Pak Wahyu yang budiman dan Dear Gemstone Lovers IAGI, Terima kasih atas e-mail Anda. Mang Okim mohon izin meneruskan kritik Anda ke forum Gemstone Lovers IAGI agar persoalannya bisa lebih diketahui oleh para Ahli Kebumian. Bagi rekan-rekan IAGI, perlu diketahui bahwa Pak Wahyu adalah Sarjana Ekonomi Manajemen, bekerja di Group TEMPO, dan beberapa kali bertemu dan berdialog dengan mang Okim di Bandung. Karenanya mang Okim cukup kaget atas pendapat Pak Wahyu yang rasanya bertolak belakang dengan apa yang telah didialogkan di Bandung, khususnya tentang Kep.MENPERINDAG No. 385/MPP/Kep/6/2004 yang dengan tegas melarang ekspor bahan mentah batumulia dan khususnya fosil kayu. Kritik langsung dari Pak Wahyu ini adalah yang kedua setelah beberapa bulan yang lalu mang Okim diluruk ( didatangi ) oleh seorang pengusaha terkemuka di Bogor yang marah besar atas "ulah" mang Okim yang menyebabkan keluarnya Kepmen tersebut. Mang Okim harus akui bahwa Kepmen tersebut keluar setelah perjuangan tak kenal putus asa selama hampir 15 tahun ( walau implementasinya amburadul dan ekspornya tenang-tenang saja ! ).
Dear Gemstone Lovers dan Pak Wahyu yang budiman, Mang Okim akan mencoba menyampaikan tanggapan atas kritik Pak Wahyu sbb.: 1. Syukur alhamdulilah bahwa Pak Wahyu kini punya berton-ton fosil Ammonit dari Papua dan Timor Indonesia. Selain Pak Wahyu, ada seorang pengusaha WN.Taiwan yang konon beberapa tahun yang lalu telah berhasil memborong lebih dari 100 ton fosil Ammonit. Untuk menjualnya apalagi setelah ada nilai tambahnya, itu siih syah-syah saja. Tetapi kalau sampai mengekspornya mentah-mentah, tentu sayang kaan. Mang Okim sendiri heran, kok sampai belum ada ahli kita yang tergetar dan tergerak hatinya mendengar ratusan ton Ammonit ditemukan terkonsentrasi di suatu daerah di negeri kita. Dengan kepedulian kita, bukan tidak mungkin kalau suatu hari Indonesia punya Taman Nasional Fosil Ammonit. Opo ora hebat. Dan dengan adanya Pak Wahyu yang masih punya rasa sayang dan cinta kepada natural resource negeri kita, semoga fosil Ammonit yang dimilikinya tak seluruhnya hilang dari tanah air. 2.Mengenai umur fosil kayu Banten/Cibaliung yang Miosen/Pliosen, saya salut kepada Pak Wahyu karena sebagai seorang sarjana ekonomi-manajemen nekat berargumentasi tentang umur geologi. Sekedar tambahan pengetahuan, fosil serupa koral ditemukan sampai hari ini lho. Nanti kalau Pak Wahyu ke Bandung akan mang Okim berikan tambahan wawasan tentang umur-umur geologi. Ada peta-peta geologi yang menjelaskan umur-umur batuan di kawasan tertentu. Mang Okimpun tahun 1984 menerbitkan peta geologi bersistem lembar Leuwidamar, Banten ( bisa dibeli di Museum Geologi Bandung ). 3. Larangan ekspor bahan mentah adalah akal-akalan mang Okim? Motifnya ekonomi untuk kepentingan mang Okim/MBI ? Perjuangan selama 15 tahunan adalah tipu daya mang Okim ? Ketika pengusaha Bogor ngeluruk dan marah-marah ke mang Okim di Bandung, mang Okim bilang bahwa tanpa menjual bahan mentah apalagi mengekspornya, mang Okim bisa survive dengan 35 karyawan selama lebih 10 tahun. Mang Okim ingat pengalaman seorang ahli geologi di Jakarta yang 10 tahun yang lalu menjual fosil kayu senilai Rp 30 juta /kontainer. Ketika dia diundang ke Tokyo, tahulah dia bahwa satu fosil kayu dari ratusan yang dia kirim, nilainya di Jepang lebih dari Rp 30 juta. Dan alhamdulilah, dia kemudian mutusin untuk stop ekspor mentah dan mulai mempelajari teknologi pemrosesan untuk meningkatkan nilai tambahnya. Dan bukankah mang Okim pernah cerita ke Pak Wahyu bahwa vandalisme fosil kayu pernah menimpa Arizona ? Dan ketika tahun 1963 daerah keterdapatan fosil kayu tersebut dinyatakan sebagai Petrified Forest National Park, maka selama tahun 1995 saja, daerah tersebut berhasil menerima kunjungan lebih dari 2 juta wisatawan. Apakah sebagai ahli ekonomi-manajemen Pak Wahyu tidak bisa membaca makna 2 juta wisatawan terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut dan penduduknya ? Pak Wahyu yang budiman dan Dear Gemstone Lovers, Mang Okim berharap bahwa persahabatan mang