Sistem pasar bebas dan kompetitif sih okay saja, itu baik-baik sahaja
(boleh tahan lak Pak Cik) , tapi dengan satu syarat bahwa komponen
konsumen
dalam pasar bebas itu tidak mempunyai gap yang besar, alias berimbang lah
gitu. Dengan begitu masyarakat pengguna akan punya kekuatan untuk memilih.
Lha kalau sistem pasar bebas dalam hal BBM diterapkan di Indonesia yang
mempunyai masyarakat sangat jomplang purchasing powernya, yak opo seh rek?
matek kabeh ne' ngono, mesti ada sing nulungi (yang nalangi juga boleh).
PELITA yang pernah dikerjakan oleh bangsa Indonesia sebenarnya mempunyai
tujuan (salah satunya) untuk mengecilkan gap purchasing power bangsa,
sehingga waktu itu dijangkakan pada tahun ke 30, bangsa ini siap menuju ke
pasar bebas, yang menurut istilahnya lepas landas. Eh.... dilalah ternyata
setelah masuk tahun ke-30 bukannya lepas landas, malah nyungsep ke bumi
lagi. Maknanya apa????? ada sesuatu yang salah dalam salah satu komponen
design-nya. Atau designnya sudah okay, tapi ada faktor luar yang tiba-tiba
datang ... he...he....he..... wallahu a'lam.
Omong-omong soal hemat BBM, ada gak yang punya map penggunaan BBM oleh
masing-masing kelompok, misalnya yang digunakan oleh Pabrik berapa,
Transportasi Umum berapa, de el el. Kemudian map penggunaan BBM oleh
daerah-daerah propinsi misalnya.
maksih banyak.
rias
|---------+---------------------------->
| | [EMAIL PROTECTED]|
| | onas.com.my |
| | |
| | 13/07/2005 11:25 |
| | AM |
| | Please respond to|
| | iagi-net |
| | |
|---------+---------------------------->
>---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------|
|
|
| To: <iagi-net@iagi.or.id>
|
| cc:
|
| Subject: Re: [iagi-net-l] Hemat BBM- share dari Rotarian Subagio
|
>---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------|
kalau saya lebih percaya sistem pasar bebas yang kompetitif. harga bensin
yang dikatrol subsidi merupakan harga semu yang tidak menguntungkan semua
pihak, pasar menjadi semu dan tidak kompetitif. usulan saya adalah sbb:
- hapuskan subsidi bbm secara total, sehingga harga komoditi bbm merupakan
harga pasar. tetapi harus dibarengi dengan pencabutan monopoli distribusi
bbm oleh pertamina, sehingga perusahaan lain bisa bersaing dengan
kompetitif untuk distribusi bbm. juga harus disertai penghapusan pajak
kendaraan bermotor.
salam -
Harry Kusna
<[EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id
o.com> cc:
Subject: Re: [iagi-net-l]
Hemat BBM- share dari
13/07/2005 11:20 Rotarian Subagio
AM
Please respond
to iagi-net
Sebetulnya ada ide seorang teman (Pak Mac Sarwadhamana di ITB - TF75) yang
mengatakan
bahwa mungkin ada baiknya subsidi BBM itu ditagih langsung dari pemakai yg
tidak "layak" menikmatinya dengan cara pembayaran dimuka, dengan hitungan
sbb:
Mobil2 plat hitam (dan juga plat merah) dapat diklasifikasikan berdasarkan
konsumsi BBM-nya. Misalnya mobil 1500 cc di Jakarta berjalan rata2
20000km/thn, dan konsumsi
BBMnya adalah 1ltr/10km, sehingga konsumsi BBM setahunnya adalah 2000
liter. Katakanlah misalnya subisidi BBM adalah Rp. 1000 / ltr, sehingga
subsidi BBM yg dikonsumsi mobil tsb setahun adalah 2000 ltr/thn X
Rp.1000/ltr = Rp. 2,000,000 /thn.
Harga inilah yg harus ditagihkan ke mobil tsb di muka pada saat
perpanjangan STNK.
Semakin besar cc mobi, maka semakin boros pula konsumsi BBMnya, sehingga
semakin besar pula nilai subsidi BBM yg harus dia bayar.
Kalau pendapat saya, system ini lebih mengena, karena tidak akan mengenai
rakyat banyak yg tidak punya mobil. Tetapi dampaknya, mobil2 simpanan yg
tadinya sedikit berjalan, akan lebih banyak dipergunakan karena pemiliknya
merasa telah membayar subsidinya dan akan merasa rugi jika tidak
menggunakannya. Tidak tahu berapa persen mobil yg bersifat seperti ini
(mobil simpanan?). Akibatnya lagi, jalan di Jakarta akan semakin macet.
Ttg penarikan uangnya dan kemungkinan korupsi yg akan semakin marak, saya
kira dengan era komputer dan budaya anti korupsinya Pak SBY sekarang, hal2
di atas seharusnya dapat diatasi. Data mobilnya jelas, system inventory
dan postingnya ada secara komputer dan terintegrasi dng system2 lain
(samsat dsb), jadi saya rasa "agak" sulit untuk diakali. Yang akan banyak
terjadi adalah mungkin dampak sosialnya saja, ant. lain spt.:
Bgmn dng mobil2 tua yg cc-nya besar2 yg masih digunakan? Logikanya
mobil2 spt ini digunakan oleh kalangan yg ekonominya tertinggal, krn
mereka tdk mampu membeli yg lebih baru? Apakah ini berarti mereka2 tidak
boleh bermobil-ria lagi? Padahal selama system transportasi belum
memadai,
mobil masih akan menjadi kebutuhan primer di masyarakat kita.
Bgmn dng harga BBM yg murah, yg memungkinkan terjadinya penyelundupan?
Dng membayar subsidinya di muka, berarti harga BBM di pasar akan dijual
dng
harga bersubsidi (lebih murah dari harga sebenarnya). Jika dijual ke
negara tetangga yg harga BBMnya lebih mahal, hal ini akan memberikan
keuntungan yg menarik. Bgmn kita mencegahnya?
Mungkin banyak lagi bagaimananya, yg harus dipikirkan, dan rasanya
menjadi kewajiban moral kita semua untuk memberi masukan2 ini.
Wassalam - HK
Paulus Tangke Allo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
kalau pakai warna, harga bbm-nya tambah mahal ndak?
maksudnya, apa perlu pewarna khusus utk mewarnai bbm?
lagipula, kalau sampai berbekas di tangki,
apa nanti tidak berbekas juga di komponen mesin lainnya?
bahayakah?
--pta
On 7/13/05, [EMAIL PROTECTED]
wrote:
Pengusaha yang punya angkot isi bensin, terus dkeluarin, dijual di
pinggir
jalan dengan harga di antara harga bbm untuk angkot dan bbm untuk
kendaraan pribadi ....pasti laku keras...
kenapa kok enggak pakai sistem warna saja ya...? kalau angkot mis : bbm
warna hijau dan pribadi warna merah...dan ada bekasnya di tangki....
---------------------------------
Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail - You care about security. So do we.
---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
(Ratna.Asharina[at]santos.com)
-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------