Ini lagi ikut serial di HBO The Pasific … serial PD II wilayah pacific sequel 
cerita band of brothers…. Misi iwo jima, Australia de el el pasca serangan 
pearl harbour... sayangnya Indonesia gak kebagian scene karna dianggap hanya 
daerah kantong ..tentara amrik memutus hubungan basis pasukan jepang di daerah2 
strategis sehingga yg lain gak tersuplay keren serialnya … sangat recommended 
meskipun masih bagusan pendahulunya band of brothers… mr speilberg and tom 
hanks masih terlibat di serial ini. CMIMW … 

 

 

 

  _____  

From: gorontalomaju2020@yahoogroups.com 
[mailto:gorontalomaju2...@yahoogroups.com] On Behalf Of Iqbal
Sent: Monday, May 03, 2010 1:17 AM
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: [GM2020] Catatan Mei- Gorontalo dan Asia Pasifik

 

  

Herr Jahja dan Mr Basri, 

Saya terpikir ada yang mau memelopori penulisan sejarah layaknya penulisan 
bidang exact, semua versi didokumentasi dan diajarkan secara resmi, then 
biarkan masyarakat mau percaya yang mana. Logika saya, wahyu saja bisa dipahami 
dan diinterpretasi beragam, kenapa sejarah tidak bisa ditulis dan ditafsirkan 
dalam banyak versi?

 

Just my two cents

Iqbal

Sent from my iPhone


On May 2, 2010, at 10:36 PM, Yayu Arifin <yayujahjaarifin@ 
<mailto:yayujahjaari...@yahoo.co.id> yahoo.co.id> wrote:

  


Ensiklopedia ini akan berat sebelah, yaitu menghujat jepang dan mengangkat baik 
belanda, seharusnya sejarawan indonesia menuliskan sejarah itu sendiri. 

Sayangnya sejarawan indonesia yg belajar dibelanda akan lebih bias lagi mana 
mungkin menuliskan kekejaman belanda dan mempertahankan disertasinya dihadapan 
professor 2 belanda ???. 

--- Pada Ming, 2/5/10, basriamin <basria...@yahoo.com> menulis:


Dari: basriamin <basria...@yahoo.com>
Judul: Re: [GM2020] Catatan Mei- Gorontalo dan Asia Pasifik
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 2 Mei, 2010, 3:46 PM

  

Bung Iqbal ysh,

Saya belum tahu jawabannya. Tapi saya rasa banyak publikasi yg pernah 
membahasnya dan mkn ensiklopedi ini punya datanya. Nanti kalau saya jumpa Pak 
Andri Lapian di Tomohon akn saya tanyakan jg kepada beliau, sbg salah seorang 
yg mumpuni soal Jepang. Dan pasti Univ. Kyoto punya koleksi Asia Tenggara yg 
bagus.

