Judul di atas nampak aneh ? Satu hal di sisi sini, lain hal di sisi sana, berseberangan tak berhubungan ? Tunggu dulu, bisa jadi mereka berhubungan, yang satu dikontrol oleh yang lain.
Ada suatu periode dalam sejarah peradaban manusia di Bumi saat tradisi batu-batu besar (megalit) begitu mewarnai kehidupan mereka. Ini gejala di seluruh permukaan Bumi. Sebagai contoh, sebut saja Piramid di Mesir, Piramid di Babilonia dan Asiria (zigurat), Piramid di Pulau Bimini dekat Azores di tengah Atlantik, Piramid di Maya-Aztec-Inca Purba di Meksiko dan Peru, Stonehenge di Inggris, Megalit di Eropa Baratlaut dari Norwegia sampai Spanyol, Megalit di Pulau Paska di ujung timur gugusan kepulauan Polinesia (seperti yang pernah diulas Ariadi), Megalit di tengah-tengah Cina, atau Megalit yang banyak ditemukan di negeri kita sendiri seperti di Banten, Pasemah, Nias dan Sumba. Ada orang2 yang terbeban mempelajari artefak-artefak prehistori ini. Dan, mereka menemukan sesuatu yang menarik. Di megalit yang banyak dipelajari seperti di Mesir, Maya, Aztec, Eropa Baratlaut, dan Stonehenge, ternyata posisi penempatan artefak itu tak sembarangan. Kebudayaan yang mendirikan tradisi megalit di wilayah2 ini adalah umumnya para pemuja Matahari. Dan, posisi artefak ini didirikan sedemikian rupa sehingga mengikuti di mana Matahari terbit dan terbenam dalam setiap musim (kebetulan ini wilayah2 di mana Matahari tak selalu persis terbit dan terbenam di tempat yang sama di sepanjang tahun). Kemudian, ketika para peneliti mencoba menaruh orientasi artefak2 ini di sebuah peta, nampaklah bahwa benda2 mati ini tak selalu membentuk busur perjalanan Matahari yang ideal di atas Bola Bumi. Ada apakah ? Apakah para pendiri itu salah arah ? Apakah Matahari berjalan lenggang-lenggok sehingga para penyembahnya di Bumi mendirikan menhir yang orientasinya tidak ideal ? Hubungannya agak menjadi jelas bila kita menggunakan teori seorang ahli matematika dan klimatologi Serbia, Milutin Milankovich, yang hidup sezaman dengan Einstein. Tahun2 1920-1940 Milutin banyak meneliti suatu masalah yang berakhir di teori bernama “Fluctuations in Orbital and Rotational Cyles of the Earth“. Tentu saja, Milankovich tak sedang mencari jawaban mengapa orientasi artefak2 megalitik itu tak terlalu ideal, melainkan dia sedang menerangkan bagaimana periode zaman2 glasiasi-deglasiasi terjadi. Glasiasi dan de-glasiasi terjadi oleh berapa banyak Bumi menerima sinar Matahari (kadar insolusi). Penelitian Milankovich menunjukkan bahwa kadar insolusi ditentukan oleh (1) berapa jarak Bumi-Matahari, (2) berapa miring sumbu Bumi, (3) berapa besar simpangan sumbu Bumi ketika Bumi berputar. Yang no. (1) berhubungan dengan berapa bundar/lonjong orbit Bumi, atau eksentrisitas orbit. Orbit Bumi berubah dari bundar ke lonjong dan kembali ke lonjong, dst. dalam siklus 100.000 tahun. Yang no. (2) akan mempengaruhi kemiringan sumbu bumi, yang bisa miring dari 21,6 derajat ke 24,5 derajat dalam siklus 42.000 tahun. Yang no. 3 akan mempengaruhi letak-letak Matahari dilihat dari Bumi pada posisi-posisi equinox dan solstice, sehingga disebut Presisi Equinox, dan simpangan sumbu Bumi ketika Bumi berotasi ini bersiklus 25.800 tahun. Siklus terpendek dari Milankovich yang dikenal dengan nama Presisi Equinox nampaknya berhubungan dengan orientasi megalit ini. Presisi Equinox terjadi karena gerak goyangan (wobble) poros Bumi : bahwa poros Bumi tak tetap sepanjang zaman, ia bergoyang berputar memuntir searah jarum jam dan menyelesaikan satu putarannya setiap 25.800 tahun (ada juga yang bilang setiap 21.000 tahun). Equinox (equal night) adalah satu dari dua periode dalam satu tahun saat bidang edar Bumi (ekliptika) memotong equator Matahari. Jadi, pada saat2 itu Matahari tepat di atas kepala di equator pada siang tengah hari jam 12.00 pada tanggal 21 Maret (vernal atau spring equinox) dan pada 22 September (autumnal equinox). Pada hari2 itu di seluruh dunia panjang siang dan malam persis sama. Nah, karena ternyata poros Bumi itu juga berputar dari tahun ke tahun, maka orientasi letak Matahari yang ditangkap Bumi pun pindah dari tahun ke tahun. Inilah yang rupanya juga membuat kaum pemuja Matahari menaruh artefak-artefak pemujaan Matahari (piramid mungkin sebuah makam, tetapi mereka ditaruh sedemikian rupa menghadap sisi2 Matahari di mana berjalan di lengkung langit) berpindah2 mengikuti gerak Matahari. Tentu para pemuja Matahari itu tak tahu bahwa ada goyangan poros Bumi, ada presisi equinox, ada teori Milankovich saat mereka memutuskan di mana artefak mesti didirikan, dan Milankovich pun tak pernah tahu bahwa salah satu siklusnya ternyata berhubungan dengan orientasi sebaran artefak menhir pemujaan Matahari. Megalit adalah sebuah keping, presisi equinox adalah sebuah keping yang lain. Apakah keduanya membentuk satu gambar utuh ala jigzaw puzzle ? Mungkin tidak, tetapi simpangan poros Bumi karena presisi equinox, sejajar dengan orientasi sebaran piramid di Mesir, Stonehange di Inggris dan banyak megalit di Eropa Baratlaut. Presisi equinox akan mempengaruhi di mana di Bumi Matahari akan terbit dan terbenam, dan plotting-nya sejajar dengan sebaran megalit2 pemuja Matahari itu. Apakah megalit di Banten dan Pasemah pun menunjukkan orientasi yang mengikuti siklus Presisi Equinox Milankovich ? Paling tidak, harus dicari dulu data tentang : apakah ini menhir pemujaan Matahari, kapan ini didirikan, dan bagaimana orientasi regionalnya di wilayah Indonesia (sebab orientasi baru terlihat kalau diposisikan secara regional). Hanya, teori Milankovich akan berkonsekuensi bahwa poros Bumi di khatulistiwa tidak akan bergoyang, ia titik tetap, semakin besar simpangannya ke kutub2 dan semakin mengecil bergerak ke khatulistiwa. Salam, awang __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com