Prof. Mansoer adalah "legenda" Gorontalo. Saya dengar nama besarnya sejak saya masih "ingusan", belum tahu apa2 bahkan belum tahu bahasa "melayu". Karena kegigihannya, orang desa yang hanya tahu bahasa Gorontalo, tidak terkesan "ndeso", kampungan. Sehari sebelum berangkat umroh, beliau datang ke rumah. Kedatangannya itu seminggu sebelumnya sdh disampaikan tapi saya keberatan. Biarlah saya yang bertamu ke rumahnya. Entah "angin" apa yang membuatnya bersikeras datang. Pamit, minta maaf karena mau umroh, sekaligus melaporkan berbagai kegiatan PPs UNG karena akan serah terima kepemimpinan. Dan sesekali memberi nasihat dan masukan tentang pengembangan UNG. Prof. Mansoer adalah pribadi yang ramah, terbuka dan tidak marah kalau dikritik, sekeras apapun kritik itu. Saya tidak pernah menjumpai beliau dengan wajah cemberut. Selalu tersenyum dan hangat. Dan satu lagi, energik walaupun di usia senja. Dikenal sebagai pribadi yang disiplin, penuh tanggung jawab, menyelesaikan tugas tepat waktu, tidak mengenal "jam karet". Jika mengundang rapat jam 8 pagi, maka walaupun undangan yang hadir baru 1 orang, beliau tetap akan mulai rapat itu. Tidak kurang 30 buah karya Prof. Mansoer dalam bentuk buku yang terpublikasi secara nasional. Antara lain, kamus Gorontalo-Indonesia, Suwawa-Indonesia dan Atingola-Indonesia, yang ketiganya dicetak oleh Pusat Bahasa Jakarta. Karya terakhirnya adalah terjemahan Al Qur'an dalam bahasa Gorontalo. Suatu amal zariah yang akan mengalir terus pahalanya. Bukan hanya UNG yang kehilangan tapi juga Gorontalo bahkan nasional. Kebesaran namanya nampak pada penghormatan para petinggi daerah dan UNG menjemput jenazah di bandara. Antara lain Sekda Propinsi dan para Kepala SKPD. Jenazahnya pun "dikawal" langsung oleh Gubernur. Pada hari pemakaman ribuan masyarakat dan pimpinan daerah melayat, ratusan krans bunga menghiasi rumah duka. Bumi Gorontalo pun "menangis", sejak subuh diguyur hujan. Sebagai penghargaan terhadap jasa2nya, beliau dianugrahi gelar adat "Ta Lopoolamahe Popoli", Putra Terbaik Bangsa Pelestari Budaya Gorontalo. Saya yakin dan percaya, Prof. Mansoer meninggal dalam kondisi "husnul khotimah". Paripurna dalam pengabdian kepada negara bahkan sebagai hamba Allah. Kapan, dimana dan bagaimana ajal tiba, tidak bisa kita rencanakan. Karena itu sungguh sangat beruntung Prof. Mansoer, sebagai hamba yang terpilih, meninggal di bulan ramadhan, ba'da subuh bahkan baru sehari pulang dari umroh. Selamat jalan Prof. Mansoer, Pengabdianmu selalu dikenang Karya2mu menjadi warisan berharga bagi anak cucu bangsa Warisan untuk dipelihara, dirujuk dan dikembangkan. Semoga engkau mendapat tempat yang sebaik2nya di sisi Allah SWT. Amin....
Terima kasih SQB Powered by Telkomsel BlackBerry® ------------------------------------ Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: gorontalomaju2020-dig...@yahoogroups.com gorontalomaju2020-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: gorontalomaju2020-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/