Salam sukses dan sehat2 slalu,

Basri

--- In gorontalomaju2020@ yahoogroups. com, Iqbal <kaizen...@. ..> wrote:
>
> Bung Basri ysh, terimakasih artikelnya, sangat informatif..
> Ada satu babak dalam sejarah bangsa yang mengganjal pikiran saya hingga saat 
> ini terkait masalah penjajahan Jepang dan kemerdekaan. Pertanyaan saya adalah 
> : Kenapa Indonesia pada saat itu harus repot2 "menculik" Soekarno untuk 
> memaksakan proklamasi padahal pihak Jepang sendiri sudah membentuk Dokuritsu 
> Junbi Kosakai ?
> 
> Iqbal
> 
> Sent from my iPhone
> 
> On May 2, 2010, at 5:24 AM, "basriamin" <basria...@. ..> wrote:
> 
> Gorontalo dalam Dokumentasi Asia Pasifik
> 
> Basri Amin
> Penulis Lepas, Warga Hepuhulawa Limboto
> 
> Dalam karya seminal terbaru Peter Post dan kawan-kawan (2010), The 
> Encyclopedia of Indonesia in the Pacific War, Gorontalo memperoleh tempat 
> istimewa, tepatnya di halaman awal ensiklopedi ini (hal 13, 24-25). 
> 
> Karya setebal 713 halaman ini dikerjakan selama hampir 10 tahun (penelitian 
> sejak 2000) oleh puluhan sarjana dunia dari Eropa, Asia, Australia, dan 
> Amerika. Tujuannya untuk mengungkap tabir gelap dari perang Pasifik, 
> khususnya ketika Jepang berkuasa selama 3,5 tahun. Karya yang diedit oleh 
> Peter Post (VU, Amsterdam), William Frederick (Ohio, USA), Iris Heidenbrink 
> (the Hague, Netherlands) , dan Shigeru Sato (Griffith University, Australia) 
> sangat pantas kita hargai dan pelajari, terutama karena kita belum punya 
> pengetahuan memadai tentang Pasifik periode 1930an/1940an, kecuali melalui 
> karya Ratulangie, Indonesia di Pasifik (terjemahan, 1982). 
> 
> Catatan ini bermaksud membahasnya secara terbatas. Saya belum berhasil 
> membaca ensiklopedi ini seluruhnya karena keterbatasan waktu, dan memang saya 
> tak bisa membawanya keluar perpustakaan karena demikianlah kebijakan KITLV 
> Leiden untuk setiap buku baru yang "eksepsional" .
> 
> Perang Pasifik dikenal sebagai salah satu perang terburuk yang pernah dialami 
> oleh bangsa Asia, Indonesia pada khususnya. Meski demikian, semua bangsa yang 
> terlibat, pada akhirnya bisa dikatakan sebagai "korban" perang brutal itu 
> (1942-1945). Bermula dari sebuah janji dan harapan, terutama oleh jargon 
> Jepang sebagai "cahaya Asia", atau "Asia untuk orang Asia", tapi semuanya 
> berakhir dengan zaman kegelapan, penderitaan, kelaparan, dan kebingungan. 
> 
> Bagi bangsa Jepang sendiri, periode itu dikenal sebagai masa "mimpi besar", 
> tapi akhirnya hanya berbuah kekalahan dan penyesalan. Ketika itu, kekaisaran 
> Jepang seperti tak berbekas dan hilang muka dalam pentas dunia. Dan tak ada 
> kata yang cukup untuk bisa menjelaskan sejauh mana penderitaan manusia dan 
> brutalisme yang terjadi antara 1942-1945. Militer jepang yang mati lebih dari 
> 1.555.308. Ratusan ribu pasukan Indonesia yang membantu militer Jepang 
> (romusha) ikut terbunuh (Post, 2010:1).
> 
> Dalam memori masyarakat Indonesia, periode Jepang dikenal dengan "masa 
> kegelapan dan penderitaan" . Tapi pada masa itu pula "kemerdekaan Indonesia" 
> berhasil diproklamasikan (1945). Sejauh ini, penulisan tentang Perang Pasifik 
> relatif terpisah-pisah, bahkan lebih banyak berpusat di/tentang Jawa, atau 
> berdasarkan perspektif yang sepihak dari setiap bangsa yang terlibat (Jepang, 
> Belanda, Sekutu/Amerika dan Indonesia).
> 
> Jepang sendiri sangat intensif menjadikan periode Pasifik sebagai bagian dari 
> sejarah penting mereka. Tak heran kalau Jepang sudah berhasil mendigitalisasi 
> dokumen mereka sebanyak 14.300.000 dokumen (2008), meski dokumen tersebut 
> sudah bisa diakses oleh publik sejak 2001. Di Belanda, proyek "oral history" 
> sudah berjalan sejak 1997 sampai 2001, dengan hasil wawancara 724 orang 
> â€"dari berbagai latar belakang-- yang dulunya pernah tinggal di Indonesia 
> pada periode 1930an-1960an. Meski beberapa dokumen yang ada di Belanda 
> sendiri untuk periode Jepang itu memang lebih banyak bersifat "propaganda" .
> 
> Australia sendiri punya proyek khusus, tapi hanya secara khusus memberi 
> perhatian tentang peran Australia di Pasifik, dan sedikit menyentuh Jawa dan 
> Sumatera. Di Indonesia, hanya Universitas Hasanuddin di Makassar yang 
> tercatat punya proyek riset (oral history) tentang pendudukan Jepang di 
> Sulawesi Selatan, yang kemudian dibantu oleh Universitas Tokyo sehingga 
> rekaman itu akhirnya berhasil ditranskripsi dan didigitalisasi. 
> 
> Ensiklopedi ini disebut seminal karena cakupan data (fakta, kronologi, 
> konteks, dan peristiwa) dan analisis yang berhasil dilahirkannya, serta 
> keterlibatan banyak pihak pada periode penelitian yang cukup panjang. Lebih 
> dari itu, karya ini banyak merekam tentang "pengalaman nyata" sehari-hari 
> dari pihak-pihak yang terlibat atau yang mengalami masa pahit itu. Data lisan 
