Tanggapan ini Saya dapatkan dari salah seorang rekan Saya yang bekerja di ExxonMobil. Permasalahannya adalah kenapa pemerintah Indonesia begitu hormat terhadap bangsa asing dan menelantarkan bangsa sendiri.
Regards, -----Original Message----- Sent: Tuesday, March 30, 2004 3:37 PM To: Arifin Subject: Re: Masalah Exxon Cepu Arifin, Saya tidak tahu benar sejarah penemuan blok Banyu Urip, apakah benar ditemukan oleh ExxonMobil atau oleh Humpuss Patragas. Saya tidak begitu mengikuti sejarahnya dulu. Jadi lebih baik saya tidak berkomentar mengenai sejarah itu. Tapi kalau masalah discovery claims, delaying announcements, opportunity taking, dsbnya, itu adalah hal yang lumrah dalam business. Itu juga dilakukan oleh banyak perusahaan di seluruh dunia dan tidak terbatas pada perusahaan minyak. Tidak ada yang "hard to believe". Dalam business apapun dibolehkan asalkan legal secara hukum, dan etis secara business. Saya bisa membeberkan seribu contoh dari kasus-kasus yang mirip dihampir seluruh dunia. Saya sangat setuju bahwa bangsa Indonesia harus dihargai di negeri sendiri. Saya malah sudah lelah berkampanye (jauh sebelum pemilu) supaya professional Indonesia itu mendapat penghargaan yang layak di negeri kita sendiri. Tapi kelihatannya pemerintah Indonesia tidak begitu perduli dengan hal-hal seperti ini. Bandingkan saja pendapatan dan treatment yang diberikan kepada professional asing dan kepada professional bangsa sendiri. Perbandiangannya di bidang perminyakan rata-rata 10:1 (sepuluh buat asing, satu buat kita). Juga lihat saja perusahaan-perusahaan minyak yang sudah bercokol puluhan tahun di negeri ini, tetap saja di kendalikan orang-orang asing. Apakah orang Indonesia tidak mampu?. Saya rasa demikianlah pendapat dari Bapak-Bapak di BP Migas, MIGAS dan penguasa Indonesia lainnya. Buktinya, sampai sekarang BP Migas, MIGAS dan Instansi lainnya masih terus memberikan izin kerja untuk orang asing karena menganggap orang Indonesia itu bodoh dan tidak mampu mengemban tugas. Nah, kalau pemerintah sendiri saja menganggap kita bodoh dan tidak mampu, bagaimana orang asing bisa menghargai kita??. Jadi jangan sedih kalau kita di bodoh-bodohi orang asing. Pemerintah Indonesia saja masih terus membodoh-bodohi kita, atau setidaknya masih menganggap kita bodoh. Makanya lama-lama kita jadi Pendekar Bodoh yang ikut menbodohi orang-orang lain. Warm regards, --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) ---------------------------------------------------------------------