Salam saudara dan kadang ijin Forward Semoga bermanfaat
** Salam Sejati ~do ---------- Pesan terusan ---------- Dari: Sudrajat <sudra...@srg-mscid.com> Tanggal: 1 Juni 2009 13:54 Subjek: [persaudaraan_universal] PERTEMUAN DENGAN MBAH NGURAH & ISTERI DARI BALI di Padepokan mbah gatho - 20 Maret 2009 Ke: Berkas Cahaya Kesadaran <bec...@yahoogroups.com>, persaudaraan_univer...@yahoogroups.com Cc: SUDRAJAT TEOSOFI <sudra...@srg-mscid.com> Salam ++++++++++++++++ __,_._,___ *Dear all , para khadang sedulur , sahabat arief billah.* *Tidak ada kata terlambat untuk menyampaikan info kasih. Berikut , dibawah oleh oleh , dari SARASEHAN **– SILAHTURAHIM **yang ke 2 , dari teman teman (Milister : Beceka, PU, SI ,HU ,Gantarwa ) di padepokan mbah gatho.* *Komentar mbah Adadus : **à **( matur nuwun , sebelumnya...mbah Adadus )* Smoga Smua Mendapat Manfaat Tuk mencapai kedamaian Hidup *----------------- +++* *PERTEMUAN DENGAN MBAH NGURAH & ISTERI DARI BALI* *DI KEDIAMAN MBAH GATHO – MALAM HARI - 20 MARET 2009* ADADUS 2009 Atas undangan mbah Gatho, mbah Dadus mengikuti silaturahim dengan mbah Ngurah dari Bali di* **desa Nggathak – Turi Yogyakarta*. Waktu itu hadir juga saudara-saudara dari Pecel Semarang (Mbah Drajat dkk) dan juga Pak Dohan dari Jogja. Tak ada pengarahan pembicaraan dari pihak manapun. Mbah Dadus sendiri sedianya hanya mau jadi pendengar yang baik. Dengan tulisan ini mbah Dadus berupaya menjabarkan lagi pandangan-pandangan yang secara spontan muncul dalam silaturahim tersebut. Memang tidak semua yang tertulis disini sudah tersampaikan di kediaman mbah Gatho waktu itu. Namun tanpa mengurangi nilai dan bobot pertemuan yang sudah terlaksana, beberapa titik pandang perlu diulang kembali. Dari pembicaraan yang berlanjut hingga jam 12 malam muncul thema-thema yang menarik untuk digaris bawahi sebagai thema-thema inti. Pembicaraan ttg kehidupan mbah Dadus sendiri bisa dikatakan “ala nganggur tinimbang ora ana sing diomongke”. Meskipun demikian mbah Dadus sempat mengutarakan keresahannya sewaktu diajari oleh “theology” bahwa yang disebut hakekat Tuhan itu adalah pribadi yang selalu terpisah dari kodrat manusia. Beliau dikatakan sebagai berada di surga / langit yang paling atas dll. Dikatakan bahwa “Tuhan” itu urusan nanti – urusan orang mati. Ketemu Tuhan ya nanti kalau sudah mati. Itu suatu ajaran yang tidak adil. Ajaran itu dirasakan oleh mbah Dadus sebagai mengucilkan manusia sebagai makhluk-makhluk percobaan dari dan oleh Pencipta-nya. Manusia menjadi tidak bermartabat meskipun selalu dikatakan sebagai ciptaan yang paling mulia. Dimana kemuliaannya jika manusia tercipta dalam keadaan terpisah dari Dzat YANG MULIA ?. Dari ketidakpuasan atas kontradiksi itu mbah Dadus merasa perlu memperoleh jawaban yang lebih bisa dinalar dibanding dengan jawaban-jawaban theologis. Katakan saja ttg penderitaan. Dikatakan bahwa penderitaan manusia adalah ujian atau cobaan iman dll. Manusia yang tahan uji akan masuk surga - berada dipangkuan Tuhan - tapi setelah mati. Pengalaman batin mbah Ngurah. Mbah Ngurah memaparkan bahwa sewaktu beliau di Jawa Barat beliau mengalami semacam peristiwa “aneh” dimana beliau bisa merasakan betapa senangnya bunga-bunga yang akan mendapat siraman air. Meskipun peristiwa itu hanya sekali dalam hidup, menurut beliau merupakan hal yang tak terlupakan dan menjadi semacam inspirasi terus menerus. Mbah Dadus merasa belum menangkap apa yang dimaksud dengan “AKU ADA KARENA AKU ………….. ADA” yang berkali kali dikatakan oleh mbah Ngurah. Untuk itu perlu bicara dan bicara lagi dengan beliau agar lebih jelas apa maksudnya. Pembicaraan mengerucut menjadi soal MAKRIFAT dan soal menjadi islam. “Yang sudah islam tidak perlu jadi islam”. Demikian dikatakan oleh mbah Ngurah yang mensitir kata-kata Pak Ahmad Chojim – mungkin