Bang Sony dan teman-teman semua, 
Ini menarik sekali.  Ya, saya sependapat. 
Menurut saya salah satu sebab kenapa pengetahuan geologi itu seperti
jauh dari masyarakat karena para ahli geologi kita kurang terdidik dalam
memahami proses dan bentang alam yang kelihatan oleh kita sekarang alias
proses geologi yang berumur ratusan-puluhan ribu sampai dengan yang
berumur puluhan tahun saja. Kita terlalu fokus kepada proses geologi
yang umurnya jutaan dan 
puluhan juta tahun lalu (karena untuk diterapkan dalam eksplorasi dan 
eksploitasi SDA).  Padahal masyarakat umumnya lebih ingin mengerti
tentang 
alam yang mereka lihat, bumi yang mereka pijak dan proses yang masih
berlangsung SEKARANG. 
Coba saja tanya geologiawan Indonesia tentang proses volkanik dan
sedimentasi di Jawa Barat pada masa jutaan tahun lalu, mereka bisa
cerita panjang lebar berdasarkan data stratigrafi singkapan, data
seismik, data bor, dsb.  Sekarang coba tanya tentang G. Tangkuban Perahu
(kapan kaldera terbentuk, sudah berapa kali meletus? kapan terakhir,
kapan meletus lagi?), apa itu Bukit Tunggul?, atau tentang kipas
alluvial Bandung, atau tentang dinamika Sungai Cikapundung atau Citarum
dan pengaruhnya terhadap masyarakat yang hidup disekitarnya (termasuk
siklus banjir).  Kebanyakan para lulusan geologi kita akan kesulitan
menjawabnya ya?.  Atau misalnya kalau para ahli/mahasiswa geologi kita
disuruh menganalisa proses geologi (sedimentasi, volkanisme, tektonik)
dari bentang alam dan stratigrafi TANAH sampai kedalaman hanya 10 meter
saja dari permukaan tanah, apakah kebanyakan lulusan geologi bisa?
Tentunya keahlian yang diperlukan tidak sama dengan menganalisa geologi
dari singkapan batuan yang berumur jutaan tahun, data sumur dari
kedalaman ratusan sampai ribuan meter, dan data seismik refleksi, bukan?
Padahal untuk terjun di bidang geologi teknik, lingkungan, dan
kebencanaan lulusan geologi perlu pemahaman dan keahlian dalam urusan
geologi yang dekat dengan permukaan tanah yang kita pijak sekarang ini.

Contoh lain, coba suruh para mahasiswa geologi menarik garis patahan
berdasarkan data singkapan, data seismik, atau data bor, tentu mereka 
kebanyakan pandai-pandai.  Tapi kalau disuruh menarik garis patahan yang
masih aktif pada peta topografi atau foto udara, atau di ajak ke lembang
terus disuruh menunjukkan mana jalur patahan Lembang itu, mungkin
kebanyakan agak puyeng... 

Akhir kata, tentunya akan lebih baik kalau anak sekolah tertarik masuk
geologi karena ingin mempelajari proses alam yang terjadi disekitarnya
bukan hanya karena ingin masuk kumpeni dan kaya toh.

Ngomong-ngomong menarik sekali apa yang dilakukan oleh Bang Sony dalam
membuat modul geologi untuk pendidikan masyarakat umum, kapan-kapan saya
ingin lihat.

Salam, 
Danny


-----Original Message-----
From: Pangestu, Sonny T [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, October 11, 2005 4:53 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Marketing lulusan geologi ---> pendidikan mau
ikut market yang ada saja?

Danny & RDP & temen-temen semua,
mungkin itulah juga sebabnya, insinyur arsitek lulusan indonesia gak
laku di amerika dan jepang.
insinyur arsitek lulusan amerika baru boleh jual jasanya setelah dia
punya sertifikat memahami geologi dan gempabumi. (kebetulan saya punya
paman, seorang arsitek di los angeles).
mungkin di tanah air perlu juga dipikirkan pewajiban semacam ini karena
akan menyangkut kepada tanggungjawab apabila sebuah bangunan runtuh yang
bisa menyebabkan tewas. bahkan bisa berkembang ke masalah hukum pidana.

lalu , mungkin kita tidak perlu berharap terlalu banyak dulu bahwa
geologi bisa dipahami masyarakat karena kita belum berbuat banyak untuk
masyarakat. walaupun rasanya sudah habis-habisan kita memasyarakatkan
geologi. namun kenyataannya bukan geologi yang dicari masyarakat kok.
yang perlu kita lakukan adalah bagaimana membuat khalayak ramai merasa
berkepentingan untuk mengerti dan paham tentang bumi tempat mereka
berpijak dan tempat mereka hidup. kalau ini sudah tercapai dengan
sendirinya keingintahuan khalayak lah pada akhirnya yang akan mengantar
mereka kepada geologi sebagai sumber ilmu pengetahuannyanya.
hal ini perlu dimulai kepada anak-anak di sekolah, sejak mereka sekolah
dasar.
demikian juga guru-guru di sekolah secara terus-menerus perlu kita
bekali dengan informasi yang betul.
kemasannya juga perlu kita pikirkan dengan baik & kita buat yang menarik
hati , tidak membosankan , tidak terlihat rumit , mudah dikenang.
kalau kesadaran ini sudah tertanam sejak seorang masih di sekolah dasar,
maka ketika misalnya dia nanti akan memilih jurusan arsitek atau sipil
atau apa pun jurusannya, dia sudah punya kesadaran bahwa tempat dia
hidup dan tempat dia mengamalkan ilmunya pasti memerhitungkan bumi. dia
dengan sendirinya akan mencari ilmu dan berusaha lebih memahami tentang
bumi ini. mereka akan merasa bhw kalau mereka tidak memahami itu mereka
bisa terkena akibatnya, atau merasa rugi, atau mendapatkan kesulitan dan
lain-lain.


perjuangan semacam ini yang antara lain sedang saya lakukan tanpa
mendompleng nama geologi atau pertambangan.
karena sudah banyak kenyataan yang kami hadapi bahwa kalau kita
mengedepankan kedua kata itu terlebih dahulu maka "alergi" atau
resistensi mereka lah yang kita dapatkan.
kami menyentuh dan menyapa mereka dari arah yang sebaliknya, kami sapa
mereka mulai dari kegiatan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
kemasannya kami buat dalam bentuk permainan atau pertunjukan, dibuat
dengan bantuan beberapa seniman, ahli komunikasi, ahli animasi, desain,
fotografer, video, musik, dll. kadang-kadang kami sediakan juga hadiah
agar mereka terkenang dengan pesan yang kami kemas di dalamnya.

sekedar berbagi pengalaman
wassalam
sonny

-----Original Message-----
From: D.H. Natawidjaja [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 09 Oktober 2005 18:22
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Marketing lulusan geologi ---> pendidikan mau
ikut market yang ada saja?


Halo Bung Rovicky apa kabar? 
Iya betul tuh.  Apakah universitas mau ngikutin pasar aja atau mau
berinovasi untuk menciptakan pasar baru?.  Kelihatannya Pendidikan
Geologi Indonesia sekarang masih sangat ditujukan untuk memasok pasar
tenaga kerja di bidang ekplorasi dan eksploitasi SDA (MiGas dan Mineral)
ya ?
Alasannya: kayanya kita semua sudah pada tahu... bidang geologi lain
yang non-migas dan mineral tidak begitu diketahui atau mungkin tidak
dihargai oleh masyarakat, pemerintah dan dunia bisnis...sehingga
lapangan kerjanya sempit (padahal seharusnya bisa besar)...dan kalaupun
ada kerjaannya imbalannyapun mungkin tidak sebesar didunia MiGas.
Dampaknya: sebagian besar lulusan yang terdidik di bidang geologi (baca:
urusan ekplorasi minyak dan mineral) tidak tertampung di dunia-nya
sehingga harus kerja di dunia lain, termasuk di dunia geologi
non-migas/mineral seperti di lembaga penelitian dan instansi pemerintah.
Artinya: lapangan kerja geologi di bidang non migas mineral diisi oleh
para geologiawan yang notabene kurang ahli dengan bidang pekerjaan
barunya ini.
Tentu ini berakibat profesi  geologi di bidang non-migas/mineral ini
akan kurang berkembang atau akan kurang dihargai/dipercaya oleh
masyarakat/bidang disiplin ilmu lainnya yang berkaitan.

Sekedar ilustrasi.  Sekarang ini ada timbul kesadaran di masyarakat
tentang pentingnya mitigasi bencana alam.  Mitigasi bencana ini katanya
sudah seharusnya diperhitungkan dalam pendidikan, kemasyarakatan dan
pembangunan infrastruktur wilayah dan termasuk juga sudah seharusnya
dimasukkan dalam kurikulum sekolah mulai dari SD. Nah, bagaimana
"kesempatan lapangan pekerjaan" ini bisa dilaksanakan kalau para ahli
kebumian kita hanya ahli dimasalah migas dan mineral?  Kecuali kalau
kita beranggapan bahwa bidang geologi seperti ini engga perlu
training/pendidikan  khusus, tapi cukup pengetahuan geologi umum
sedikit-sedikit tambah logika... beress.  Dan pada prakteknya mungkin
biar kerjaannya ngawurpun engga apa-apa karena yang meriksa juga engga
tahu itu ngawur atau engga :-)... Mudah-mudahan engga begitu ya.

