Gaza Day 2

Jabaliya, Gaza strip

5:26:17 PM | Wed, Jul 7, 2010

" Ya Rabbi, tenangkan hatiku agar tak larut dalam kemarahan, tak hanyut dalam 
rasa gundah, tak juga tunduk pada tekanan kesedihan, juga tak mudah d sesatkan 
oleh hawa nafsu ... "

Hari ini berlalu dengan manis, Alhamdulillah. Aku menikmati pemandangan indah 
saat melihat keriangan yang tpancar dari sorot mata polos anak - anak itu.

Lincah berlarian diantara puing - puing rumah mereka yg hampir rata dengan 
tanah. Walaupun sekali terlihat sorot waspada saat terdengar seperti suara 
panser yang mendekat. Namun mereka kembali bermain ketika tau yg datang 
bukanlah ancaman baginya.

Ya ALLAH,

Nikmatnya hidup dalam ketenangan dan rasa aman. Saat bisa menikmati semuanya 
dengan bebas. Tanpa tekanan, tanpa ancaman. Malu rasanya bila aku masih juga 
mengeluhkan ini dan itu.

Terima kasih Rabb,

Hari ini Kau ajari aku bagaimana menikmati rasa takut untuk mensyukuri 
nikmatnya rasa aman.

Jangan biarkan rasa marah membakar semangatku ya Illahi, hingga kegundahan 
menguasai hatiku dan kesedihan melenyapkan semua harapanku...

Mampukan aku menundukan hawa nafsu agar aku tetap istiqomah djalanMu ...

Mengabdikan diri demi mereka yang terdzalimi ....

-----------------
Gaza Day 3

Gaza strip,

12:46:16 AM | Fri, Jul 9, 2010

Hari yang menegangkan ...

‎​Masya ALLAH sangat menegangkan. Semua memang tak bisa d prediksi, keadaan 
tenang tak selamanya begitu. Seperti hari kemarin yg awalnya tenang bisa tiba2 
berubah menjadi menegangkan. Apa yang ku alami d Somalia mungkin menakutkan 
tapi dsini sekaligus membuatku muak.

‎​​Jam 10 : 51 Pm aku mengirimkan message ke beberapa teman, "Masya ALLAH .... 
Ada pesawat hilir mudik aja dari tadi .... Kaya lagi dog fight persis d atas 
pengungsian."

Pesawat hilir mudik sudah mulai menjadi pemandangan biasa buatku sejak ada 
dsini. Translatorku bilang mereka patroli udara. Tapi kali ini menurutku tidak 
biasa karna formasi mereka bukan sedang patroli. Mereka membuat formasi 
menyerang.

Ga lama kemudian sirene mengalun memberi tanda bahwa kami semua harus blindung. 
Aku sedang mobile clinic saat itu dan langsung memasuki area yg lebih aman. 
Beberapa kali ku liat roket mengudara, dari translatorku aku tau kalo para 
pejuang itu sedang menghalau pesawat itu keluar. Karna memang tidak ada satupun 
roket2 itu yg mengenai sasaran. Namun apa yg tjadi sungguh membuat rasa marah 
ini tak ttahankan. Mereka menembaki rumah warga sipil dengan misil mereka. 
‎​Masya ALLAH ...

Ya Allah,

Akhirnya aku harus melihat wajah2 mungil bercucuran darah. Dengan kepala yang 
sobek, bahkan kaki yg benar2 putus. Menangis menahan perih. Digendong para ayah 
yang terus mengeluarkan doa bagi kehancuran mereka yang melakukan kekejian ini.

Beberapa bahkan meninggal dunia dalam pelukan sang ayah. Tubuh yang terkulai 
lemas itu membuatku menggigil menahan marah. Aaaahh beratnya tugasku ini. Aku 
harus tetap fokus diantara rasa marah dan kepedihan dari yg kulihat.

Aku tidak bagaimana perasaanku saat itu, campur aduk menjadi satu !! Marah, 
pilu, kesal, benci semua .... Semua menjadi satu !!

Siapa mereka sebenarnya ? Manusiakah ??

Apakah mereka tidak mempunyai keluarga dsana ? Bagaimana bila keluarga mereka 
dperlakukan demikian ??

Manda bangun !! Kamu tidak sedang berlibur ! Kamu sedang berada d zona 
peperangan ... Dan inilah kenyataannya.

Aku muak ! Benar2 Muak ....

Grüße,
imanda amalia™
Leben ist die Freigabe für die anderen

UNO - Flüchtlingshilfe e.V. | the United Nations High Commissioner for Refugees

 

-----Original Message-----
From: " zamronie " <zamroni...@yahoo.co.id>
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Mon, 19 Jul 2010 07:39:42 
To: GM2020<gorontalomaju2020@yahoogroups.com>
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: [GM2020] Imanda's Journey


Jabaliya, Gaza strip,

12:26:46 AM | Wed, Jul 7, 2010

Hari pertamaku menjalani hari dsini d awali dengan peristiwa yg menyedihkan. 
‎​Seorang ayah dgn gadis kecilnya yg blumuran darah datang ke klinik minta 
supaya gadis kecilnya dperiksa. Padahal saat itu bidadari cantiknya sudah 
tiada.... Peluru menembus dadanya. Gadis kecil itu sudah benar2 menjadi 
bidadari syurga, syahidah ...

Rintihan sang ayah membuatku pilu, walau aku tak memahami perkataannya, aku 
bisa merasakan keperihan hatinya melihat bidadari kecil itu terkulai tak 
bernyawa. Terbayang olehku wajah kecil bidadariku d rumah. Ah .... Sayank, 
bunda rindu padamu. Disini anak2 seusiamu tak seberuntung dirimu. Mereka hidup 
dalam rasa takut yang terus menerus.

Wajah mungilnya begitu lucu, cantik dengan senyum yang tersungging d bibir 
kecilnya yg merah. Ku ciumi pipinya. Selamat jalan bidadari mungil, ALLAH lebih 
mencintaimu daripada kami dsini. Kelak engkaulah yang akan mengangkat kedua 
orang tuamu ke syurgaNya nanti.

Dari translatorku aku djelaskan bahwa rumah mereka baru saja d berondong 
tembakan dari pasukan bertopeng entah darimana. Istri dan anak tertuanya 
meninggal d rumah mereka, dan anak terkecilnya dia bawa ke klinik untuk 
dperiksa. Dia berharap masih ada yang tersisa dari keluarganya. Nyatanya tidak.

Aaaaahhh ....

Sakitnya hatiku, kemarahan yang tertahan hanya menumpahkan air mata yang tak 
bisa lagi ku bendung. Ya Rabb, mengapa mereka begitu biadab, mengapa ujianMu 
begitu berat dsini. La hawla wa la quwwata illa billahil 'aliyyil 'azhiim. 
Kuatkan hatiku ya Rabb, kuatkan hatiku mengemban amanahMu. Aku tau ada yg ingin 
Kau tunjukan untukku dalam perjalanan ini.

Sekarang aku tau mengapa seorang Rachel Corrie sanggup mengorbankan dirinya. 
Dari peristiwa itu sebenarnya aku melihat satu hal, bahwa ALLAH ingin smua 
Muslim melihat suatu pengorbanan yg nyata. Bila seorang RC yg terusik rasa 
kemanusiaannya mampu mengorbankan nyawanya demi kemanusiaan bagaimana dengan 
kita ?

Grüße,

imanda amalia™

Leben ist die Freigabe für die anderen

UNO - Flüchtlingshilfe e.V. | the United Nations High Commissioner for Refugees

Kirim email ke