Salam.. Sedikit tambahan tentangan keunikan angka dalam alquran.:
1. Cuba lihat surah Yassin ayat 36 iaitu : "Maha Suci Tuhan Yang telah menciptakan makhluk-makhluk semuanya berpasangan; samada dari yang ditumbuhkan oleh bumi atau dari diri mereka ataupun dari apa yang mereka tidak mengetahuinya." Sedarkah kita bahawa Yassin adalah surah yang ke 36 dalam urutan surah-surah dalam al-quran dan ayat di atas juga mempunyai nombor yang sama 36. Gadingan yang begitu sepadan 36:36 menepati isi ayat yang difrimankan iaitu berkenaan dengan pasangan dan serba sedikit mengungkai maksud baris terakhir "dari apa yang mereka tidak mengetahui" ..bahwasanya alang angka pun ada pasangannya kannn????? 2. Surah perhatikan surah Ar-Rahman. Ada 31 kali di ulang ayat yang serupa iaitu " Maka nikmat manakah yang kamu dustakan". Cuba and terbalikkan angka 31 yangmana ia akan menjadi angka 13, Dan apabila dirujuk ke dalam surah A-Rahman ini maka anda akan mendapati bahawa ayat berulang itu adalah bermula pada ayat 13... Ini pastinya bukan suatu kebetulan melainkan memperlihatkan kepada minda yang celik akan Kebijaksanaan Allah dan memang patut pun Allah menyindir kita "maka nikmat manakah lagi yang kita sebagai manusia jahil ini mahu dustakan setelah sekian banyak limpahan kurnia daripadaNya... Waullahualam.. shid...@hotmail.com 2010/4/27 <> > http://www.dakwatuna.com > > Mencermati Angka-Angka Dalam Dakwah Rasulullah > > Oleh: Musyaffa Ahmad Rohim, Lc > ________________________________ > > > dakwatuna.com – Ada banyak orang yang momok dengan angka-angka. > Mungkin karena semenjak Sekolah Dasar, ia telah “dicekoki” dengan > Matematika yang sering diplesetkan menjadi mati-matian. Mungkin juga > karena angka sangat terkait dengan uang, dan ternyata, ia > gampang-gampang susah didapatnya, bahkan lebih sering susah dan > sulitnya. Mungkin juga keseringan menghitung angka-angka, akan tetapi > tidak pernah ada wujud dan hasilnya. Dan masih banyak > kemungkinan-kemungkinan yang lain. > > Di dalam Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 65-66, Allâh –subhânahu wa > ta’âlâ- berfirman: > > 65. Hai Nabi, Kobarkanlah semangat Para mukmin untuk berperang. jika > ada dua puluh orang yang sabar di antaramu, niscaya mereka akan dapat > mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika ada seratus orang yang > sabar di antaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari > pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak > mengerti [1]. > > 66. sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan Dia telah mengetahui > bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu seratus orang > yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang > kafir; dan jika di antaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya > mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. dan > Allah beserta orang-orang yang sabar. > > Ada banyak orang yang momok dengan angka-angka. Mungkin karena > semenjak Sekolah Dasar, ia telah “dicekoki” dengan Matematika yang > sering diplesetkan menjadi mati-matian. Mungkin juga karena angka > sangat terkait dengan uang, dan ternyata, ia gampang-gampang susah > didapatnya, bahkan lebih sering susah dan sulitnya. Mungkin juga > keseringan menghitung angka-angka, akan tetapi tidak pernah ada wujud > dan hasilnya. Dan masih banyak kemungkinan-kemungkinan yang lain. > > Saat saya bersama anak-anak dan keluarga menonton VCD The Amazing > Child, sebuah VCD yang mengisahkan bocah berusia 5 tahun yang telah > hafal Al-Qur’ân Al-Karîm, dan bahkan mampu menjelaskan dan memahami > kandungannya, saya dikejutkan oleh sebuah pertanyaan yang diajukan > kepada sang bocah, yang isinya, meminta kepadanya untuk menyebutkan > angka-angka di dalam Al-Qur’ân, dan dengan cekatan nan fashîh, sang > bocah pun membaca ayat-ayat yang berisi penyebutan angka-angka. > > Kenapa saya terkejut dengan pertanyaan seperti ini? Sebab, beberapa > waktu yang lalu, saya juga dikejutkan oleh “protes” atau ekspresi > momok sebagian aktivis dakwah terhadap angka-angka. > > Dari dua kejutan ini, saya pun mencoba mencari-cari, adakah > angka-angka di dalam Al-Qur’an, dan juga dalam sirah (perjalanan) > hidup nabi Muhammad –shallallâhu ‘alaihi wa sallam-? > > Jawaban bocah dalam VCD yang saya tonton, memberi inspirasi kepada > saya untuk mencoba mencermati angka-angka ini, yang di antara hasilnya > adalah sebagai berikut: > > Al-Qur’ân Al-Karîm telah menyebutkan beraneka macam angka, mulai dari > pecahan, satuan, belasan, puluhan, ratusan, ribuan dan bahkan ratusan > ribu. > > Angka-angka pecahan yang disebutkan Al-Qur’ân adalah seperdelapan > (1/8), seperenam (1/6), seperempat (1/4), dan setengah (1/2). > > Angka-angka satuan, belasan, puluhan, ratusan dan ribuan yang > disebutkan Al-Qur’ân adalah satu (1), dua (2), tiga (3), empat (4), > lima (5) enam (6), tujuh (7), delapan (8) dan sembilan (9), sepuluh > (10), sebelas (11), dua belas (12), sembilan belas (19), dua puluh > (20), tiga puluh (30), empat puluh (40), lima puluh (50), enam puluh > (60), tujuh puluh (70), delapan puluh (80), seratus (100), dua ratus > (200), tiga ratus (300), sembilan ratus lima puluh (950), seribu > (1000), dua ribu (2000), tiga ribu (3000), lima ribu (5000) dan angka > terbesar yang disebutkan Al-Qur’ân Al-Karîm adalah seratus ribu > (100.000). > > Kesimpulan sementara saya setelah mendapatkan angka-angka ini: > “ternyata, Al-Qur’ân Al-Karîm menyebutkan angka-angka”, karenanya, > kita tidak boleh alergi atau momok dengan angka-angka. > > Bagaimana dengan perjalanan hidup (sîrah) Rasulullâh –shallallâhu > ‘alaihi wa sallam-? > > Bila kita mencoba merunut (membaca secara berurutan) perjalanan hidup > (sîrah) beliau –shallallâhu ‘alaihi wa sallam-, ternyata, semenjak > awal, para penutur (yang menuturkan dan mengisahkan) serta penulis > sîrah beliau, juga sudah akrab dengan angka-angka. > > Dalam kitab Al-’Ibar Fî Durûs (Khabar) Man Ghabar, dalam peristiwa > tahun 17 H, Al-Hâfizh Al-Dzahabî menulis: > > Pada tahun tujuh belas Hijriyah (17 H) telah wafat ‘Utbah bin Ghazwân > Al-Mâzinî –radhiyallâhu ‘anhu-; salah seorang yang pertama-tama masuk > Islam, ada pendapat mengatakan bahwa dia adalah orang yang masuk Islam > dengan nomor urut tujuh. [lihat juga Mushannaf Ibn Abî Syaibah juz 8, > hal. 45, 199, 452). > > Dalam