From: Maryanto <[EMAIL PROTECTED]>


Waduh, rame banget Madura. Malah split-nya amat kontras yang kini rata 85:15 (ada yang 88:12), berubah drastis menjadi 75:25. Plus insentive lain.... Mau rame banget nih perminyakan Indonesia....

Ah ternyata ada juga yg jeli melihat split yg mulai "aneh-aneh". Bagiku split diperbaiki serta diberi insentif dll boleh lah. Namun yg mestinya lebih strategis dan taktis adalah term PSC secara keseluruhan untuk memacu dan memicu eksplorasi ... ya memicu eksplorasi, bukan sekedar memicu produksi saja yg kalau digenjot habis trus ditinggal ndak ada yg "mengisi" kekosongan produksi (production replacement)


Sederhana aja ya .. aku bandingin aja dengan PSC sistemnya Malaysia. ... (Howgh nyebelin ya ... RDP sukanya sama MY terus neeh :).

Di Malaysia sini daerah yg dieksplorasi hanya diberi waktu selama 5 tahun dengan kemungkinan perpanjangan 2 tahun saja. Kalau engga mau eksplorasi lagi maka daerah yg produktif (diatas producing field saja) yg boleh dipelihara, namun sisa daerah lainnya itu dikembalikan semuanya pada tahun ke 5 atau tahun ke 7. Jadi tidak ada kumpeni yg "hold" lisensi dan memegang erat sebuah daerah yg luas untuk masa 20 tahun. Coba bayangkan berapa ribuan KMsq daerah non productive yg (maaf) "ditelantarakan" sama sbuah producing PSC, padahal daerah itu bukan diatas producing Field. Disini hampir semua daerah terpotong-potong menjadi "producing field area" yg kecil-kecil saja. Namun daerah opennya cukup luas utk "bermain-main".
Jadi kalau anda tengok petanya IHS Energy yg ada lisence expired di daerah itu tertulis angka yg sebentar lagi (less than 5 years) akan berubah.


Kalau aku tengok di peta lisensi Indonesia, maka yg operasi di NW jawa ya cuman ARCO(BP) itu sudah sejak jaman rekiplik. Di Central deep Sumatra ya cuman Caltex. Di Mahakam delta ya cuman itu-itu saja operator perusahaannya ...Semua operator ini "ngangkangi" daerah suangat luass .... Padahal kalau ada kumpeni lain yg mau masuk daerah "setengah mati" ini tentunya akan dengan senang hati mengobok2 daerah ini dengan "fresh mind".

Jadi mnurut aku split boleh-boleh saja "disesuaikan". tetapi exploration activity mesti di"push and push". Lah wong sakjane producing operator di Indonesia ini ya ndak mau kok mengekplorasi lagi, wong dari producing field ini saja sudah bisa hidup. Sebenernya operator ini ngga rugi kalau mengembalikan ke Pertamina (eh skrg Migas ya :), yang rugi ya host countrynya Indonesia karena kehiilangan potensi (waktu) utk menunggu agar dieksplorasi lagi hingga lisensinya habis 20 tahun lagi. Tentunya mereka (operator2 ini) ngga mau mengembalikan daerah terakhirnya hingga akhir hayat ... :(

Kalau lihat di scout check .... aku masih gemes kalo inget daerah2 yg sahohah itu jadi "lahan tidur" aja ... :(

RDP

_________________________________________________________________
Watch the online reality show Mixed Messages with a friend and enter to win a trip to NY http://www.msnmessenger-download.click-url.com/go/onm00200497ave/direct/01/



---------------------------------------------------------------------

To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/

IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi



Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id

Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])

Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])

Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])

Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])

Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])

---------------------------------------------------------------------



Kirim email ke