Pak Ilahude,
 Permasalahan yang saat iini bukan Calon Gubernur atau Politik ke depan, tapi 
Impact dari Kebijakan yang meLEGALkan Alih Fungsi Hutan Menjadi Area 
Pertambangan Bahkan Informasi yang berkembang Perusahaan Pertambangan yang akan 
masuk ke TNBNW adalah dari Grup BAKRIE.
Andaikan PROYEK MENG GOLKAN ALIH FUNGSI HUTAN ini berjalan 100% dan Dampaknya 
ke 
Depan Banjir Gorontalo semakin parah maka Orang yang bertanggung Jawab dan 
harus 
di catat oleh Rakyat gorontalo adalah :
1. Gusnar Ismail (Selaku Gubernur Gtlo saat ini)
2. Ismet Mile (Bupati Bone Bolango)
3. Winarni Monoarfa (Kepala Bappeda Prop)
4. Dinas Kehutanan dan Pertambangan yang terkait.

Karena Merekalah yang berkuasa saat ini dimana menentukan Project tersebut 100% 
atau di tolak. dan Sebagai Hukuman Moral adalah RAKYAT GORONTALO Harus mencatat 
nama mereka orang2 yang patut bertanggung jawab hingga anak Cucu Kita nanti.
Jangan Hanya Mau Enaknya saja tapi Giliran di Salahkan Menghindar dengan banyak 
Alasan.
SAAT ini Yang HARAM dan SAlah Pun di buat seperti HALAL dan BENAR bahkan benar 
berdasakan UU yang di buat.

Salam 


TP




________________________________
From: "ilahude_...@yahoo.com" <ilahude_...@yahoo.com>
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Sent: Wed, June 30, 2010 8:50:08 PM
Subject: Re: [GM2020] Re: Alih Fungsi 14.000 Ha Lahan  Taman Nasional Bogani 
Nani Wartabone

  

Mudah2an gubernur baru paham kondisi hidrogeologi kawasan gorontalo dan 
sekitarnya, ada sdikit koreksi bahwa aliran sungai bone outletnya bukan ke 
danau 
limboto tapi langsung ke teluk tomini. Akan tetapi yg paling dikhawatirkan efek 
penyempitan dan pendankalan dimuara s.bone, sering trjadi luapan air masuk 
kekota melalui   kawasan rendah akibat subsiden diwilayah, kota utara (tapa), 
tamalate, tanggi kiki, ipilo, siendeng, kampung bugis dan skarang mulai melebar 
kekabila..org pasti bertanya. knapa makin lama makin meluas dataran banjir?? 
Ini 
antara lain akibat pengambilan air tanah dangkal yg melimpah, faktor pemicu 
lain 
yaitu gorontalo sering terjadi gempa shingga daerah bagian utara cenderung 
turun 
krn adanya faktor liquifaction (pasir/lumpur termampatkan) dibawah permukaan 
tanah.....Penyebab utama lainnya berkembangnya penambangan liar dibagian 
timur-tenggara bukit mboto2 atau skrg terkenal dgn Taman Bogani. Kalau terjadi 
alih fungsi hutan menjadi kawasan tambang, mau dikemanakan aliran debit air 
anak 
sungai yg bgitu banyak yg meluncur dr perbukitan itu? Kalo ini terjadi maka 
marilah kita angkat perabot rumah tangga kita dan pindahkan kerumah kadinas 
kehutanan dan pertambangan gorontalo... .
Munkin inilah salah satu bentuk ancaman unjuk rasa scara halus agar dia paham 
kondisi yg sebenarnya.. smoga siapa saja yg jadi gubernur grtlo memahami 
kondisi 
tatanan hidrogeologi gorontalo yg kita cintai...
DI (praktisi geologi)


Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss... 
!
________________________________

From:  "safrawa" <safr...@yahoo. com> 
Sender:  gorontalomaju2020@ yahoogroups. com 
Date: Wed, 30 Jun 2010 10:12:58 -0000
To: <gorontalomaju2020@ yahoogroups. com>
ReplyTo:  gorontalomaju2020@ yahoogroups. com 
Subject: [GM2020] Re: Alih Fungsi 14.000 Ha Lahan  Taman Nasional Bogani Nani 
Wartabone
  

Dear milister
setuju dengan bang dani,ketika kepala bappeda mengatakan rencana ini telah 
dikaji dengan matang pertanyaan yang timbul adalah:
1. Seberapa matang pengkajian ini ketika tidak memasukkan nilai ekonomis dan 
ekologi TNBW ketika tidak dikonversi?
2. Apa rencana besar dibalik konversi ini ketika salah satu alasan konverai 
hanya karena kawasan ini memiliki kandungan emas yang cukup tinggi(mengacu k 
presentasi tim terpadu pengkajian rtrw prov gtlo)yg dipresentasikan di jakarta
3. Sudahkaj dipertimbangkan ketika kawasan ini dikonversi dari mana PDAM gtlo 
mendapatkan airnya?(lihat pernyataan sikap Perkumpulam Japesda)
4. paragraf terakhir berita ini tidak nyambung bug iki karena orang suwawa 
timur(excluding kec bamgio/pinogu) tidak bisa bertani sawah
Ketika hal ini sudah disetujui mentri kita mau bilang apa lagi just wait n see 
dan tunggulah kehancurannya. 

