Saya dengar akhir tahun lalu kapal seismic Malaysia melakukan survey diiringi 2 kapal 
perang Malaysia di perairan Tarakan. Ketiga kapal ini kemudian dihadang oleh kapal 
perang Indonesia. Tapi setelah kapal perang RI ini ditembak (2 pelaut kita mati), 
kapal kita menyingkir. Berita ini hanya gosip atau tidak saya tidak tau. 

Mengenai berita kapal Total Brunei yang diusir oleh 6 kapal perang Malaysia, memang 
benar. Argumentasi Malaysia juga mirip. Malaysia menggunakan sebuah pulau kecil tanpa 
penduduk sebagai acuan batas 200 nautical miles kedaulatan laut Malaysia. Sebaliknya 
dalam kasus ini Malaysia menggunakan sejarah sebagai negotiation back ground. 
Baru-baru ini Brunei memesan 6 kapal perang baru (frigate) dari UK, sebentar lagi 
datang. Apa ada kaitannya ... saya tidak tau.

Akhir-akhir ini Malaysia banyak melakukan 'ekspansi' ke negara tetangga setelah sukses 
dengan join operating agreement-nya dengan Thailand (model Timor Gap). Malaysia 
berurusan dengan Singapore (Batu Putih), Brunei (EEZ) dan Indonesia (Tarakan). Memang 
saat ini Malaysia sedang berjaya....

Herman Darman

-----Original Message-----
From: Taufik Manan [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 04 October 2004 12:49
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] Soal Sengketa Zona Minyak di Laut Sulawesi


Setelah Sipadan Ligitan, inilah klaim kedua antara
Indonesia vs Malaysia. Bagaimana usaha pemerintah
Indonesia (Pertamina / BP MIGAS) dalam menghadapi hal
ini ?

Semoga ada usaha yang maksimal.

Taufik Manan

================================

JawaPos online

Soal Sengketa Zona Minyak di Laut Sulawesi

KUALA LUMPUR - Sengketa Petronas dengan Pertamina atas
zona sumber minyak di Pulau Tawau makin memanas.
Pejabat senior Kementerian Luar Negeri Malaysia Zainal
Abidin Osman menegaskan, negaranya tidak gentar
menghadapi klaim Indonesia dan siap berseteru kembali.

Osman mengatakan bahwa zona Blok ND6 dan ND7 adalah
hak Petronas, perusahaan minyak dan gas Malaysia. "Hak
Malaysia tidak pernah dipermasalahkan negara mana pun
sebelumnya. Sebab, sumber minyak tersebut sudah jelas
kepemilikannya. Wilayah itu milik kami," tandasnya. 

Keyakinan Osman didasarkan pada peta parameter
teritorial federal dan kepulauan Malaysia yang dibuat
1979. Dalam peta itu menunjukkan bahwa kedua blok
tersebut masuk kedaulatannya. Soal kandungan kekayaan
alam itu, menurut Osman, survei seismik Petronas sudah
lama mengetahui. 

Seperti diberitakan, Indonesia -dalam hal tersebut
Pertamina- dan Petronas saling mengklaim hak atas
sumber minyak dan gas di Laut Sulawesi dekat Tawau,
Sabah. Zona tersebut dikenal dengan sebutan East
Ambalat. 

Kedua perusahaan minyak dan gas itu sudah menawarkan
hak eksplorasi ke perusahaan asing. Pertamina berharap
mencapai kesepakatan kontrak akhir bulan ini.
Sementara itu, Petronas akhir tahun. 

Petronas menuding, Pertamina menerobos hak eksplorasi
zona yang terletak 150 kilometer dari Sabah itu.
"Kesepakatan pengeboran lepas pantai ... yang masih
dalam wilayah Malaysia ... mengalami kemajuan," jelas
Presiden dan CEO Petronas Tan Sri Hassan Marican dalam
pernyataannya. 

Jika Malaysia ngotot zona East Ambalat milik Malaysia,
pemerintah Indonesia belum bersikap apa pun. Bahkan,
Pertamina justru tampak lepas tangan. Mohammed Harun,
juru bicara Pertamina, menyerahkan urusan itu kepada
pemerintah. 

"Persoalan klaim gas di Pulau Tawau bukan urusan
Pertamina. Kasus itu menjadi tanggung jawab direktur
Pertamina yang ditunjuk pemerintah. Pertamina tidak
ikut-ikut," terang Harun. Hingga berita ini
diturunkan, direktur Pertamina yang dimaksud belum
bisa dikonfirmasi. 

Zona minyak yang diperebutkan tersebut tidak jauh dari
Pulau Sipadan dan Ligitan, yang pernah menjadi
sengketa antara Malaysia dan Indonesia. Kedua negara
sepakat menyelesaikan sengketa yang terjadi mulai 1969
itu ke Mahkamah Internasional (ICJ) pada 1997.

Sidang digelar Juni 2002. Keputusannya disampaikan
enam bulan kemudian. Isinya, Indonesia dinyatakan
kalah dengan suara 16:1. Presiden ICJ Gilbert
Guillaume menolak argumen faktor sejarah dan
mempertimbangkan kedaulatan negara. Menurut dia,
keputusan itu final dan tidak ada banding.

Sebelum vonis dijatuhkan, Malaysia menawarkan kedua
pulau tersebut sebagai objek wisatanya. Negeri jiran
selalu berdalih bahwa yang melakukan itu adalah pihak
swasta tanpa sepengetahuan pemerintah.

Sikap serupa ternyata dilakukan Malaysia saat
bersengketa dengan Brunei berebut zona kaya minyak dan
gas di Sarawak. Belum ada vonis pemilik, Malaysia
memperketat keamanan di tempat konflik. 

Perseteruan mencapai puncak Maret 2003. Pasukan
patroli laut Malaysia mengursir tim eksplorasi Total,
sebuah perusahaan Prancis. Perusahaan penambangan itu
mengaku, pihaknya mendapat hak eksplorasi dari Brunei.
Kabarnya, kesepakatan hampir tercapai dengan sistem
bagi hasil. (ap/nst/nie)


                
__________________________________
Do you Yahoo!?
New and Improved Yahoo! Mail - Send 10MB messages!
http://promotions.yahoo.com/new_mail 

---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------


---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke