Betul sekali, kita harus lebih peduli dengan arti fisis nya, karena kalo tidak, maka seismik tadi hanya akan menjadi gambar indah saja tanpa makna. Sedikit kilas balik ke algorithm di seismik processing: hampir semuanya memerlukan input data yg seragam (in time and space). Padahal pada kenyataannya (pada saat akusisi data) sangat sulit menempatkan source dan receiver secara seragam from place to place. So, If the variations of the sampling intervals are too large to be acceptable for data processing, seismic traces have to be resampled. Akibat yg sering terjadi adalah proses resampling tadi sering harus "mengorbankan" akurasi pada data yg punya high frequency. Belum lagi kalo data asalnya sudah banyak dilakukan aliasing atau malah noisy sekali. Jelas sekali arti fisisnya akan banyak "terganggu" kalo ternyata karakter frekuensi nya menjadi tak akurat lagi. Yang saya tahu kebanyakan paket software yg melakuan seismic resampling secara "black-box" style, artinya kita tidak diberikan keleluasan untuk memilih/mengontrol parameter secara bebas, tapi hanya diberi window box dimana kita ditawari untuk memasukkan angka resample yg diinginkan. Secara metode, kebanyakan software tadi melakukan spatial resampling along each constant time slice or each constant frequency slice. Ini memang cukup lumayan hasilnya untuk data yg noise-free.
-yka- On 9/3/05, Paulus Tangke Allo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > ganti subject dikit supaya tidak mengganggu thread aslinya. > > itu resamplingnya dari 2 atau 4 ms ke 0.5 ms? > > utk komputasinya sih gak masalah.... > tapi arti fisisnya apa? > > > --pta > > On 31/08/05, Yudi Yanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Saya pernah melakukan proses inversi dan mencoba membandingkan antara > > data seismic yg sdh diresampling 0.5ms dengan data seismik yg asli-nya, > > kalo di compare terlihat adanya peningkatan resolusi hasil inversi untuk > > data yg telah di-resampling. Ini cukup membantu untuk analisa thin > > layer. >