> dan visual lumayan seimbang ditampilkan, termasuk sejumlah foto, puisi, 
> gambar majalah, sketsa, kartun, manuskrip, dst.
> 
> Editor mengakui bahwa ensiklopedi ini punya kekurangan, terutama soal 
> sumber-sumber lokal yang tidak begitu tercakup dengan baik, misalnya tentang 
> Jepang di Sulawesi dan Kalimantan. Hal ini disebabkan, menurut temuan para 
> peneliti ini, bahwa kekuasaan Jepang hanya sekitar dua tahun di daerah luar 
> Jawa dan Sumatera, dan tidak pernah sepenuhnya berhasil mewujudkan sebuah 
> administrasi militer Jepang karena hebatnya serangan sekutu. Sementara di 
> Jawa dan Sumatera nyaris tak ada perlawanan sengit.
> 
> Keterbatasan lain yang saya temukan adalah bahwa rupanya peristiwa "23 
> Januari 1942" Gorontalo belum berhasil masuk (tercatat) dalam daftar tabel 
> kronologi (peristiwa) pada tahun 1942. Padahal Kendari, Balikpapan, Bima dan 
> Ambon, disebut dengan jelas masing-masing pada tanggal 16, 24, 26 dan 31 
> JANUARI 1942. Karena itu, adalah tugas kita untuk menyebarkan tulisan-tulisan 
> akademik bermutu Gorontalo agar publikasi-publikasi Asia Tenggara/Pasifik 
> berikutnya bisa lebih utuh "memberi tempat" bagi Gorontalo.
> 
> Kembai ke Gorontalo 
> 
> Ensiklopedi ini menuliskan dengan jelas dan secara khusus bahwa pada periode 
> Desember 1941 sampai Maret 1942, Jepang relatif sudah menguasai beberapa 
> lokasi di Indonesia dan memperoleh impresi dari penduduk setempat. 
> 
> Dan "hanya di Gorontalo dan Aceh pada masa itu di mana penduduknya melakukan 
> pemberontakan kepada penguasa kolonial Belanda" (halaman 13).
> 
> Selanjutnya, bagaimana masa Jepang itu tergambarkan secara lokal di Gorontalo?
> 
> Sebanyak 250 baris tanggomo Gorontalo merupakan suatu kesaksian kolektif 
> penting yang mengungkapkan bagaimana penderitaan rakyat, kebingungan, 
> korban-korban, dan kekerasan yang terjadi pada masa pendudukan Jepang di 
> Gorontalo. Adalah Temey Sahala, penutur tanggomo yang sangat terkenal, lahir 
> 1903 di kampung Talumopatu, yang berhasil mengungkapkan suasana batin itu 
> dalam bait-bait tanggomo. John Little, dari Universitas Wisconsin, Madison, 
> Amerika Serikat, yang kemudian menyalinkannya dalam bahasa Inggris yang 
> hingga kini masih sering dirujuk. John Little adalah peneliti Bahasa 
> Gorontalo tahun 1970an. 
> 
> Catatan tambahan
> 
> Tercatat pula sebuah tulisan singkat John Little and Hamzah Machmoed, A 
> Gorontalo (North Celebes) Poet Chronicler: the Work of Temey Sahala (Manuli), 
> dalam prosiding konferensi "Modern Indonesia History" oleh Pusat Studi Asia 
> Tenggara di University of Wisconsin-Madison, USA (July 18-19, 1975: 132-170). 
> Tulisan John Little dan Hamzah Machmoed tersebut tergolong cukup panjang, dan 
> berhasil menguraikan dimensi-dimensi ingatan kolektif masyarakat Gorontalo 
> â€"tentang beberapa peristiwa penting di masa lalu seperti kedatangan 
> Gubernur Jenderal Belanda, perjuangan Nani Wartabone, Permesta di Gorontalo, 
> dsb.-- yang diekspresikan melalui penuturan lisan-puitis, Tanggomo, dan 
> menguraikan sejumlah keterangan tentang isi dan makna Tanggomo ini dalam 
> kehidupan masyarakat Gorontalo. Dalam pelacakan saya, mungkin paper 1975 
> itulah yang bisa disebut sebagai tulisan pertama tentang Gorontalo yang 
> ditampilkan dalam forum ilmiah Asia Tenggara di Amerika Serikat. Dan kita
> patut bangga karena Hamzah Machmoed adalah putra Gorontalo sendiri (kini 
> sebagai guru besar bahasa di UNHAS). 
> 
> John Little rupanya hanya secara khusus mempelajari sosok Manuli dan 
> pekerjaan beliau, Temey Sahala (Manuli) di Tapa, dalam kegiatan Tanggomo 
> serta memberi keterangan tambahan tentang peristiwa-peristiwa sejarah yang 
> diuraikan. Sayang karena John Little "gagal" menyelesaikan proyek studi 
> PhD-nya tentang Gorontalo, tapi sebuah manuskrip tebal (415 halaman) tentang 
> bahasa Gorontalo berhasil ia tulis di Cornell University, "An outline of 
> Gorontalo morphology and clause structure" (John Little, 1978). Setelah karya 
> ini, sarjana-sarjana sastra dan bahasa Gorontalo mengalami kebangkitan, dan 
> khusus untuk Tanggomo, kita bisa membaca disertasi Nani Tuloli, Tanggomo, 
> salah satu ragam sastra lisan Gorontalo di Universitas Indonesia (1990) 
> 
> Semoga catatan sederhana ini bisa menjadi bahan kajian lebih lanjut untuk 
> memperkaya pengetahuan dan memperkuat agenda-agenda peradaban Gorontalo yang 
> lebih progresif dan utuh, demi kemajuan bersama. Banyak karya-karya tulis di 
> dunia sudah berhasil "memberi tempat" bagi Gorontalo, terutama untuk 
> karya-karya lokalnya, dalam bidang sosial budaya dan humaniora, selain kajian 
> sumber daya alam dan studi-studi pembangunan. Dan tugas besar akan selalu 
> memanggil bagi generasi Gorontalo masa kini. 
> 
> Selamat bekerja bagi mereka yang sudah terpanggil!
>