salam
Dewi
,
--- In gorontalomaju2020@ yahoogroups. com, Taufik Polapa <icky...@...> wrote:
>
> Selasa, 29 Juni 2010 | 04:40 WIB
> MAKASSAR, KOMPAS  - Rencana Pemerintah Provinsi Gorontalo untuk 
>mengalihfungsikan lahan seluas 14.000 hektar 
>
> di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dinilai berpotensi memperparah 
> banjir tahunan  di Kota Gorontalo. Penyebabnya, lahan itu merupakan 
> areal resapan air  di hulu Sungai Bone.
> Hal  itu 
> disampaikan pemerhati lingkungan  hidup, Danny Pomanto, Senin (28/6). 
> Menurut dia, alih fungsi dari hutan lindung menjadi hutan produksi 
> rentan merusak kawasan di sekitar hulu Sungai Bone. Apabila areal itu 
> rusak, debit air dari Sungai Bone menuju Danau Limboto di Kota Gorontalo akan 
>lebih besar.
> Beban yang harus diemban Danau Limboto 
> semakin besar karena danau seluas 3.000 hektar ini juga menjadi hilir 
> dari Sungai Bolango dan Sungai Tamalate. �Saat ini saja Danau Limboto 
> selalu meluap saat musim hujan. Saya khawatir alih fungsi hutan lindung 
> justru memperbesar cakupan banjir di Kota Gorontalo dan sekitarnya,� 
> kata Danny. Sementara itu, lebar sungai di Pelabuhan  Gorontalo yang 
> menjadi pembuangan air ke laut tidak sampai 500 meter.
> Kebijakan 
> itu  dianggap kurang tepat masuk dalam revisi Rencana Tata Ruang Wilayah 
>Provinsi Gorontalo  2009-2028. Danny menyayangkan sikap Menteri 
>
> Kehutanan Zulkifli Hasan yang telah menyetujui rencana ini pada 25 Mei 
> 2010. �Menteri Kehutanan terlalu gegabah karena Taman Nasional Bogani 
> Nani Wartabone (TNBNW) merupakan bagian dari garis Wallace,� kata Danny.
> Ancam spesies endemik
> Ia mengingatkan,  alih fungsi kawasan hutan itu mengancam sejumlah spesies 
>flora dan fauna endemik yang ada di TNBNW. Dalam taman nasional seluas 
>
> 287.115 hektar ini terdapat 24 jenis mamalia, 125 jenis burung, 11 jenis 
>reptilia, 2 jenis amfibi, 38 jenis kupu-kupu, 200 jenis kumbang, dan 19 jenis 
>ikan.
> Satwa endemik, antara lain monyet hitam (Macaca 
> nigra nigra), monyet dumoga bone (Macaca nigrescens), musang sulawesi 
> (Macrogalidia musschenbroekii musschenbroekii) , anoa besar (Bubalus 
> depressicornis) , dan babirusa (Babyrousa babirussa celebensis), juga 
> hidup di sini. Sementara flora yang khas, antara lain palem matayangan 
> (Pholidocarpus ihur), kayu hitam (Diospyros celebica), dan kayu kuning 
> (Arcangelisia flava).
> Namun, penilaian Danny itu disanggah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan 
>Daerah  Provinsi Gorontalo Winarni 
>
> Monoarfa. Menurut dia, rencana ini telah dikaji secara matang oleh tim 
> independen yang terdiri atas akademisi, peneliti dari Lembaga Ilmu 
> Pengetahuan Indonesia, staf Kementerian Kehutanan, ataupun anggota 
> Komisi IV DPR. �Semua sudah dikaji dengan mengedepankan prinsip 
> kehati-hatian,� katanya.
> Sementara itu, luas lahan persawahan di 
> Pulau Bali  berangsur bertambah. Dalam tiga tahun terakhir pertambahan 
> mencapai sekitar 600 hektar setelah setiap tahun menyusut 700 hektar 
> sejak tahun 1997. Adanya subsidi pajak  dan subsidi pupuk mendorong 
> petani kembali menggarap sawah.
> Dinas Pertanian Tanaman Pangan 
> mencatat total lahan sawah pada tahun 2009 seluas 81.361 hektar. (RIZ/AYS)
>


 


      

Kirim email ke