dalam suatu tulisannya. Tentunya* **islam* dalam kata pertama tak sama dengan* **islam*dalam kata kedua. Tentang makrifat mbah Gatho menggunakan kata “MENCAPAI” Bagi mbah Dadus kata “mencapai” seyogyanya diganti dengan kata “menemukan kembali” atau “menyadari kembali”. Menurut mbah Dadus kita semua sudah pernah mengalami makrifat yaitu sewaktu menjadi anak balita. Sewaktu batok kepala kita masih empuk dan tulang kepala atas belum menelangkup keras menutupi otak bagian atas. Mbah Dadus berpandangan seperti itu tetapi diiyakan oleh mbah Ngurah. Makrifat sesungguhnya bukan hal yang terlalu muluk. Ada kesan dikalangan tertentu bahwa makrifat adalah suatu pengalaman rohani yang luar biasa tingginya. Makrifat hanya dicapai oleh orang-orang suci yang menerima karomah. Makrifat adalah pengalaman batin kaum sufi. Makrifat akan dialami jika orang telah melewati jenjang-jenjang seperti syariat, tarekat, dan hakaket. Bagi mbah Dadus makrifat adalah soal penyadaran kembali apa yang sudah pernah kita miliki. Bicara tentang tekhnik penyadaran kembali itu merupakan “proyek” untuk diselenggarakannya pertemuan-pertemuan yang mendatang. Mbah Dadus menyimpulkan bahwa mbah Ngurah sudah membebaskan diri dari ritualitas-ritualitas yang biasa dilakukan orang (di pulau Dewata). Mbah Ngurah sudah tidak nge-banten lagi dan soal sesaji sepenuhnya diserahkan kepada isterinya – soal kebatinan jadi urusan mbah Ngurah. Namun dikatakan bahwa “Agama” dengan upacara ritualnya masih diperlukan untuk pendidikan anak-anak agar ada pegangan - demikian ungkap mbah Ngurah. Karena makrifat merujuk pada laku semedi / meditasi (bukan syariat) maka pembicaraan beralih ke ajaran Sang Buddha tentang Nirvana (pencerahan). Sang Buddha mengajarkan delapan ruas jalan yang disingkat menjadi tiga yaitu ajaran SILA-PRAJNA-SAMADHI (* **adding sudrajat : * *1. Makrifat -> sebagai filsafat esoteris masih bisa terus di gali, di udar/dibuka dan di wedar/di sampaikan. Makrifatulloh..sebagai pengalaman bathin **“yang berlapis lapis dimensi kualitas kehalusannya **“..agak susah untuk di ceriterakan ,biarlah menjadi rahasia masing masing pribadi saja ? * *2.sila+samadhi**à** panna = satu paket kesatuan )**.* Sila: moralitas (bicara, tindakan, peri kehidupan) Prajna: mentalitas (persepsi, motif, ingatan, usaha) Samadhi: laku meditasi Perlu jadi catatan bahwa mbah Ngurah menerangkan tiga laku tersebut adalah laku yang tidak terpisah pisah. Ketiga-tiganya harus dilakukan secara simultan. Pelaksanaannya ibarat meniti spiral yang selalu menaik. Tetapi pandangan umum berkata bahwa umat harus bermoral yang baik dahulu baru kemudian memperbaiki persepsi-persepsi batinnya dan setelah kedua hal itu sempurna baru berlatih “Samadhi”. Yang demikian itu tidak disetujui oleh mbah Ngurah dan mbah Gatho. Dari soal Samadhi pembicaraan melompat ke pembicaraan tentang Cakra-cakra yang ada pada badan manusia. Memang meditasi tidak lepas dari persoalan adanya Cakra-cakra. Oleh mbah Ngurah dikatakan seseorang yang bermeditasi cukup hanya sampai Cakra Jantung saja - Anahatta Cakra. Tidak disebutkan secara rinci alasannya. Mungkin ada bahayanya jika seseorang berkonsentrasi pada cakra-cakra yang lebih atas. Cakra Jantung sudah mewakili cakra-cakra yang lain karena merupakan cakra sentral. Dalam pandangan mbah Dadus apa yang disebut mengembangkan rasa Ketuhanan itu tak lain adalah melatih ketajaman kesadaran pada kinerja Cakra itu. Cakra Jantung merupakan cakra Intuisi. Intuisi merupakan pintu gerbang pengetahuan. Pengetahuan yang tidak selalu merujuk pada ayat-ayat. Pengetahuan yang merupakan pengetahuan inti dari Atman / Hatma (Suksma Langgeng) yang jadi pamomong sehari-hari. *Hatma/ Atman oleh mbah Dadus disebut sebagai Ingsun.