 

Reply 
<mailto:yayujahjaari...@yahoo.co.id?subject=re:%20%5bGM2020%5d%20Catatan%20Mei-%20Gorontalo%20dan%20Asia%20Pasifik>
  to sender | Reply 
<mailto:gorontalomaju2...@yahoogroups.com?subject=re:%20%5bGM2020%5d%20Catatan%20Mei-%20Gorontalo%20dan%20Asia%20Pasifik>
  to group | Reply 
<http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/post;_ylc=X3oDMTJybm5mZ3JsBF9TAzk3MzU5NzE0BGdycElkAzE2Nzg4NjAyBGdycHNwSWQDMTcwNTE3MTQ2NARtc2dJZAMzNzEwNARzZWMDZnRyBHNsawNycGx5BHN0aW1lAzEyNzI4MDgwMTg-?act=reply&messageNum=37104>
  via web post |  
<http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/post;_ylc=X3oDMTJmMmk3YTFuBF9TAzk3MzU5NzE0BGdycElkAzE2Nzg4NjAyBGdycHNwSWQDMTcwNTE3MTQ2NARzZWMDZnRyBHNsawNudHBjBHN0aW1lAzEyNzI4MDgwMTg->
 Start a New Topic 

Messages 
<http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/message/37067;_ylc=X3oDMTM3OWg3NWk4BF9TAzk3MzU5NzE0BGdycElkAzE2Nzg4NjAyBGdycHNwSWQDMTcwNTE3MTQ2NARtc2dJZAMzNzEwNARzZWMDZnRyBHNsawN2dHBjBHN0aW1lAzEyNzI4MDgwMTgEdHBjSWQDMzcwNjc->
  in this topic (5) 

 
<http://groups.yahoo.com/;_ylc=X3oDMTJlcW92YzNuBF9TAzk3NDc2NTkwBGdycElkAzE2Nzg4NjAyBGdycHNwSWQDMTcwNTE3MTQ2NARzZWMDZnRyBHNsawNnZnAEc3RpbWUDMTI3MjgwODAxOA-->
 Yahoo! Groups

Switch to:  
<mailto:gorontalomaju2020-traditio...@yahoogroups.com?subject=change%20delivery%20format:%20Traditional>
 Text-Only, 

 



Kirim email ke