kalau mnrt saya banyak G&G yang menjadi TKI (Tenaga Kerja Intelek) ke negeri jiran, tentunya karena oppurtunity dan challenge yang lbh baik dari sini ... setau saya oil co. yang skrg berada di jkt kebanyakan memp. field2 yg sudah mature .....
Rovicky Dwi Putrohari To: iagi-net@iagi.or.id <[EMAIL PROTECTED] m> cc: 02/18/2005 07:14 Subject: [iagi-net-l] Sharing info suka dan info duka (the AM untold story) --> Re: [iagi-net-l] Brain Drain Please respond to iagi-net Friend, Sebenernya banyak UNTOLD STORY yg tidak pernah dicritakan temen-temen di KL sini. Suka-duka dimana saja selalu saja ada. Tapi siapa sih peduli dengan dukanya ? kita pasti terkesima dengan sukanya. Bahkan mungkin kalai TKI (tenaga kerja intelek ini) bahkan akan memiliki rasa malu kalau bercerita ttg duka disini. Lah piye wong wektu ke LN dengan mantab je ... "Sharing info", baik info suka maupun info duka ini yg menurut saya paling memprihatinkan diantara kita ini. Kalau kita punya hal yg menyenangkan kita susah berbagi dengan temen lain. Bahkan Herman Darman pernah crita, banyak yg ngga suka liat temen seneng. Dimana secara tidak langsung kita juga enggan untuk crita kesulitan atau kesusahan akibat perlakuan ini karena takut dilihat temen lain seolah-olah kita gagal. Apalagi TK Intelek ini, mereka akan lebih tertutup lagi. Contoh kongkrit adalah soal gaji. Seperti yg disitir oleh Shofi, bahwa aku membuka siapa saja yg mau berbagi info gaji ternyata hanya sedikit yg mau membagi info ini. Dan Tahukah akibatnya, Nilai tawaran kontrak temen-temen di KL sekarang langsung dievaluasi !! Ini diakibatkan oleh karena kita tidak saling tahu perkiraan "pasar sendiri". Akhirnya employer selalu menggunakan nilai terkecil yg ada sebagai penawaran. Dan karena ini sudah diatas gaji di Indonesia, maka banyak yg hengkang dr Indonesia hanya akibat "salah hitung". Bahwa yg namanya pegawe kontrak itu hanya gajian 12 kali, sedangkan pegawe tetap itu 14-16 kali (plus bonus bonus). Tapi karena sudah terlanjur disini ... apa ya mbalik ? Malu lah yaw !! Nah kemaluan inilah yg akhirnya dimanfaatkan oleh employer utk bermain-main. Its real ! Kalu mau crita detil silahkan japri saja ... its too sensitive hef e nais whik en RDP "jelas pingin mulih !" On Fri, 18 Feb 2005 07:14:21 +0800, imanuel w pranoto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Hmm, mohon maaf ini OOT. > Sekedar merenung menatap paradoks nasib ratusan ribu saudara2 kita TKI > di negara > yang sama, Malaysia, yang katanya lebih tepat dijuluki Pahlawan > Devisa, tapi nasibnya amat merana. > > "Muscle Drain", barangkali itu terminologinya (atau "Soul Drain"?). Ada > yang mati, diperkosa, dipenjara, dianiaya ... Terakhir, boro-boro terima > ribuan dolar, malahan tidak dibayar majikan dan dideportasi pulang. > > Sekali lagi maaf OOT -- sekedar merenung. > > Rovicky Dwi Putrohari bertutur pada 2/17/2005 6:59 AM: > > Mau dilihat dari sudut atas bawah, kiri-kanan, utara-selatan ... > > kayaknya 'brain-drain is brain drain' . Kerugian sepertinya akan ada > > dipihak yg mengalami 'kebocoran' brain, dalam hal ini pihak Indonesia > > yg akan rugi. > > > > Berapa sih nilai devisa yg masuk ke negeri ini ? > > Taruhlah gaji 6000-7000USD/bulan ... upst buka kartu ! > > Biaya cost yg habis yg dipakai di negara tempat kerja sekitar 2-3 rb USD. > > nah sepertinya devisa yg masuk 3-5 rb USD/bulan. > > > > Namun kalau dihitung "hasil kerja" yg dilakukan si pekerja tsb (berupa > > laporan tenis, nilai ilmu, nilai intelektual dll) tentunya bernilai > > lebih dari 10-20 rb $/bl. Nah seandainya nilai "brain" ini akhirnya > > dipakai utk melakukan pengeboran dan menghasilkan minyak jutaan barel > > minyak yg bernilai lebih dari jutaan $$$, maka nilai "brain" ini > > menjadi tak ternilai lagi tingginya. Sehingga jelas bahwa negara yg > > mengalami brain drain akan "rugi" kehilangan kesempatan untuk > > memperoleh jutaan $. > > > > Memang secara tak sadar kita akan menyatakan bahwa ini "hukum pasar" > > dan hukum pasar "supply demand" merupakan nilai ukur "pembenaran". > > Akhirnya tak terasa kita (termasuk saya dulu) menilai bahwa kejadian > > brain drain ini adalah keniscayaan. > > Namun jelas dari sisi Indonesia hal ini sangatlah merugikan ! > > > > > > RDP > > "kapan mulih, vick ?" > > --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) --------------------------------------------------------------------- --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) ---------------------------------------------------------------------