Sedikit koreksi: dalam wawancara dengan wartawan Jakarta Post dan Surabaya Dot Com disela-sela memberikan kuliah sehari tentang Sedimentologi dan GeologiMinyak Bumi Indonesia di Jurusan Geofisika Unibraw -Malang- kemarin (27/10/05) saya mengungkapkan bahwa:
1. Paradigma berpikir semua pihak yang terlibat di urusan migas (pemerintah, dpr, perg tinggi, assosiasi profesi, swasta, industri, lembaga penelitian) mustinya diubah dari "pesimisme apatis" menganggap minyak kita sudah habis menjadi "optimisme kreatif" mengeksplorasi pemikiran, konsep, dan cara-cara baru untuk mendapatkan tambahan cadangan migas Indonesia. Bukannya migas Indonesia potensinya terbatas, tetapi sebenarnya justru "pemikiran" kitalah yang terbatas. Untuk itu kita semua perlu membuka diri terhadap ide-ide baru, opini-opini baru, fakta-fakta baru yang selama ini tersembunyi dibalik tumpukan pemikiran, kertas-kertas publikasi, hasil-hasil diskusi para ahli eksplorasi Indonesia. Diantaranya adalah fakta bahwa hanya 25% dari >60 jumlah cekungan di Indonesia yang berproduksi, sisanya ada yang sudah dieksplorasi tapi belum juga diproduksikan, sudah diekplorasi tapi tidak optimum, atau sama sekali belum dijamah. Jangan dulu bicara soal migas kita terbatas kalau belum menjelajah keseluruhan cekungan di Indonesia dan memperlakukan mereka secara adil sama dengan cekungan2 lain yang sudah berproduksi. 2. Untuk membuka jalan eksplorasi ke cekungan-cekungan selain yang sudah berproduksi kita harus lebih memprioritaskan survei-survei spekulatif (spec surveys, bukan spot mapping seperti dituliskan oleh wartawan) terutama dengan mengakuisisi data geofisik (seismik, gravity, magnetic) daerah-daerah tersebut; tentunya bukan dengan hanya mengandalkan bujet anggaran dari pemerintah, tetapi lebih menggalakkan peran swasta (asing maupun nasional) untuk melakukan survei-survei spec tersebut. Tentunya yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah memberikan kemudahan-kemudahan melalui regulasi untuk spec survei tersebut, baik dengan membuat bentuk kontrak-kontrak baru yang tidak harus ada komitmen pemborannya (cukup akuisisi data dan interpretasi saja); maupun dengan menerapkan kebijakan data terbuka (open data source) sesuai dengan yang diamanatkan oleh UU22/2001 maupun PP35/2004, tanpa harus terbebani oleh kepentingan sempit perusahaan kontraktor eksisting yang kadang-kadang bisa menahan data dg umur >8tahun atas alasan bisnis/komersial perusahaan ybs. 3. Dalam rangka penambahan cadangan migas skala fast-medium track kita bisa konsentrasi di 16 cekungan yang sudah berproduksi dengan menerapkan prinsip/konsep 3 siklus/fasa eksplorasi migas yang belum paripurna di cekungan-cekungan tersebut. Yang bisa dilakukan pemerintah adalah membuat regulasi khusus (sub-kontrak, split, insentif, dll) untuk mereka yang mau melakukan eksplorasi di zona-zona yang masuk dalam kategori siklus yang berbeda dari yang sudah ada dan berproduksi di lapangan/cekungan tersebut. Perhitungan jumlah cadangan terbukti&potensial yang keluar angka resminya dari pemerintah 8-9 Milyar Barrel itu samasekali tidak memperhitungkan upside potensial dari target-target eksplorasi dari siklus yang berbeda di berbagai lapangan/cekungan yang ada. Mustinya kalau upside potential itu ikut diperhitungkan dan didorong untuk dikejar, maka angka cadangan kita dengan cepat akan berubah naik signifikan (bisa 2 kali lipat dalam waktu 5 tahun kedepan: refer to Cepu Block dan JBB Block Pertamina). Secara terpisah, ketika wartawan menanyakan usulan apa yang selama ini diajukan oleh IAGI dan nampaknya diresponse positif oleh pemerintah menyangkut bidang kegeologian sumberdaya ekstraktif, saya menjawab: 4. Bahwa statement IAGI tentang bahwa pemetaan geologi (dan geofisik) Indonesia belum selesai ternyata diacknowledge juga oleh pemerintah; karena saya mendengar bahwa mulai tahun depan lewat Badan Geologi ESDM (nantinya Badan Geologi Nasional) akan dilaksanakan program-pprogram pemetaan lebih rinci dari skala100.000 di Jawa dan lebih rinci dari skala 250.000 di luar Jawa. Rupanya sang wartawan menggabungkan nomer 4 dengan nomer 1-2 sedemikian rupa sehingga di running text_nya Metro TV yang keluar seperti itu. Salam adb ----- Original Message ----- From: "ismail" <[EMAIL PROTECTED]> To: <iagi-net@iagi.or.id> Sent: Friday, October 28, 2005 10:00 AM Subject: [iagi-net-l] Cadangan Minyak > Sambil dengerin pengjiannya Pak Khurais Shihab di Metro TV tadi pagi, ada > berita di bawahnya( tulisan berjalan) : Statment Pak Ketum IAGI ttg Cadangan > minyak yang tinggal 18 th , oleh karenanya disarankan untuk mengadakan > pemetaan Geologi dan Geofisika lagi. > Kalau cadangan tinggal 18 th , maka paling lama thn 2023 minyak habis, dg > asumsi produksi tetap. tdk ada tambahan cadangan kira kira cad tinggal 6-7 > milyar Brl. Padahal dari data terjadi penurunan produksi sejak '77 sekitar > 2,5 %/thn. disiisi lain penambahan konsumsi mencapai 5,5 % / thn.Kayaknya dg > asumsi tsb kedepan semakin berat . > Dalam Media Indonesia Kemarin, diberitakan adanya cadangan Gas Hidrat yang > cukup besar dan belum tersentuh 850 TCF , itupun baru dua tempat. Sebetulnya > Gimana sih Gas Hidrat ini ? apakah sama dg gas alam biasa . bagaimana propek > eksploitasinya , Dan Media tsb juga dikatakan kalau harga minyak 50$ gas ini > akan ekonomis, sebetulnya berapa sih cost produksinya ? > > Konsumsi BBM terutama untuk transportasi, data Gaikindo menunjukan setiap > tahun mobil baru yang terjual sudah mencapai 500.000 an . belum sepeda motor > mencapai 1 jutaan.Kalau mobil rata rata mengkonsumsi BBM 10 l/hari dan motor > 1 l/hari , maka dalam satu hari ada penambahan 6 juta ltr , atau kira kira > 40 an ribu barel / hr, dan ini akan meningkat terus.Padahal untuk menambah > produksi sebesar itu dibutuhkan waktu dan investasi yg tdk sedikit. Ini baru > dari trasportasi, belum untuk Industri dan Listrik. Kalau dua sektor ini > dapat diganti dg energi lain ( Batubara, Gas , Geothermal ) maka secara > significant akan mengurangi konsumsi BBM tadi, apalagi kalau potensi Gas > Hidrat tadi dapat direalisasikan. > Cuma kembali lagi , biasanya yg ramai itu ditingkat wacana, padahal untuk > mengatasi permasalahan permasalahan tsb yg dibutuhkan action. Kalau bicara > action , sama dg bicara investasi , kalau bicara investasi sekarang ini > bukan masalah keekonomiannya maupun teknis , kyaknya sekarang ini, yg lebih > penting adalah iklim invesatsi / pengakaan hukum/kepastian hukum/ kepastian > aturan perundang undangan. > Jadi Krisis energi itu sebetulnya adalah krisis Hukum.kalau di kita ini, > oleh karena itu kalau hukumnya baik/meningkat maka secara otomatis produksi > minyak kita juga akan naik. > Dalam Editorial Republika Kemarin ( Tulisan Pak Syafii Ma,marif , ditulis > kalau Syetan Syetan sudah mengajukan pensiun dini kepada Tuhan, alasanya > kawatir justru dia ( syetan) yang akan tergoda oleh manusia > Indonesia.........., karena penegak hukumnya saja sudah melenceng...... ) > > Ism > > --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) ---------------------------------------------------------------------