Wah mantab diskusi ini.
Blow, 1969, Martini 1971, menamakan nama umur mengacu pada standart
Geologic Time Scale yang terus berkembang masukan datanya, dan di
perbaiki, dan terkahir ICS International Commission on Stratigraphy
2004. Perbaikan pengukuran umur absolut terus terjadi. Sequence
ditentukan dengan siklus mulai dari SB, lalu LST, MFS, lalu SB lagi.
Semua pengukuran tak ada yang tak punya error. Dalam statistik errornya
di kenal standar deviasi, simpangan standar. Error bisa dari alat ukur,
juga subjectivitas, dan yang paling besar disini adalah geologic
setting. Idealnya SB adalah daerah "laut dalam" dimana gap umur amat
sedikit antara sequence di bawah dengan atasnya. Antiklin, yang lebih di
kejar untuk dibor dibading sinklin, akibatkan jarang ada data SB akurat.
Karakter umumnya dalah paralel unconformity. Jim Ogg, executif secretary
ICS, melaporkan lokasi-lokasi pengukuran umur batuan secara detil.

ICS 2004 sudah meniadakan nama Tersier, juga Kwarter. Sehingga saya
usulkan untuk bisa kita mulai dalam judul-judul paper resmi dengan
menghilangkan nama-nama itu, menjadi yang setara: Cenozoic,
Paleogene-Neogene, Paleocene, Eocene, Oligocene, Miocene, Pleistocene,
dll. (Melihat keteraturan siklus, kalender SALAM malah lebih lebih
simpel lagi, dengan digit saja, he..he..he..).   

Umur-umur disebutkan Blow, Martini, yang publish sudah 30'an tahun ini,
lalu menjadi lebih disesuaikan dengan pengukuran baru ICS 2004,
misalnya. Fosil amat berguna untuk korelasi. Biota hanya hidup daerah
tertentu, misal: laut dalam, dangkal, darat. Seiring waktu, satu
sequence bergerak regresi, transgresi, regresi. Ini menjadikan range
yang lebar umur yang ditentukan dengan fosil. Ini disebut "braket".
Misalnya Miosen, dengan G.Klugery pada N4, NN1. G. Primodius pada N4-N5,
NN1-NN2, G. Ciperoensies di N4-N5, NN1-NN2, dst.   

Pak Darwin Kadar memang harus mengacu umur. Misal diambil dari Haq,
1987, pada SB: 13.8, 15.5, 16.5, 17.5, 21.0, 22.0, 25.5.  Karena beliau
sadar bahwa angka-angka itu tidak umur sebenarnya, dan lebih sekedar
penamaan SB, makanya beliau suka untuk tidak menyebutkan angka-angka itu
dalam grafik-grafik paper resmi. Misalnya SB 21, maka bisa saja ini
umurnya bukan 21 Ma, dan mungkin  18 Ma hingga 24 Ma, sesuai dengan
braket lebarnya. Sayangnya, dalam membuat skala umur vs. Formasi, semua
hal tadi harus dilaksanakan, yang tentu SB21 diposisikan pada 21 Ma, dan
SB22 di possisikan pada skala waktu 22 Ma. Tak lain dari itu.  Kerja
sama beliau dengan Pak Ukat, dan sebutkan posisi SB21 adalah SB antara
Bekasap dan Duri Fm. SB22 antara Baji-Kedua Fm. Ini akibatkan suatu
pengertian sedimen yang amat tebal antara SB22-SB21 di Duri Field kalau
saja selisih umur itu, 22Ma-21Ma= 1 Ma, adalah setebal itu, amat jauh
lebih tebal di banding ketebalan sequence pada lokasi lainnya di CSB.
Atasi hal ini, anjuran saya, adalah batas bawah sequence itu 25.37,
berkurang 700 Ka, untuk batas bawah mulai (dalam Ma) 25.37 Menggala,
24.67 Dalam, 23.97 Jaga, 23.27 Baji, 22.57 Kedua, 21.87 Pertama, 21.17
LowerRindu, 20.47 Upper Rindu, 19.77 Duri1, 19.07 Duri2, dan 18.37
Telisa. Nadanya dengan ini, maka kecepatan pengendapan lebih
"reasonable", seiring transgresi mengangkat Duri menjadi paling tinggi
pengangkatannya di tengah CSB. Jadikan juga lapisan minyaknya dangkal,
kurang 650'-200 ' (230 - 70 m). Setara kedalaman orang ngebor untuk
sumur artesis (200'an m)  sudah dapatkan minyak.

Apakah memang begitu? Apakah ada data yang menolak hal ini?

Salam, 
Maryanto. 

 



-----Original Message-----
From: Graha, Satia (grhs) [mailto:[EMAIL PROTECTED] 

Saya hanya bermaksud menambahkan sedikit ....

Begini...pemakaian data biostrat, terutama pada saat sekarang yang
sering dipakai sejalan dengan sikuen stratigrafi, memang terbatas dan
sifatnya lokal. Sebagai contoh, ada beberapa specimen yang ditemukan di
jawa tapi tidak ditemukan di Sumatera, begitu juga sebaliknya, yang saya
tahu, chart zonation yang dikemukakan oleh penulis terdahulu pun belum
tentu bisa diterapkan di tempat lain...cekungan yang satu dengan
cekungan yang lain memiliki biozonasi yang berlainan......

Biozonasi N (Blow) dan NN (Martini), merupakan biozonasi yang saling
melengkapi...Pak Ukat yang merupakan pakar dalam sikuen stratigrafi
sangat paham dengan apa yang dinamakan dengan Sequence
Boundary...peranan Biostratrigrafer dalam penentuan sequnce boundary
sangat diperlukan....misalnya saja, Pak Ukat memerlukan data mengenai
posisi SB 22.....Dengan Data biostrat kita bisa memberikan kandidiat
posisi kedalaman SB 22 tersebut dengan meneliti kandungan
mikrofosil....Secara umum SB 22 dibatasi oleh Gs primordius dan Gl
kugleri....Sekarang yang menjadi masalah bagaimana apabila data
foraminifera tidak lengkap...atau kurang bagus.....ini bisa di bantu
dengan Nanno dimana SB 22 ini umumnya ada di bawah last occurrence dari
Cycliargolithus abisectus atau pada NN2 atau pada N5......jadi begitu,
menurut saya biozonasi N dan NN saling melengkapi dan sangat membantu...

Mungkin itu saja sekelumit yang saya ketahui.......

Wassalam..

Satia Graha

=== di busekk....


---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke