Memandang
Pejabat Yang Bermasalah Bismillahir rahmanir rahiem Sebenarnya, sekolah, jabatan, kedudukan,
kekayaan atau hal2 lain yang seumpama dengan itu bukanlah suatu jaminan bagi
seseorang untuk bersih dari melakukan tindak kejahatan. Jangankan seorang
professor lulusan Arab Saudi atau menteri agama yang menjabat kedudukannya
temporer saja, bahkan nabi Isa (as) sendiri dikabarkan pernah 'ditundukkan'
oleh Iblis, yakni sebagaimana orang2 Nasrani memahami kitab mereka. [1] Atau cerita lain tentang seorang suci dari
kalangan Bani Israel yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk berbakti
kepada Tuhannya, tetapi dapat ditundukkan oleh setan menjelang ajalnya.
Sebaliknya, kita mengetahui bahwa ada banyak kejadian dimana seseorang
melakukan maksiat hampir pada seumur hidupnya, tetapi diberi taufik dan hidayah
oleh Allah (swt) untuk bertobat sehingga dia dapat bertobat sebaiknya yang
dapat dilakukannya, lalu Allah (swt) pun menerima tobatnya. Oleh karena itu, jika kita melihat atau
mendengar tentang orang2 yang tergelincir ke dalam maksiat atau perbuatan dosa
tertentu, maka kita segera berlindung kepada Allah dari godaan setan yang
terkutuk, kemudian kita bersyukur kepada-Nya karena Allah (swt) telah
menjauhkan kita dari tempat2 yang jika kita berada di sana, maka ada
kemungkinan kita juga akan tergelincir. Adapun terhadap mereka yang tergelincir
ke dalam pebuatan2 dosa, maka sikap terbaik kita terhadapnya adalah dengan cara
membenci perbuatannya dan mengasihani orangnya. Yang demikian adalah karena
mereka yang tergelincir adalah orang2 yang Dalam Islam, teladan mutlak kita adalah
Rasulullah (saw), setalah itu sahabat2 dekatnya. Jika hal ini dapat kita
lakukan, maka buruknya perilaku seorang pemimpin tidak akan berpengaruh
sedikitpun kepada kita atau orang2 yang berada di bawah kekuasaannya.
Sebagaimana Bani Israil yang aqidahnya tidak dipengaruhi oleh Fir'aun yang
menguasainya, maka kira2 seperti itulah ummat ini terhadap pemimpin2-nya. Hal
itu hanya akan wujud hanya jika kita tetap meneladani Rasulullah (saw) dalam
setiap aspek kehidupan ini, sedemikian rupa sehingga kita mengamalkannya sampai
pada batas2 terbaik kemampuan kita. Hukuman dalam Islam sudah jelas dan tegas.
Namun demikian, ketegasannya tidak kaku karena memang dilandasi oleh
kebijaksanaan2 Allah yang maha agung, apalagi jika pemberi keputusan adalah
seorang yang baik ilmu dan wawasannya. Oleh karena itu, hukum2 Islam yang
nampak se-olah2 kejam dan tidak berperikemanusian, tidak langsung berarti bahwa
hukum2 itu tidak relevan dengan keadaan zaman, tetapi hal itu lebih menunjukkan
kedangkalan akal dan lemahnya jangkauan penalaran orang2 yang belum dapat
menerimanya. Dan apabila satu negeri belum sempurna
dalam mengamalkan Islam (termasuk hukum2-nya) seperti yang berlaku di negeri
ini, maka kita hendaknya berlapang dada terhadap keputusan2 yang akan dan telah
dikeluarkan oleh petinggi2 pengadilan negeri ini. Yang demikian adalah karena
suka atau tidak, disadari atau tidak, kita telah menjadikan petinggi2 tersebut
duduk di kursinya. Selanjutnya, sebagai orang awam, hendaknya
kita tidak me-reka2 hukuman yang pantas bagi mereka yang bersalah sebelum kita
paham betul duduk masalahnya. Hal itu karena banyak alasan yang tidak kita
ketahui yang menjadi latar belakang seseorang melakukan perbuatan yang tidak
pantas dilakukannya. Meskipun indikasi kasusnya sama, akan tetapi keputusan
terhadap pelaku2 maksiat boleh jadi berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Hal ini pun dapat kita terima karena secara logika sederhana, sebenarnya kita
dapat memahami antara ketidaktahuan, ketidaksengajaan, keterpaksan, kebiasaan,
dlsb. Lebih daripada itu, sebenarnya ada hal
yang lebih baik untuk kita bicarakan daripada sekedar mencaci maki mereka yang
bersalah. Hal itu adalah perkara sholat. Barangkali kita (warga muslim) telah
lupa bahwa shalat yang didirikan dengan se-baik2-nya dapat mendatangkan
keberkahan, tidak saja kepada orang2 yang melakukannya, tetapi juga kepada
bangsa ini secara keseluruhan. Kata kuncinya adalah: 'mendirikan sholat'.
Dengan mendirikan sholat, niscaya Allah (swt) akan menyelesaikan masalah2 kita
dengan cara-Nya sendiri. Hal itu sesuai dengan janji-Nya. Hanya saja, kita perlu memahami bahwa
mendirikan sholat tidak identik dengan mengerjakan sholat. Sama seperti halnya
sebuah gedung yang ingin didirikan, dimana bahan2-nya sama2 dikumpulkan dan
disatukan secara ber-tahap2, maka begitu juga dengan mendirikan sholat. Dengan
kata lain, kita tidak hanya menjadikan diri kita sebagai ahli ibadah, tetapi juga
ahli dakwah (da'i). Itu artinya bahwa usaha untuk menjadikan orang2 bergairah
datang ke masjid untuk sholat berjamaah adalah bagian dari proses mendirikan
sholat tersebut. Dan jika keadaan terkondisikan sedemikian
rupa sehingga orang2 lalai kepada sholatnya, lalai kepada mendirikan sholat
berjamaah, maka keberkahan tidak akan tercurah di negeri ini, bahkan meskipun
negeri ini kaya raya, 'gemah ripah loh jinawi'. Yang benar adalah bahwa
keberkahan tidak datang dengan perbaikan atas kualitas dan kuantitas kebendaan,
tetapi keberkahan akan datang dengan sholat, sebagai salah satu manifestasi
dari ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan sebagaimana layaknya para da'i yang
tidak dikenal masyarakat luas, maka kita dapat termasuk ke dalam golongan
orang2 yang selalu berupaya untuk membawa manusia kepada ketaatan yang sempurna
kepada Allah dan rasul-Nya. Maka teruslah kita berjuang. Berjuang dengan apa
saja yang kita yakini bahwa Allah (swt) menyukainya agar kita menggunakannya di
jalan-Nya. Semoga Allah (swt) mengganti setiap kesusahan kita dengan nikmat2
yang tidak Allah (swt) berikan kepada siapapun kecuali hanya kepada mereka yang
berada di jalan ini. Subhanallah. Subhan ibn Abdullah Pattaya, 24/06/2005 Catatan kaki: [1] Kisah tersebut terdapat di Injil Lukas
pasal 4 ayat 5. Katanya, "Maka Iblis pun membawa dia (Yesus) ke puncak
gunung." * http://imanyakin.modblog.com/core.mod?show=blogview&blog_id=653903 -------------------------------------------------------------------------- All views expressed herein belong to the individuals concerned and do not in any way reflect the official views of Hidayahnet unless sanctioned or approved otherwise. If your mailbox clogged with mails from Hidayahnet, you may wish to get a daily digest of emails by logging-on to http://www.yahoogroups.com to change your mail delivery settings or email the moderators at [EMAIL PROTECTED] with the title "change to daily digest". ---- LSpots keywords ?> ---- HM ADS ?> YAHOO! GROUPS LINKS
-- |