Maaf diskusi sejarah sejenak, sekedar meluruskan.
 
Harus diwaspadai bahwa Galuh yang terkenal berlokasi di antara Garut dan Kawali 
itu adalah sebuah kerajaan yang pindah dari sekitar lereng Gunung Slamet yang 
dikenal sebagai Kerajaan Galuh Purba. Perpindahan ini terjadi sekitar abad ke 
6-7 M. Dari kawasan Garut-Kawali baru mereka pindah ke pusat Padjadjaran pada 
1300-an M. Dua kali perpindahan ini tercatat di Prasasti Bogor. 
 
Maka, Galuh bukan asli Sunda, tetapi asli sekitar Banyumas sekarang. Kalau kita 
buka peta yang cukup detail akan banyak tempat dengan nama Galuh di sekitar 
perbatasan Jabar-Jateng : Rajagaluh (Cirebon), Galuh (Purbalingga), Galuhtimur 
(Bumiayu), Sirahgaluh (Cilacap), bahkan di Kulonprogo dekat perbatasan Kedu ada 
desa Samigaluh. Diduga keras bahwa semua tempat tadi pada masa lampaunya pernah 
dikuasai Galuh Purba. 
 
Van der Meulen (1988) : Indonesia di Ambang Sejarah - Kanisius, punya tesis 
bagaimana bangsa Galuh memasuki Jawa Tengah. Tesisnya ini belum ada yang 
menentang di kalangan para ahli sejarah. Katanya, mula2 bangsa Galuh ini adalah 
pendatang dari Kutei, dari kerajaan Hindu pertama di Indonesia, atau turunan2 
sebelum Mulawarman, Kudungga - yang bukan Hindu. Bangsa Galuh ini masuk ke Jawa 
melalui pantai sekitar Cirebon sebelum abad ke-5. Lalu mereka masuk makin dalam 
melalui lereng barat Ciremai, masuk ke aliran Citanduy akhirnya menduduki 
lereng2 Slamet dan lembah Kali Serayu. Ada yang memilih menetap di sekitar 
Ciremai, dan kelak mereka ikut mendirikan budaya Sunda.
 
Tetapi yang di lereng2 Slamet dan lembah Serayu, utara Banyumas, mereka 
mendirikan Kerajaan Galuh purba (untuk membedakannya dengan Galuh Garut-Kawali 
yang merupakan pindahannya). Sumber2 Cina menyebut kerajaan Galuh Purba ini 
"Topoteng". Berdasarkan catatatan resmi Kekaisaran Cina Dinasti Tang, selama 
periode 627-649 kerajaan Holing (Kalingga - kelak Ratu Sima) di Jawa bersama 
dengan dua kerajaan tetangganya, Topoteng (Galuh Purba) dan Dwapatan (tanpa 
penjelasan) mengirim utusan2 ke Cina. Ratu Sima memerintah Kalingga pada 674 M. 
 
Berdasarkan babad Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara (tulisan Pangeran 
Wangsakerta dari Cirebon), pada abad ke-7 dan ke-8 ada tiga wangsa : 
Kalinggawangsa, Sanjayawangsa, Sailendrawangsa) (keterangan yang sama 
disampaikan pula oleh Fruin-Mees : Geschiedenis van Java, 1919, p. 16-20). 
Kelihatannya Galuh Purba saat itu sudah menurun pamornya dan mungkin saja sudah 
pindah ke Garut-Kawali, tersingkir oleh leluhur Sailendra.
 
salam,
awang
 

Budi Brahmantyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Untuk Kang Yudi dan mas Edwin...

Sebenarnya kerajaan-kerajaan Sunda tidak kalah pamor, lho.
Menurut suatu dokumen bernama Carita Parahyangan (yang belum semua
sejarawan mengakui keotentikannya), Kerajaan di Jawa Barat tidak pernah
putus sejak Tarumanegara, Kendan, Galuh, Sunda dan akhirnya Pajajaran.
Bahkan menurut dokumen itu, Sanjaya pendiri mataram Hindu adalah keturunan
Galuh (bapak Sanjaya adalah anak hasil perselingkuhan permaisuri Galuh,
yang kemudian menikah dengan Ratu Kalingga di Jawa Tengah).

Hanya itu tadi, kerajaan2 Sunda tidak banyak membuat prasasti atau
candi(atau belum ditemukan; bisa terkubur lahar, terbawa banjir bandang,
longsor, dsb) sehingga sejarahnya seakan-akan bagai kepingan-kepingan
puzzle yang hilang.

Bahkan kalau tidak salah di dalam dokumen itu, Hayam Wuruk berkakek
kandung orang Sunda. Itulah sebabnya Hayam Wuruk tidak berani menganeksasi
Sunda karena menghormati leluhurnya. Tapi Gajah Mada termakan
sumpahnya...sehingga terjadilah pembantaian di lapangan Bubat itu.

Menariknya cerita itu direkam pula oleh orang-orang Bali dalam
kidung-kidung Bali yang berjudul "Gaguritan Sunda".

Begitu katanya, entah benar, entah tidak...

BB





                
---------------------------------
 Start your day with Yahoo! - make it your home page 

Reply via email to