riwayat lain, yang menempati nomor urut ketujuh adalah Sa'ad bin > Abî Waqqâsh –radhiyallâhu 'anhu- [Al-Sunan Al-Kubrâ karya Al-Baihaqi > juz 1, hal. 106, lihat pula: Ma'ânî Al-Qur'ân, karya Al-Nahhâs saat > menafsirkan Q.S. Al-Mâidah: 12). > > Riwayat lain mengatakan bahwa yang menempati nomor urut ketujuh adalah > Utsmân bin Al-Arqâm [Al-Mustadrak, karya Al-Hâkim, hadîts no. 6181]. > > Siapapun yang benar darinya tidaklah penting [2], yang terpenting di > sini adalah bahwa semenjak awal, masalah angka-angka dalam sîrah nabi > Muhammad –shallallâhu ‘alaihi wa sallam- telah menjadi perhatian para > penutur dan penulis sejarah perjalanan hidup beliau –shallallâhu > ‘alaihi wa sallam- ini. > > Dan setelah beliau –Shallallâhu ‘alaihi wa sallam- hijrah ke Yatsrib > (kemudian dikenal sebagai Al-Madinah atau kota nabi Muhammad > –shallallâhu ‘alaihi wa sallam-), dan Allâh –subhânahu wa ta’âlâ- > mulai mengizinkan peperangan kepada kaum muslimin, para penulis sîrah > menyuguhkan data-data angka sebagai berikut: > > Tahun > > Peristiwa > > Pasukan Islam > > Keterangan > > Dua (2) > > Perang Badar > > 313 > > Tiga (3) > > Perang Uhud > > 1000 (700) > > 300 orang pulang > > Lima (5) > > Perang Ahzâb > > 3000 > > Delapan (8) > > Fathu Makah > > 10.000 > > Sembilan (9) > > Perang Tabuk > > 30.000 > > Ada empat hal yang menarik dari angka-angka di atas, yaitu: > > 1. Ada pertumbuhan cepat jumlah pasukan Islam dari tahun ke tahun. > Dari Badar ke Uhud (tempo satu tahun) telah terjadi pertumbuhan jumlah > pasukan Islam sebanyak tiga kali lipat (300%), begitu juga dari Uhud > ke Ahzâb (tempo dua tahun). Yang menarik adalah pertumbuhan dari tahun > ke lima (Ahzâb) ke tahun delapan (Fathu Makah), sebab, dalam tempo > tiga tahun, pasukan Islam telah berlipat ganda menjadi 10.000 pasukan > (lebih dari 300%). > > 2. Suasana “damai” atau genjatan senjata dengan pihak Makah melalui > Shulh Hudaibiyah (perdamaian Hudaibiyah) pada tahun 6 Hijriyah, telah > dioptimalkan oleh Rasulullâh –shallallâhu ‘alaihi wa sallam- untuk > menyebar luaskan dakwah seluas-luasnya, di samping untuk menyelesaikan > urusan strategis lainnya, misalnya: penyerbuan ke benteng Yahudi di > Khaibar (tahun 7 H). > > 3. Pada tahun 9 Hijriyah dan “hanya” dalam tempo satu tahun, jumlah > pasukan Islam telah berlipat ganda menjadi 30.000 pasukan (300%). Hal > ini terjadi karena Makah yang menjadi musuh dakwah telah tidak ada dan > berubah menjadi bagian dari pendukung dakwah. > > 4. Ada pertumbuhan yang relative “terjaga” dari jumlah pasukan Islam, > yaitu sekitar 300%, walaupun tempo yang dilaluinya berbeda-beda. > > Adanya angka-angka pertumbuhan seperti ini, menjadikan kita > bertanya-tanya: adakah angka-angka seperti ini terjadi secara > kebetulan (‘afwiyyan), ataukah memang ada perencanaan atau design yang > telah dibuat sebelumnya? > > Jika kita menengok kepada tahun dua Hijriyah, saat beliau –shallallâhu > ‘alaihi wa sallam- belum lama tiba di Madinah, yaitu saat itu beliau > memerintahkan kepada kaum muslimin untuk melakukan sensus tertulis > terhadap semua orang yang telah menyatakan masuk Islam, rasanya > terlalu jauh kalau kita berpendapat bahwa angka-angka pertumbuhan > seperti di atas terjadi secara kebetulan. Pemahaman yang lebih dekat > kepada kebenaran (jika tidak kita katakana kebenaran) adalah pendapat > yang mengatakan bahwa hal itu memang sesuatu yang direncanakan oleh > Rasulullâh –shallallâhu ‘alaihi wa sallam- > > Dalam kitab Shahîh Muslim disebutkan sebagai berikut: > > Dari Hudzaifah –radhiyallâhu ‘anhu- ia berkata: Kami bersama > Rasulullâh –shallallâhu ‘alaihi wa sallam-, lalu beliau bersabda: > “Lakukanlah ihshâ’ untukku berapa orang yang telah menyatakan Islam”. > Hudzaifah berkata: ‘maka kami berkata: ‘Wahai Rasulullâh, adakah > engkau mengkhawatirkan kami? Sementara jumlah kami antara 600 sampai > tujuh ratus! .. [H.R. Muslim, no. 149] > > Dan di dalam kitab Shahîh Bukhârî disebutkan: > > Dari Hudzaifah –radhiyallâhu ‘anhu- ia berkata: Nabi –shallallâhu > ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Tuliskan untukku orang-orang yang telah > menyatakan Islam”. Maka kami menuliskan untuk beliau seribu lima ratus > laki-laki … Dari Al-A’masy: Maka kami mendapati mereka berjumlah 500. > Abû Mu’âwiyah berkata: antara 600 – 700 [H.R. Bukhârî, no. 3060] > > Beberapa Komentar Terhadap Dua Riwayat Ini > > 1. Prof. DR. Yusuf Al-Qaradhawî: “Kalau saja terjadi pengkodifikasian > ulang hadîts, maka saya mengusulkan agar dua riwayat ini dimasukkan ke > dalam kitâb al-’ilm (kumpulan hadîts yang berkenaan dengan ilmu > pengetahuan), sebab, al-ihshâ’ (penghitungan, kalkulasi, sensus dan > statistic) merupakan dasar berbagai macam ilmu pengetahuan”. [lihat: > Al-Rasûl wa al-'Ilm]. > > 2. Menurut Al-Dâwudî, angka-angka yang disebutkan dalam riwayat ini > tidaklah kontradiktif, sebab, ada kemungkinan ihshâ’ dilakukan > berkali-kali. [Fath al-Bârî saat mensyarah hadîts di atas]. > > 3. Menurut Ibn Al-Munîr, sensus tertulis tidaklah kontradiktif dengan > keberkahan, bahkan, penulisan yang diperintahkan itu merupakan > kemaslahatan agama. [Fath al-Bârî saat mensyarah hadîts di atas]. > > Beberapa Tambahan Komentar > > 1. Dalam terjemahan sederhana, kata ihshâ’ berarti: menghitung. Namun, > dalam konteks ilmiah, ihshâ’ juga bermakna kalkulasi, sensus dan > bahkan statistic dan grafik. Makna inilah yang oleh Prof. DR. Yusuf > Al-Qaradhaî –hafizhahullâh- disebut sebagai dasar ilmu pengetahuan > modern, karenanya beliau mengusulkan agar hadîts ini dimasukkan ke > dalam kitâb al-’ilm. Wallâhu a’lam. > > 2. Dua riwayat yang “berbeda”, di mana yang satunya menyebutkan uhshû > dan satunya mengatakan uktubû, juga tidak kontradiktif, sebab bisa > digabungkan dan saling melengkapi, sehingga bisa dipahami bahwa > perintah Rasulullâh –shallallâhu ‘alaihi wa sallam- kepada para > sahabat adalah agar mereka melakukan ihshâ’ secara tertulis, dan tidak > cukup sekedar lisan sahaja. Hal ini menegaskan betapa penting peranan > ihshâ’ tertulis ini, agar data benar-benar valid dan akurat. > > 3. Perbedaan angka-angka sebagaimana disebut dalam periwayatan hadîts > ini, dan sebagaimana dipahami tidak kontradiktif oleh Al-Dâwûdî, juga > bisa dipahami bahwa para sahabat nabi terus dan selalu melakukan apa > yang di zaman sekarang disebut dengan istilah updating data atau > pemutakhiran data dari waktu ke waktu, dan ternyata, updating itu > menunjukkan adanya pergerakan naik yang terus menerus; 500, 600, 700 > dan 1500. Wallâhu a’lam. > > Dari semua keterangan ini, kita bisa memahami dan menyimpulkan bahwa > pertumbuhan angka-angka bisa kita katakan telah direncanakan atau by > design, dan bukan ‘afwiyyah (kebetulan). > > Catatan Kaki: > > [1] Maksudnya: mereka tidak mengerti bahwa perang itu haruslah untuk > membela keyakinan dan mentaati perintah Allah. mereka berperang hanya > semata-mata mempertahankan tradisi Jahiliyah dan maksud-maksud > duniawiyah lainnya. > > [2] Kemungkinan yang rajîh adalah isyarat Al-Dzahabî di atas, > berdasarkan pada riwayat yang dikeluarkan oleh Ibn Abî ‘Âshim sebagai > berikut: > > 281- Telah menceritakan kepada kami Syaibân bin Farrûkh dan Hudbah bin > Khâlid, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Sulaimân bin > Al-Mughîrah, ia berkata: telah memberitakan kepada kami Humaid bin > Hilâl, dari Khâlid bin ‘Umair, ia berkata: Telah menyampaikan khutbah > kepada kami ‘Utbah bin Ghazwân – radhiyallâhu ‘anhu-, lalu ia memuji > Allâh Ta’âlâ dan memuji-Nya, kemudian ia berkata: “Saya telah melihat > diriku sebagai yang ketujuh dari tujuh orang bersama Rasulullâh > –shallallâhu ‘alaihi wa sallam-, kami tidak memiliki makanan apapun > selain dedaunan pohon, sehingga ujung bibir kami sampai keluar, lalu > aku menemukan selembar kulit, maka saya belah menjadi dua bagian, > sebagian untukku dan sebagian lagi untuk Sa’ad bin Malik (Abî > Waqqâsh)“. [Al-Âhâd wa Al-Matsânî, karya Ibn Abî 'Âshim]. Wallâhu > a’lam. > > > http://www.dakwatuna.com/2007/mencermati-angka-angka-dalam-dakwah-rasulullah-saw/ > > > ------------------------------------ > > Free download [Internet Explorer/Firefox]: > Hidayahnet Toolbar [no virus, adware, malware etc] > http://hidayahnet.ourtoolbar.com > > -------------------------------------------------------------------------- > **Boycott Israel**Support Palestine** > > All views expressed herein belong to the individuals concerned and do not > in any way reflect the official views of Hidayahnet unless sanctioned or > approved otherwise. > > If your mailbox clogged with mails from Hidayahnet, you may wish to get a > daily digest of emails by logging-on to http://www.yahoogroups.com to > change your mail delivery settings or email the moderators at > hidayahnet-ow...@yahoogroups.com with the title "change to daily digest". > > -------------------------------------------------------------------------- > > Affiliates: > iPerintis - eGroup untuk Saintis dan Jurutera Muslim > http://groups.yahoo.com/group/iperintis/ > > Hidayahnet Toolbar [no virus, adware, malware etc] > http://hidayahnet.ourtoolbar.com > > Recommended sites: > Angkatan Belia Islam Malaysia : http://www.abim.org.my > Jamaah Islah Malaysia : http://www.jim.org.my > Palestinkini Info : http://www.palestinkini.info > Partai Keadilan Sejahtera : http://pk-sejahtera.org > Fiqh Siber : http://al-ahkam.net/ > The Muslim Brotherhood : http://ikhwanweb.com > Hidayahnet website : http://hidayahnet.multiply.com/ Yahoo! > Groups Links > > > >