Okim dengan Pak Wahyu tidak akan terganggu oleh hal-hal di atas. Semoga pikiran negatif Pak Wahyu terhadap mang Okim bisa segera dijernihkan agar tidak menjadikan stress. Do'a mang Okim sehari-hari adalah tidak berburuk sangka, tidak membenci orang lain, tidak menyakitkan orang lain, dan tidak merendahkan orang lain. Semoga dengan do'a tersebut kita bisa menyongsong bulan puasa dengan bersih hati dan murni jiwa. Dan kepada rekan-rekan Gemstone Lovers, semoga tulisan ini bermanfaat. Masih banyak home work yang menanti kita. Kajian kawasan karst Gua Pawon dan Pra-Tersier Ciletuh sedang digarap oleh UNPAD-DISTAMBEN JABAR. KRCB pun tak lelah-lelahnya ngulik dataran Bandung. Yang lain-lain pastilah menyusul, siapa tahu Ammonit Papua dan Timor Indonesia dapat giliran juga. Mang Okim mohon maaf kepada Pak Wahyu kalau ada hal-hal yang kurang berkenan ( jangan lapor ke TEMPO ya ). Salam hormat buat semuanya, mang Okim. ----- Original Message ----- From: wahyu muryadi To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, September 17, 2005 12:41 AM Subject: Re: [iagi-net-l] fosil sebagai barang ekonomi? Mang Okim yang baik Saya sungguh tergugah dengan gagasan anda untuk melestarikan pelbagai sumberdaya fosil kita. Saya termasuk pelestari tsb, mengoleksinya, tapi tak ada pretensi untuk menelitinya--karena disiplin saya ekonomi-manajemen. Saya punya banyak fosil ammonite dari papua (wamena?) yg warnanya item2 dan timor barat yang berwarna spt terakota. Jumlahnya bejibun. Sebagian saya simpan untuk kepentingan pribadi, tapi sebagian sisanya ada yang saya bagikan untuk teman dan kolega yang minat, dan terusterang ada juga beberapa yang saya jual, termasuk ke bule2 yg minat--tapi saya jual yang kualitasnya medioker. Cuma saja saya masih heran bagaimana seharusnya kita bersikap thp perdagangan fosil jenis ini? Haruskah kita melarangnya sama sekali? Bukankah bisa kita lihat di situs fosil banyak perdagangan yang terjadi di hampir semua negara? Lalu soal fosil kayu. Saya juga penggemar berat soal ini: khususnya yang berasal dari banten dan garut (yang melilin-lilin seujur batangnya dan mirip cakar ayam). Saya simpan semuanya dalam bentuk bahan baku, maupun olahan. Seorang rekan pernah berujar bahwa teori anda soal umur fosil kayu banten di zaman miocene/plioce agaknya salah. Sebab, di beberapa titik di cibaliung, cidamar dan banten selatan lainnya juga ditemukan batuan fosil serupa koral atau foraminifera (???). Itu berarti, umurnya jelas lebih tua! Bagaimana nih mang Okim? Oh ya, saya juga ingin mengkritisi gagasan anda yang kemudian membikin Bu Rini Suwandi bikin SK anti ekspor bahan mentah fosil kayu. Tampaknya ini kurang tepat kalau diberlakukan buat fosil kayu ini. Banyak para pengepul fosil kayu di banten dan bogor yang ngedumel, mereka bilang bahwa ini cuma akal-akalan anda saja agar MBI mendapat porsi guna merestui ekspor tsb. Dengan kata lain, mereka menuduh beleid itu motifnya cuma ekonomi semata. Lain tidak. Asal mendapat legalisasi MBI, maka semua beres. Lagipula mang Okim, tidak semua fosil kayu yang ditemukan di banten bisa diolah, atau dipoles. Tak sedikit yang nilai ekonomisnya justeru tinggi ketika dibiarkan secara alamiah/natural. Banyak yang justeru senang kalau melihat pohon tsb masih kelihatan tekstur kulit kayunya, masih tampak cabang dan rantingnya dsb. Malahan kalau digosok, selain tak ada dagingnya (atau isi kandungan mineralnya), juga butuh biasa besar (karena batu beginian malah kerassss kalau dikupas dan digosok). Jadi, kebijakan larangan ekspor tsb tampaknya cuma cocok untuk batu mulia jenis selain fosil kayu! Bagaimana ini bos? Oh ya, sekadar info saja. Orang Taiwan yang di karawaci, tangerang itu lahannya 20 hektare dan dipake buat nimbun bahan mentah dan jadi bukannya 20 ton, tapi puluhan ribu ton!!! Dan tahukah anda bahwa fosil kayu tsb belakangan ditemukan mendekati arah tangerang, dengan kualitas akik super, bahkan di kawasan jombang, ciputat juga ditemukan fosil kayu batuan cokelat mirip giokkk!!!! Gimana nih bos? Salam sayang Muhammad Wildan 08129900007