Sepertinya sudah menjadi sangat serius .....
bagi saya bukan sekedar migas, tapi teritorial itu menunjukkan
kedaulatan. lah kalo negara ndak punya kedaulatan, punya apa lagi ...

RDP
===
Berita seputar perebutan lahan minyak di sekitar Sipadan-Ligitan.

Selasa, 01 Mar 2005,
RI Kerahkan Kapal Perang



Tegang, Pesawat Malaysia 3 Mil di Wilayah Laut Kaltim
TARAKAN - Perbatasan laut Indonesia dan Malaysia di wilayah Laut Sulawesi,
sekitar Pulau Sipadan dan Ligitan, dilanda ketegangan. TNI-AL kemarin
mengerahkan tiga kapal perang ke wilayah tersebut untuk mengantisipasi manuver
pasukan Malaysia yang juga mengklaim perbatasan perairan yang belum ditetapkan
oleh Mahkamah Internasional itu.

Tiga kapal perang Indonesia yang unjuk kekuatan di kawasan timur Pulau
Kalimantan itu adalah KRI Wiratno, KRI Rencong, dan KRI Nuku. Kapal-kapal itu
berada di sekitar wilayah laut yang kini sama-sama diklaim kedua negara.

Danlanal Tarakan Letkol Laut (P) Ibnu Parna kepada wartawan koran ini kemarin
menjelaskan, pangkalan TNI-AL (Lanal) Tarakan sejak Sabtu (26/2) ditunjuk
sebagai pangkalan aju untuk unsur-unsur pasukan yang digelar di wilayah
perbatasan tersebut.

Menurut Ibnu Parna, selain ketiga KRI itu, TNI-AL mengerahkan dua pesawat intai
maritim Nomad P-840 dengan pilot Mayor Laut (P) Sisyani dan Nomad P-834 dengan
pilot Kapten Laut (P) Wijayanto. Kedua pesawat pengintai itu berpangkalan di
Bandara Juwata Tarakan.

Personel di tiga KRI sekitar 200 orang. Mereka di bawah kendali Kepala Staf
Gugus Tempur Laut (Guspurla) Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) yang
dipimpin Kolonel Laut (P) Marsetio MM.

Ditanya soal lamanya gelar kekuatan di perbatasan, kata Ibnu, waktunya tidak
terbatas. "Gelar kekuatan dilakukan sampai masalah ini dibicarakan di tingkat
nasional dan internasional secara diplomatik," ungkapnya.

Menurut dia, gelar kekuatan itu merupakan tindak lanjut dari masalah yang
dialami kapal nelayan jenis trawl pada 7 Januari 2005 lalu. Kapal nelayan
Indonesia itu dikejar dan ditembak oleh sebuah kapal perang TLDM (Tentara Laut
Diraja Malaysia) KD Sri Melaka-3147.

Selain itu, Marin Laut, sebutan angkatan laut Malaysia, telah menyandera dan
menyiksa karyawan PT Asiha Samudra yang ketika itu memperbaiki lampu suar (lampu
sebagai rambu-rambu laut di daerah Karang Unarang yang letaknya di sebelah timur
Pulau Sebatik).

Parahnya lagi, lanjut Danlanal yang belum sebulan menjabat ini, pada Sabtu
(26/2) sekitar pukul 10.58 Wita, pesawat Pesud Malaysia/Lnad Based Maritime Air
Craft jenis 4 Beechcraft B 200 T Super King, mendekati KRI Wiratno dan bahkan
masuk wilayah Indonesia sekitar 3 mil.

Ketegangan di kawasan laut tersebut terjadi setelah Sipadan dan Ligitan resmi
menjadi milik Malaysia. Negeri jiran itu kini merasa separo Laut Sulawesi masuk
wilayah mereka. "Padahal, dulu hanya 12 mil dari Sipadan dan Ligitan. Sekarang
mereka mengklaim 70 mil dari Sipadan dan Ligitan," jelas Ibnu.

Yang membuat situasi semakin tegang, daerah Karang Unarang yang berada di luar
70 mil dari batas klaim Malaysia itu, kini juga diincarnya. Salah satu bukti
nyata, ketika Indonesia membangun suar di wilayah itu, para pekerja disandera
dan disiksa pasukan Malaysia.

Pihak Malaysia sangat agresif untuk menguasai sebagian besar Laut Sulawesi. Aksi
terakhir Malaysia yang membuat Departemen Luar Negeri RI marah adalah menjual
konsesi minyak di kawasan tersebut kepada raksasa perusahaan minyak Shell.

Deplu langsung mengirim nota protes ke Kuala Lumpur. Menurut Jubir Deplu Marty
Natalegawa, perairan tersebut milik Indonesia. Karena itu, malaysia tidak
mempunyai hak memberikan konsesi kepada siapa pun. Menurut Marty, Indonesia akan
tetap mempertahankan kedaulatannya di wilayah itu.

Panglima TNI Siap Konflik Terbuka dengan Malaysia
Sementara itu, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto menyatakan, pihaknya
siap konflik terbuka dengan Malaysia supaya beberapa wilayah perbatasan seperti
Laut Sulawesi tidak terus-menerus menjadi ajang eksplorasi dan eksploitasi.
Tapi, dia meminta komitmen penuh dari DPR. Jangan sampai saat ini
didorong-dorong untuk tegas mengerahkan armada, tetapi nanti disalahkan dan
disudutkan bila sudah terjadi konflik. "Tolong, dukung kami. Jangan nanti
dituduh main embat kapal negara lain sembarangan," pintanya dalam raker dengan
Komisi I DPR di Jakarta kemarin.
Sementara itu, Kadispen Koarmatim TNI-AL Letkol (L) Guntur Wahyudi mengaku belum
menerima informasi adanya tiga armada KRI yang merapat ke Laut Sulawesi untuk
menambah kekuatan pengamanan wilayah perairan di sana. (arm/noi/jpnn)




[Non-text portions of this message have been removed]




-- 
my blog :
http://putrohari.tripod.com/Putrohari/

---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke