimakasih penjelasannya Pak Syam..
>Saya yakin semua orang sepakat dengan apa yang sudah disampaikan teman2 
>tentang perubahan paradigma universitas dengan mengedepankan lab sebagai ujung 
>tombak dan menempatkan rektor dan jajarannya sebagai administrator semata.
>Tapi dari apa yang sudah dijelaskan sebelumnya saya belum melihat satu kalimat 
>yang bisa kita &#39;baca&#39; sebagai therapi yang lebih baik dari model lama. 
>Semua masih dalam tataran konsep dan cita2. Ibarat kita sudah punya tujuan 
>tapi belum punya kendaraan dan peta yang jelas sehingga kita bisa mencapai 
>tujuan yang kita maksud.
>&nbsp;
>Ada banyak catatan yang saya buat tapi mari kita diskusikan satu hal dulu :
>&nbsp;Struktur kelembagaan dan standar operasional prosedur Universitas sudah 
>baku dan hampir seragam diberlakukan di seluruh PT di Indonesia yang semuanya 
>diatur dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Kabar buruknya adalah, 
>semuanya diatur dalam undang2 dan peraturan pemerintah yang butuh jalur yang 
>sangat panjang untuk dirubah.
>Pertanyaannya adalah : 
>1. Apakah perubahan paradigma kelembagaan ini dilakukan secara 
>struktural&nbsp; atau dalam tataran pelaksanaan di lapangan? 
>2. Kalau secara struktural, ini butuh jalan yang sangat panjang yang belum 
>tentu diakomodir oleh pusat.
>3. Kalau hanya tataran pelaksanaan di lapangan apakah ini tidak terindikasi 
>sebagai penyalahgunaan wewenang dan pelanggaran terhadap tupoksi?
>&nbsp;
>Itu dulu yang kita jawab bersama, Mohon maaf saya bukan pesimis atau 
>mengecilkan arti gagasan teman2 semua, tapi saya sekedar mengajak kita untuk 
>melihat realitas yang ada dilapangan saat ini. Salah satu kelemahan kita 
>bersama (termasuk saya) adalah pikiran dan mimpi2 kita&nbsp;bisa jauh menembus 
>langit tapi kadang kaki kita sudah tidak menapak bumi..
>&nbsp;
>Iqbal
>&nbsp;
>PS. Kebetulan seluruh perguruan tinggi di Jepang berbasis lab jadi saya tau 
>sedikit tentang sistem ini.
>  --- On Tue, 3/23/10, sqb...@yahoo. co.id &lt;sqb...@yahoo. co.id&gt; wrote: 
> From: sqb...@yahoo. co.id &lt;sqb...@yahoo. co.id&gt; Subject: Re: [GM2020] 
> Universitas dan Harapan Magistrium ex Scholarium To: gorontalomaju2020@ 
> yahoogroups. com Date: Tuesday, March 23, 2010, 2:06 PM 
>&nbsp; 
>
>  Pertanyaan seperti yang dikemukakan pa Iqbal diajukan pula oleh sebagian 
> besar teman2 ketika diskusi tentang masalah itu. Bahkan mereka pesimis, 
> kondisi ideal demikian tidak akan pernah terwujud di PT di Gtalo spt UNG. Ini 
> pertanyaan sangat bagus dan menantang sekaligus memancing (he..he..). Lebih 
> menukik pertanyaannya &quot;bgmana kita memulai&quot; , &quot;dimana starting 
> point- nya&quot;. Jawaban atas pertanyaan itu dpt kita diskusikan di forum 
> ini. Cuma jangan kaitkan dengan posisi saya sebagai calon Rektor UNG. Kepada 
> bung MY, sebaiknya kita tidak sebut nama, akan lebih bijak &quot;kriteria& 
> quot; saja. Itu akan lebih plong dalam berdiskusi ttg masa depan UNG. Yang 
> jelas, kita harus sepakat bahwa hal- hal normatif dan idealisme perlu kita 
> pupuk karena hanya dengan itu, kita akan memiliki visi dan harapan hari esok 
> yang lebih baik. Dan PT di Gtalo khususnya UNG belum kehilangan harapan itu. 
> &quot;Tradisi mencipta&quot; adalah &quot;roh&quot; univ.
Pertanyaannya, mengapa tradisi
> itu belum ada di PT di Gtalo termasuk UNG. Ataukan tradisi itu tidak akan 
> mungkin terjadi di UNG? Dosen UNG saat ini berjumlah ±650 orang, artinya 
> terdapat ±650 ilmuan/pemikir di UNG yang menguasai ratusan disiplin ilmu. 
> Artinya sekian ratus disiplin ilmu yang berpotensi utk dikembangkan. Luar 
> biasa kan?? Tetapi mengapa tetap biasa2 saja dari tahun ke tahun? Walhasil, 
> kita perlu perubahan &quot;radikal& quot; untuk memulai semua ini. Kita harus 
> menempatkan &quot;program studi&quot; sebagai pembina disiplin ilmu, bukan 
> sebagai &quot;pejabat& quot; kampus yg tugasx menyusun jadwal/monitor kuliah. 
> Kita harus menempatkan prodi di garda terdepan utk membina &quot;academic 
> atmosphere&quot; . Academic atmosphere inilah yang menjadi &quot;sumber 
> masalah&quot; . Bagaimana mungkin kita brharap, pnelitian bermutu lahir jika 
> tradisi &quot;kajian ilmiah&quot; tidak tumbuh dgn baik. Pusat studi, lab 
> tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Mengubah paradigma manajemen
kelembagaan dari struktur milter dgn Rektor sebagai
> komandan tertinggi ke manajemen modern dgn lab/pusat std yang terdepan, 
> seperti yang dikemukan pa Tomy, tentu bukan pekerjaan mudah. Dan itu sangat 
> menantang untuk ditaklukkan. Yes, we can...  Terima kasih SQB 
>Powered by Telkomsel BlackBerry&reg;
>
>
>From: &quot;|BAYU| &quot; &lt;bayu.musa@ gmail. com&gt; 
>Date: Tue, 23 Mar 2010 10:22:08 &#43;0000
>To: Gorontalo Maju&lt;gorontaloma ju2020@ yahoogroups. com&gt;
>Subject: Re: [GM2020] Universitas dan Harapan Magistrium ex Scholarium
> &nbsp; 
>
>Singkat dan jelas,, Mantap pa ikbal,, 
>
>
>From: iqbal makmur &lt;kaizen_13@ yahoo. com&gt; 
>Date: Tue, 23 Mar 2010 02:20:21 -0700 (PDT)
>To: &lt;gorontalomaju20 20@ yahoogroups. com&gt;
>Subject: Re: [GM2020] Universitas dan Harapan Magistrium ex Scholarium
> &nbsp; 
>
>
>
>
>
>
>   ____________ _________ _________ _________ _________ __ Apakah Anda Yahoo!? 
> Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap 
> spam http://id.mail. yahoo.com 
>
> 
> 
>
> 
> 
>
>
>
>
>
>
> 
>
>
>
>
>
>
> &nbsp; referensi fisika utama - http://www.fisika. net 
>
> 
> 
>
> 
> 


 


      

Kirim email ke