At 07:08 AM 9/20/2005, you wrote:

Menarik diskusinya

Saya hendak menanyakan

1. Mungkin ada contoh real seberapa besar data biostrat ini membantu dalam
interpretasi sekuen (paper...?)

Roger et al (banyak penulisnya), 2001, quantitative biostratigraphy of the taranaki basin, new zealand: adeterministic and probabilistic approach, AAPG Bulletin, v. 85, no. 8 (August 2001), pp. 1469–1498

masih banyak paper lain, texbook dan info lainya dapat dilihat di slide bahan kuliah yang dapat diakses disini:
http://www.gc.itb.ac.id/~anwar/course_material.htm  passwornya: kuantitatif



2. Seberapa Hires correlation yang bisa dilakukan ..? apakah bisa membantu
dalam menentukan MF,U, struktur dsb...?

Resolusi semakin tinggi karena markernya makin banyak, sehingga time horisonnya menjadi semakin banyak dan marker tidak akan saling silang karena sudah di optimumkan. seberapa tinggi resolusinya tergantung datanya bagaimana, kalau datanya bagus framework waktunya juga semakin detail, sehingga korelasi SB dan surface lainya menjadi semakin mudah dan dengan adanya estimasi kesalahan maka kita bisa lebih yakin kira-kira dimana unsur unsur harus ditempatkan/dikorelasikan



3. Apa bedanya klasifikasi BIOSTRAT (N5, N6 dsb ) dengan klasifikasi Nanno
Fosil (NN5,NN6 dsb ) , dan yang mana yang memiliki tingkat kepercayaan
lebih tinggi...?

biozonasi N dan NN didasarkan atas mikrofosil yang berbeda yaitu foraminifera dan nannofosil, kedua biozonasi tersebut untuk tiap stage mempunyai resolusi yang berbeda, kadang foram lebih detil dari nanno dan sebaliknya. kombinasi dari kedua biozonasi tersebut akan memberikan umur yang lebih detil. Sedangkan tingkat kepercayaanya sama saja, tergantung klasifikasi markernya seperti apa, kalo marker yang di pakai mengandung cf. atau ? ya tentunya tingkat kepercayaan batas yang didasarkan marker tersebut kurang.



4. Kenapa kok metoda biostrat ini "kurang populer " di industri migas ?
(mahal, lama, kurang info...?)

Stratigrafi kuantitatif ini memang relatif baru dan banyak di kembangkanoleh kalangan akademisi, ini mungkin yang menyebabkan kurang dikenal di industri tidak seperti seismik stratigrafi atau sikuen stratigrafi. Sebenarnya untuk analisa ini datanya bisa dari sumur sumur yang sudah ada dalam suatu area (satu basin) yang sudah dianalisa biostratigrafinya. jadi sebenarnya tidak mahal dan waktu yang dibutuhkan kalo datanya sudah ada juga relatif cepat. tidak dikenal dikalangan industri mungkin kurang sosialisai, yang jelas setahu saya belum ada perusahaan minyak di indonesia yang menerapkan ini.

salam
khoiril anwar 

Kirim email ke