* Dalam pertemuan itu tersampaikan bahwa bahasa Jawa mengenal istilah “inyong” yang mewakili aku maya (individualitas) dan istilah Ingsun yang mewakili Dzat Illahi pada manusia. Mbah Ngurah langsung menyetujui ttg adanya kasunyatan dua pribadi itu. Persoalannya ialah kapan Pribadi itu disebut Hatma dan kapan disebut Suksma Langgeng dan kapan disebut Ingsun. Disebut Hatma yang berarti anak (putera) menunjukkan kedudukan heirarkis Hatma sebagai* **subordinasi* dari Dzat Hyang Widi. Disebut Suksma karena dialah sumber hidup bagi aku maya. HIDUP-nya aku individual tergantung dari Suksma Langgengnya. Disebut Ingsun karena mengusung pesan dari Yang Maha Esa berupa Dhawuh-dhawuh. *Pembicaraan selanjutnya adalah soal bagaimana orang Jawa itu hanya harus mengembangkan r asa Ketuhanan dan rasa Kemanusiaan bukan rasa keagamaan, bukan rasa kesukuan, rasa golongan, ideologis, kepangkatan dalam masyarakat dll.* Mbah Gatho percaya bahwa ajaran itu berasal dari HB IX. Terlepas dari keseharian Pangeran Herjuna yang sekarang jadi HB X, selaku Sultan beliau wajib bertindak sebagai Panatagama bagi orang Jawa. Dengan kata lain dalam kapasitasnya sebagai Panatagama maka Sri Sultan HB X atau siapapun nantinya wajib mengemukakan tuntunan-spiritual-nya seperti tersebut diatas. Yang jelas mbah Dadus amat terkesan dengan ajaran Sultan-nya itu sewaktu diwacanakan dalam Pasamuan Agung 2007. *“Yang disebut orang Jawa itu adalah orang yang hanya memiliki dan mengembangkan dua rasa yaitu rasa Ketuhanan dan rasa Kemanusiaan”* Mungkin dapat dipahami meskipun seseorang lahir di Jawa - dia bukanlah orang Jawa jika tidak memiliki dan mengembangkan dua rasa tersebut diatas. Banyak orang yang lahir dan hidup di pulau Jawa tetapi tidak hidup dengan budaya Jawa atau tak pernah Njawani. Bukankah Abdullah Sungkar , Hambali dan juga Amrozi cs dari Jawa? Apakah mereka Njawani? Namun meski seseorang lahir di Antartika tetapi jika ia memiliki dua rasa itu pantaslah ia disebut Njawani. Berdasarkan kesejarahan dapat dikatakan bahwa orang Jawa itu selalu berketuhanan dan semua agama ada padanya tetapi orang Jawa bukan milik semuanya. Biarlah orang Jawa “mugen dan manjing” (established) dalam manunggaling Kawula Gusti. Puncak dari pengembangan dua rasa itu adalah ajaran Pancasila. Ditilik dari kesejarahannya, Ngayogyakarta merupakan cerminan bagaimana Pancasila dilaksanakan (bukan syariat agama). Yogyakarta berhati nyaman adalah tujuan dari dua rasa tersebut. Selama ini rasa apa yang kita miliki ? Nyamankah hidup kita jika kita kembangkan rasa-rasa diluar dua rasa tersebut? Akhirnya kembali ke kita masing-masing, hidup dengan berhati nyaman akan diteruskan atau memilih hidup seperti di negeri Afgan / Taliban. -------------- ++ *Di lanjut besuk , Rabu resume dari mbah Adadus di Pamulang, tgl 21 April 2009* *Semoga ada bermanfaat.* *Salam Persaudaraan* *Sudrajat* --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ Quote: ** In this age of Aquarius, science will become religious, and religion will become scientific. Disagreements between science and religion will come to an end, and people will begin to comprehend that both spirit and matter are derived from the same source, and are only modifications of the One Universal Energy ** Milis HU Internasional: http://health.groups.yahoo.com/group/harmonization-universal **** **** HU Databases List : **** Mendaftar Inisiasi HU by Pillar: http://www.flexlists.com/key/hCdOmk1co96klX1PA8fgt7LnP4sbzIbQloEIJFU7 **** Daftar yg membutuhkan Healing : http://www.flexlists.com/key/IGfr8xNZGMkXUQesG9unAGLG5pQRTAABhP3pnQp3 **** Inisiasi Light of Fire by Christ: http://www.flexlists.com/key/HFi7Vka5cXsjQAke266d447S7mYoeSEWyX3tidyu **** Inisiasi Merkaba by Gerry: http://www.flexlists.com/key/mfHHU5HANRFPLa3f6zud3v0aFm5T8NVv2DdWJUxw **** -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---