Saya setuju dengan om uyan masalah keberanian berbahasa. Pernah sekali saya 
ngobrol dengan orang amrik, seperti biasa sebelumnya saya sedikit berbasa basi 
dengan minta maaf grammar ability saya jelek. Menurutnya most important thing 
about language is be understand each other, kalau anda bisa saling mengerti 
maksud satu sama lain itu sudah cukup.
Dulu waktu persiapan keluar negeri saya sempat khawatir dengan kemampuan bahasa 
inggris saya, kadang iri juga kalau mendengar pak agus lahinta dan ibu novi 
handayani lagi on air di radio dlm bahasa inggris, tapi setelah saya coba 
menggunakannya sehari-hari akhirnya terbiasa juga. Sampai sekarang saya sudah 
lebih 20 kali presentasi dan ikut berbagai seminar/konfrensi tidak ada masalah. 
Begitu juga dengan bahasa jepang, karena sering digunakan tiap hari akhirnya 
bisa juga meskipun tidak mahir2 amat.
So tidak ada yang tidak mungkin kalau kita mau belajar.

Salam
Iqbal
  
Sent from my iPhone

On Apr 24, 2010, at 4:04 PM, Sofyan Uli <sofyan...@yahoo.co.id> wrote:

Iya betul skali ... bahasa inggris sangat penting. saya pernah bertemu dgn org 
india. Bahasa inggrisnya sangat fasih, jelas skali dengan ciri khas logat 
indianya. Jadi kita org indonesia khususnya gtlo, jangan malu untuk berbicara 
bhs inggris walau salah2. Campur2 juga tidak apa2. Bahkan kalo bisa dengan ciri 
khas logat inggris gtlo hehehehe.
Kalo ada yg bilang dengan belajar bhs inggris mengurangi rasa nasionalisme 
kita. Mereka salah besar. Lihat saja malaysia, singapura, philipina. Apakah 
rasa nasionalisme berkurang?
Justru dengan kemampuan yang bagus dalam berbahasa Inggris, tenaga kerja mereka 
dihargai lebih tinggi dari kita. Miris memang..padahal dilihat dari etos kerja 
kita jauh lebih baik dari mereka.
Skali2 kita mungkin perlu berdiskusi di milis ini dalam bahasa inggris. Saya 
liat udah ada beberapa member yang memulainya. Tapi walaupun kita harus bisa 
berbahasa Inggris tentunya juga harus fasih berbahasa ibu. (Bhs gorontalo). Dan 
juga bahasa indonesia supaya kita bisa  menulis dgn baik dan benar seperti saya 
ini :D



Dari: Iqbal <kaizen...@yahoo.com>
Kepada: "gorontalomaju2020@yahoogroups.com" <gorontalomaju2020@yahoogroups.com>
Terkirim: Jum, 23 April, 2010 23:39:33
Judul: Re: [GM2020] Bercermin pada Mutu Pendidikan India

 
Artikel yang menarik..
Satu hal yang menonjol dari India dibanding negara2 berkembang lain adalah 
kemampuan berbahasa Inggris dan mereka benar2 mengoptimalkan kelebihan ini 
dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

Iqbal

Sent from my iPhone

On Apr 24, 2010, at 3:17 PM, Sofyan Uli <sofyan...@yahoo. co.id> wrote:

 
 Artikel menarik tentang bagemana india mengembangkan pendidikannya ... smoga 
bisa dibaca oleh pejabat2 di gtlo...,,

Bercermin pada Mutu Pendidikan India

Permasalahan pendidikan di hampir semua negara berkembang umumnya sama, mulai 
dari persoalan biaya sekolah, buta huruf, putus sekolah, kurikulum hingga 
anggaran pendidikan. Akan tetapi, semua bisa berubah asalkan pemerintah dan 
semua unsur terkait berkomitmen kuat untuk memajukan pendidikan di negara 
mereka masing-masing.

Tengok saja pendidikan di India. Secara fisik, bangunan maupun infrastruktur 
pendidikan tinggi di negeri itu sungguh memprihatinkan. Bangunan kusam, 
berdebu, terkesan semrawut. Juga sering kita temui tumpukan sampah atau puing 
berserakan di pinggir jalan atau gang. Tapi jangan ditanya soal mutu pendidikan 
tinggi negara berpenduduk hampir 1,2 miliar ini. Banyak perguruan tinggi di 
India sudah memiliki reputasi internasional, tidak kalah dengan perguruan 
tinggi di Australia, Inggris, maupun Amerika Serikat (AS). Beberapa bidang yang 
menonjol a.l. kedokteran, teknologi informasi (TI), teknik dan manajemen.

Beberapa institut di sana sudah menerapkan kurikulum dan metode proses belajar 
mengajar seperti halnya model Harvard. Banyak pula lulusan perguruan tinggi 
dari India laku keras di beberapa negara Eropa maupun AS. Perusahaan sekaliber 
Microsoft sendiri sudah percaya dan banyak memakai lulusan perguruan tinggi 
dari India. Banyak dokter bekerja di berbagai belahan dunia seperti AS dan 
Inggris. Begitu juga ahli teknik banyak tersebar di berbagai negara asing. Di 
Kota Dubai atau Singapura banyak pula dijumpai lulusan perguruan tinggi dari 
India, dan ada ilmuwan maupun dosen yang mengajar di berbagai negara maju.

Kita masih ingat beberapa ilmuwan terkenal seperti pemenang nobel bidang 
ekonomi Amartya Sen. Demikian juga bidang fisika yaitu Subrawanian dan 
Cancrashekar Venkantaraman, di bidang kedokteran kita kenal Hargobind Khorana. 
Bidang sastra, Rabindranath Tagore. Dan tidak lupa pemenang Nobel Perdamaian 
Bunda Theresa.

Biaya murah

Pendidikan tinggi di India relatif murah. Untuk mengambil master ilmu sosial 
misalnya, hanya butuh 30.000 rupees per tahun (sekitar Rp6 juta-an). Faktor 
pendukung lainnya adalah penerapan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di 
hampir seluruh perguruan tinggi di India. Hal ini juga punya andil dalam 
peningkatan mutu perguruan tinggi di negeri Mahatma Gandhi ini. Maka tidak 
heran lulusannya pun sudah tidak canggung lagi masuk ke pasar global.

Pada intinya, India lebih mementingkan isi (content) dibandingkan penampilan 
dan performa sebuah perguruan tinggi. Rata-rata dosen mereka sudah menyandang 
doktor. Banyak dari mereka merupakan lulusan AS dan Eropa. Jarang kita temui 
seorang profesor mewakilkan kepada asistennya untuk mengajar, mereka 
benar-benar profesional. Akses dengan dosen juga sangat mudah. Jarang kita 
temui dosen yang ngobjek ke sana kemari. Perpustakaan lengkap, banyak hasil 
riset, buku murah, dan metode dialogis merupakan metode yang jamak diterapkan 
di sana.

Mahasiswa di sana sudah terbiasa berkompetisi. Kondisi pendidikan di India 
sangat jauh berbeda dengan kampus-kampus di Tanah Air. Kampus yang berdiri 
megah yang terkadang full AC, dengan tempat parkir yang luas dan sederet mobil 
kinclong, ditambah dengan aroma mahasiswa yang bergaya metropolis. Tapi 
fasilitas fisik yang mentereng itu tidak diimbangi dengan mutu yang memuaskan. 
Lalu, apa yang salah dalam sistem pendidikan kita?

Kita cenderung lebih mementingkan penampilan daripada isi. Ini berbeda 180 
derajat dengan India yang justru lebih mementingkan isi daripada penampilan. 
Jika kita analogikan sebagai sebuah rumah, sudah saatnya Indonesia melengkapi 
perabot atau isi rumah ketimbang disibukkan dengan pengecatan penampilan rumah 
itu sendiri. Sebenarnya pemerintah telah bertekad untuk meningkatkan mutu 
pendidikan dan menyejajarkannya dengan negara lain. Itu bisa dibuktikan dengan 
peningkatan anggaran pendidikan dalam APBN, yang untuk tahun ini mencapai Rp44 
triliun. Akan tetapi, peningkatan anggaran pendidikan tersebut tidak diikuti 
dengan kesiapan dunia pendidikan itu sendiri. Apalagi birokrat pendidikan kita 
tidak bisa mengoptimalkannya, asal sekadar habis anggaran.

Perbaiki diri

Sudah saatnya Indonesia melakukan langkah nyata dalam menghadapi era pendidikan 
bertaraf global guna menutup ketertinggalan. Perlu dikaji penerapan bahasa 
Inggris sebagai bahasa pengantar di perguruan tinggi kita. Berapa banyak 
lulusan kita yang pintar, namun lemah dalam penguasaan bahasa asing, khususnya 
Inggris. Meski demikian, kita tidak perlu meninggalkan bahasa Indonesia sebagai 
bahasa patriotik kita. Tidak heran jika banyak orang tua yang lebih suka 
menyekolahkan anak-anaknya ke luar negeri. Masalah mendasar pendidikan kita 
adalah inkonsistensi antara perencanaan dan pelaksanaan di lapangan. Pemerintah 
seharusnya benar-benar berkomitmen untuk membawa dunia pendidikan kita lebih 
maju dengan mengerahkan segala potensinya, di mana salah satunya bisa diukur 
dari peningkatan anggaran tadi. Mutu pendidikan yang berkelanjutan harus terus 
ditingkatkan seiring dinamika dan perubahan eksternal serta cepatnya tuntutan 
kebutuhan dunia usaha. Bongkar pasang
 kurikulum, sasaran, metode karena pergantian menteri mestinya tidak terjadi 
lagi, sehingga tidak terjadi opportunity lost yang terlalu panjang.

Akhirnya, sudah waktunya pemerintah sebagai regulator beserta segenap elemen 
masyarakat untuk bahu-membahu, serius dan komitmen tinggi untuk membawa 
pendidikan kita ke arah yang lebih maju. Untuk mewujudkannya kita harus berani 
dan mau belajar dari negara mana pun yang lebih maju, termasuk
India tentunya.

* Mahasiswa pada Post Graduate Programme in International Management, 
International Management Institute, New Delhi, India (Foto: Kiri)

Sumber : http://ppiindia. wordpress. com 





Reply to sender | Reply to group | Reply via web post | Start a New Topic
Messages in this topic (4)
RECENT ACTIVITY: New Members 5
Visit Your Group
Majulah Gorontalo kita!
Switch to: Text-Only, Daily Digest • Unsubscribe • Terms of Use
|**|end egp



      

Reply via email to