http://alkhatab2.tripod.com/
 
FIQAH DAULAH DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN DAN SUNNAH
Oleh Dr Yusuf al-Qardhawy
 
5. ISLAM POLITIK
 
Anggapan tentang Tidak Ada Agama dalam Politik dan Tidak Ada Politik dalam Agama
 
Orang-orang yang beranggapan bahawa agama tidak mempunyai hubungan dengan 
urusan politik, yang sudah mengakar sejak jauh-jauh hari, dan mereka yang 
menciptakan kebohongan bahawa tidak ada agama dalam politik dan tidak ada 
politik dalam agama, yang muncul pada hari-hari kemudian, justeru merupakan 
orang pertama yang mendustakan perkataan dan perbuatannya.
 
Mereka itu justeru seringkali merujuk kepada agama untuk mengambil darinya 
suatu perangkat (alat) untuk kepentingan politiknya dan menghadapi 
lawan-lawannya. Tidak jarang mereka memanfaatkan orang-orang yang lemah dan 
tersisih dari kalangan tokoh agama, agar mengeluarkan fatwa tertentu yang 
ditujukan kepada orang-orang yang melawan kebijakan politiknya, yang isinya: 
Ini batil menurut agama dan tidak tepat menurut kehidupan.
 
[ Komen saya: Bila sebut agama jadi ‘alat kepada politik’, teringat saya kepada 
beberapa isu yang dibangkitkan sejak kebelakangan ini seperti isu azan, isu 
nama jalan. Walaupun isu nama jalan takla berkait dengan agama sangat tapi nak 
ceritanya, inilah bahana apabila kalah di PR12 baru-baru ni. Time ada banyak 
kuasa dulu, bab-bab agama, bab-bab warisan apa semua ni tak berapa nak ambik 
perhatian. Yang depa fokus, projek, projek, projek. Buat duit, buat duit, buat 
duit. Tapi sejak dua menjak ni, dah pandai sembang bab-bab agama dan warisan. 
Ini dah kira advance. 
 
Mai saya nak tanya, “Apa penting sangat isu nama jalan tu?” Kalau betoi tak mau 
bagi nama jalan bubuh bahasa cina/tamil, sepatutnya jangan bagi juga sekolah 
cina/tamil wujud. Semua mau standardise pi sekolah kebangsaan, macam kerajaan 
Indonesia buat. Tu baru betoi. 
Ni sanggup pi ambik mana punya makcik-makcik suruh angkat banner buat 
demonstrasi, padahal bila Rasulullah dikarikaturkan, takdak pun makcik-makcik 
keriau buat demonstrasi. Inilah yang dikatakan krisis keutamaan. ]        
 
Kami masih ingat bagaimana pelbagai fatwa dikeluarkan pada sekitar tahun 1948 
dan 1949. Kami yang saat itu merupakan para da`i yang aktif mengajak kepada 
penerapan hukum Al-Qur`an dan Islam, dianggap telah memerangi Allah dan 
Rasul-Nya serta menyebarkan kerosakan di mukabumi, sehingga sudah selayaknya 
jika kami mesti dibasmi, disalib, tangan dan kaki kami dipotong hingga tiada 
yang menyisa, atau lebih baik jika kami dibasmi dari permukaan bumi ini.
 
Hal seperti ini terus berulang-ulang dari satu masa ke lain masa. Pentas 
sandiwara terus berulang sekalipun wajah-wajah tidak lagi sama. 
 
Kami masih ingat, begitu pula semua orang, bagaimana para ahli fatwa diminta 
untuk mengeluarkan fatwa tentang perlunya mengukuhkan perdamaian dengan Israel, 
untuk mengangkat posisinya yang hampir kalah dalam kancah politik. Padahal 
sebelum itu para ahli fatwa ini sudah mengeluarkan fatwa, berisi pengharaman 
berdamai dengan pihak Israel, dan menganggap berdamai dengan Israel sebagai 
pengkhianatan terhadap Allah, Rasul-Nya dan orang-orang Muslim. [4]
 
Tidak sedikit para penguasa yang merangkul para ulama agar mengeluarkan fatwa 
yang boleh menyokong tujuan-tujuan politiknya. Yang terakhir kali adalah upaya 
menghalalkan jasa bank dan bunganya. Maka permintaan ini pun dikabulkan 
orang-orang (para ulama) yang sebenarnya minima ilmu dan agamanya. Namun para 
ulama yang teguh tetap menolaknya. 
 
"Orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya 
dan mereka tiada merasa takut kepada seorang pun selain kepada Allah." 
(Al-Ahzab: 39)
 
-------------------------------------------------------------------------------------------
Nota:
 
[4] Boleh jadi pengarang hendak mengisyaratkan polemik antara dirinya dan mufti 
Saudi Arabia setelah Perang Teluk sudah reda. Di satu sisi pengarang menentang 
keras perdamaian dengan pihak Israel, dengan pelbagai dalil yang diambilkan 
dari Al-Qur`an, yang menjelaskan sesiapa dan bagaimana sepak terajang bangsa 
Israel semenjak dahulu hingga kini, dan pertimbangan-pertimbangan lain yang 
sama sekali tidak mendatangkan kemaslahatan. Di sisi lain, mufti Saudi Arabia 
mengeluarkan fatwa tentang diperbolehkannya berdamai dengan pihak Israel. Hanya 
orang-orang yang terlibat dengan pengeluaran fatwa inilah yang tahu betul apa 
manfaat berdamai dengan Israel, terutama menurut pertimbangan politik, wallahu 
a`alam (penterjemah).


      

Kirim email ke