Dari dulu kita juga suka mengeluhkan bahwa kalangan sipil kurang
menghargai profesi ahli geologi dalam teknik sipil.  Tapi coba telaah
lebih dalam, kenapa begitu?  Apakah karena lulusan geologi kita yang
kerja di bidang ini kerjanya ngawur?  
Saya ingat dulu ada ahli geologi yang mengatakan kalau ada kota yang
dilewati sesar aktif sarannya enak aja: "sebaiknya dipindahkan aja
kotanya".  Tentu saja para ahli bidang lain dan pemerintah cuma ketawa
ngakak dengernya kan?
Sebulan lalu saya pernah diundang untuk berbicara dihadapan para ahli
arsitek senior dan beberapa planolog.  Waktu itu saya khusus memberi
penjelasan tentang apa itu sesar aktif dan bagaimana bahayanya kalau
keberadaannya tidak diperhitungkan dalam pembangunan infrastruktur.
Responnya: mereka cukup terperangah.  Mereka bilang kok kita engga
pernah tahu tentang masalah ini, kan ini hal yang sangat penting untuk
diperhitungkan oleh para arsitek, ahli sipil dan planolog?  Saya
terusterang ikut heran juga... apa benar informasi geologi ini tidak
pernah sampai ke bidang lain?  Segitu lemahnya gaung geologi di bidang
non migas dan mineral.

Saya heran kok banyak lulusan geologi yang tidak mengerti bahwa sumber
gempa itu adalah bidang sesar yang bergerak bukan berupa titik ledak.
Engga ada bedanya dong dengan lulusan geofisika yang mengira bahwa
sumber gempa itu adalah titik episenter meskipun gempanya berskala
(Richter) lebih dari 7.  Padahalkan mereka ini dapat pelajaran tektonik
dan geologi struktur ya ?  Hanya mungkin terlalu difokuskan kepada
pemetaan sesarnya untuk ekplorasi saja, tidak mendalami proses alamnya
sendiri.

Sekian saja, sekedar wacana untuk meramaikan diskusi.

Salam,
Danny


-----Original Message-----
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Saturday, October 08, 2005 2:53 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Marketing lulusan geologi ---> Re: [iagi-net-l]
kok susah banget nyari geoscientist???

Mas Ben,
Selalu saja ada pendapat yg berbeda (another side of coin). Apakah
kita akan menciptakan market atau kita mengikuti market. Another side
coin tadi menyatakan menciptakan market.

Kasus ini muncul dari kasusnya teori marketing juga, yang sudah kuno.
Karena tidak ada orang bersepatu di Afrika, apakah kita akan mebuat
pabrik sepatu di afrika ? Yang satu sisi menyatakan jangan membuat
pabrik disana karena buat apa bikin pabrik ngga ada yg bersepatu.
Sedangkansisi koin yang lain bilang mumpung belum punya sepatu makanya
kita buat pabriknya supaya dia bersepatu.

Sama halnya dengan geologi, saat ini kebutuhan sedikit karena daya
penyerapan sedikit. Tatapi kalau "digelontorin" banyak geologist bisa
jadi akan menjadikan wawasan geologi masyarakat menjadi terbuka,
mereka menjadi "kenal" dengan geologi seperti masyarakat Afrika yang
akhirnya kenal dengan sepatu.

Tentusaja .....Kedua sisinya akan mengandung risiko. Tidak ada
tindakan yg tanpa risiko. Seperti sedang berjalan di jalan raya, mau
terus atau berenti. Berenti pun bisa-bisa ketabrak dari belakang :(

Institusi pendidikan seharusnya melihat paling tidak untuk 5 tahun
kedepan (untuk S1) karena selang masa studi. Namun siapa sih yang
dapat memiliki prediksi akurat utk 5 tahun lagi ? Lima tahun lalu
sayapun ga nyangka kalau minyak menjadi diatas 50USD/bbl.

btw, anda sampai sabtu ini mengantongi 38% yg tertinggi di Pooling
WebIAGI looh .... kalau Mas Ben menjadi ketum IAGI, punya kiat atau
niat tertentu ttg hal ini ngga ?

RDP

On 10/8/05, Ben Sapiie <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> RDP,
>
> Ya jelas Mas, pendidikan kan nggak bisa memproduksi terus tapi nggak
diserap
> market. Yang pertama akan terjadi mungkin penurunan minat di bidang
geologi.
> Atau pendidikan yang akan ngarah pada Geologist ++ (S2, S3, dsb)
supaya bisa
> bersaing di market. Tentu saja ini akan menyebabkan perubahan2
terutama
> dalam masalah waktu dan program.  Sudah seharusnya institutsi
pendidikan
> memikirkan hal ini, ITB? belum malahan nambah jumlah mahasiswa
sekarang
> dengan angkatan 45nya.
>
> Salam,
>
> Ben Sapiie

---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------



---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------



---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke