Kepunahan massa makhluk hidup skala global memang ada dalam sejarah ½ miliar tahun Bumi sejak Kambrium. Plotting sumbu Y sebagai extinction rate (dalam genus per juta tahun) dan sumbu X sebagai skala waktu geologi (dalam Ma) (yang terbaik bisa ditemukan di Sepkoski-1986 : Phanerozoic overview of mass extinction – dalam Patterns and Processes in the History of Life, Raup & Jablonski-eds.-Springer Verlag) menunjukkan bahwa telah terjadi big five global mass extinction selama Fanerozoikum : end of Ordovician, end of Devonian, end of Permian, end of Triassic, dan end of Cretaceous. Setiap juta tahun memang terjadi kepunahan 20-30 genus fauna (ini background rate of genera extinction) , tetapi di big five itu kepunahan bisa sampai 100-160 genus.
Fakta kepunahan massa global ada, yang tersisa dan terus menjadi debate of centuries adalah mekanisme bagaimana kepunahan itu terjadi. Hallam (1989) – Catastrophism in Geology, yang dipresentasikan memperingati 10 tahun teori impact Alvarez dkk (1980) oleh BAAS (British Association for the Advancement of Science) mengemukakan 5 kemungkinan penyebab global mass extinction : (1) bolide impact – seperti teori Alvarez dkk, (2) climate change, (3) volcanism, (4) sea-level changes, (5) magnetic field reversal. Virus ? Memang akan sangat susah membuktikannya, bukan hard data, tapi biologi molekuler untuk kepentingan evolusi akan bisa menganalisisnya – yang seperti ini pernah diujicobakan ke fosil2 hominid untuk mengadili mana yang benar dari dua teori : out of Africa atau multiregional ? Salam, awang Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Memang mungkin belum ada burung tetapi ada ARCHAEOPTERYX, yg menjadi sangat kontroversial karena binatang yg terbang ini mempunyai paruh seperti buaya tetapi memiliki bulu-bulu seperti burung. Nah daripada nunggu jutaan tahun utk terbang dengan Lion Air, kali aja virusnya naik ARCHAEOPTERYX utk keliling asia tenggara ... :) Menduga virus sebagai penyebab kepunahan problemnya adalah kesulitan mencari "hard data". Hampir semua teori evolusi ini dibangun dengan adanya "hard data" (fosil). Teori scientifik ini sangat jauh sekali dari spekulasi. Yg kita obrolkan dengan kemungkinan adanya pengaruh virus ini hanyalah sekedar spekulasi.... mungkin juga intuisi, tetapi jelas bukan sebuah hal yg ilmiah. Belajar teori evolusi ini dengan benar tentunya akan mengajak kita menembus batas. kadang-kadang "mind boggling" ... apalagi kalau bicara evolusi manusia ... :p RDP On Tue, 12 Oct 2004 09:26:26 +0800, [EMAIL PROTECTED] wrote: > kalau virus sifatnya tidak akan seglobal itu karena zaman dulu kan belum > ada export import...burung / ayam belum naik pesawat....dsb..perpindahan > masih lambat dan memakan waktu yang lama.... > > Regards --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) --------------------------------------------------------------------- --------------------------------- Do you Yahoo!? Yahoo! Mail Address AutoComplete - You start. We finish.