Bung Vick,

Tulisan-2 Prof MT Zen sering saya kliping, di-fotocopy dan dibagikan kawan-2
di lokasi pemboran (misalnya Permissivenes...membiarkan kejahatan kecil
menjadi besar). Mereka mengangguk-angguk tanda setuju dan mengakui bahwa ini
adalah sebagian dari potret budaya kita.
Kemarin saya baca tulisan Prof L. Wilardjo, UK Satya Wacana Salatiga
(Resolusi), ditulis...Banjir bandang dan tanah longsor diterima dengan
sabar-tawakal  dan tidak membangkitkan kemarahan kepada pembabat hutan yang
menggunduli punggung bukit.... Malamnya saya dengar berita banjir bandang di
Jember (Jatim) dengan 30 korban jiwa.
Semoga di waktu mendatang kawan-2 IAGI di daerah tidak bosan memberi masukan
kepada Pemda, daerah-2 mana yang rawan longsor maupun banjir (mungkin sekali
ini juga sudah disampaikan).

Ngomong-2 Anda sudah lama di KL; apakah sudah pernah menikmati buku kumpulan
karikatur karya Lat (si Bulat karena badannya bongsor, nama aslinya saya
lupa, karikaturis kenamaan). Menarik lho. Kritiknya sangat tajam, lugas
tetapi tetap lucu. Saya mempunyai beberapa bukunya (oleh-2 kawan logger KL).
Contohnya:
Digambarkan dalam suatu kantor pemerintah yang bersih, lantai mengkilap,
rapi dan teratur, antrian tertip, dan pelayanan cepat. Seseorang (tamu)
sambil membawa dokumen terkagum-kagum dan berujar: Fantastic-2, semuanya
bagus dan pelayanan lancar. Lalu seorang karyawati di dalam loket
menjawab:...Biasa, Menteri Besar mau berkunjung......

Suatu ruangan kantor (pemerintah), semua mejanya masih kosong. Ada seorang
pegawai berdasi berdiri di pojok, memegang kertas sambil berteriak,
bertanya: Me?! Lalu di seberang meja ada seorang ibu (tamu) bersanggul besar
dan tinggi juga berteriak: Yes! You! Gambar ini diberi judul Syndrome Hari
Raya.
Dua hari setelah Lebaran yll banyak kantor (pemerintah) yang masih sepi.
Rasanya mirip yha budaya di Jkt dan KL?

Ada sindiran kepada pengembang (real estate) yang pelit menyediakan
fasilitas umum. Lalu digambar: Di suatu kompleks perumahan namanya Vila La
Sesak..ada anak-2 kecil yang main ayunan di tebing yang agak miring dan
sempit.
Dan masih banyak lagi karikatur yang lucu, terkadang sarkatis.

Selamat menyambut Tahun Baru 2006 semoga kita tetap sehat sejahtera.

Wassalam,
Sugeng




----- Original Message -----
From: "Rovicky Dwi Putrohari" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <iagi-net@iagi.or.id>; "HAGI-Net" <[EMAIL PROTECTED]>;
<[EMAIL PROTECTED]>; "Intelektual Muda Fisika_UI"
<[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Tuesday, January 03, 2006 12:15 PM
Subject: [iagi-net-l] Opini akhir tahun Prof. MT Zen


---------- Forwarded message ----------
Date: Dec 31, 2005 9:52 AM
Subject: [IA-ITB] Opini akhir tahun Prof. MT Zen
To: IA-ITB@yahoogroups.com

Menjadi Bangsa Berdaya

Di Indonesia sangat sukar berbicara tentang hewan-hewan yang dulu
lazim banyak terlihat berkeliaran di sekeliling kita. Ini dikarenakan
wabah flu-setan. Misalnya sapi, kambing, kelinci, domba, dan banteng.
Sebab, sapi sudah berubah menjadi sapi perah; kambing menjadi kambing
hitam; kelinci menjadi kelinci percobaan.

Domba? Adu domba. Kalau banteng? Oh, banteng biasa sudah langka, yang
banyak banteng moncong putih. Indonesia mengalami metamorfosis menjadi
animal farm.

Negara kambing hitam

Hewan paling favorit adalah kambing hitam. Kadang kala sangat
menguntungkan bagi yang berkepentingan. Contohnya kekacauan di animal
farm kita sekarang.

Bayangkan, seandainya di Indonesia ini tidak pernah terjadi tsunami
Aceh, tidak ada busung lapar, demam berdarah, polio, flu burung, dan
harga minyak bumi di pasaran internasional tidak mengamuk naik, matilah
kita karena kambing hitam tidak laku. Sebab, siapa lagi yang mau
disalahkan. Coba!

Kambing hitam paling perkasa kini adalah Amerika Serikat, Eropa, dan
lain-lain. Awal-awal Orde Baru dulu, komunis menjadi kambing hitam
terbesar dan laku dijual. Kini kalau ada bom meletus, mesti Amerika
yang mau mengadu domba.

Negara-negara ASEAN, seperti Vietnam, Laos, Kamboja, dan Filipina
senasib dengan Indonesia. Vietnam itu baru selesai perang. Namun,
perangnya itu bukan dengan Belanda yang mengirimkan KNIL, melainkan
Amerika Serikat yang mengirimkan B-52 dan bom napalm. Vietnam itu
hancur luluh. Kini dia bangkit. Pada SEA Games 2005, Vietnam menduduki
tempat ketiga. Lima tahun yang lalu Vietnam sudah memiliki sarjana
fisika bergelar PhD sebanyak 15.000 orang. Bayangkan, fisikawan saja
15.000 orang, sedangkan sejarahnya diwarnai penuh pergolakan. Sebentar
lagi ia menjadi singa-ekonomi.

Hal lain lagi, harga minyak pernah mencapai 70 dollar AS/barrel.
Vietnam tidak punya minyak sama sekali, tetapi tidak merengek-rengek
seperti bangsa Indonesia dengan menipu bangsa sendiri. Mereka tidak
mencoba menyihir minyak bumi menjadi kambing hitam. Namun, mereka
berpikir, mengerahkan segala daya upaya, mengatur taktik dan strategi
berjangka panjang, serta berpikir jauh ke depan. Tidak mencoba mencari
jalan pintas dengan menunggang kambing hitam.

Apa yang dimiliki negara-negara ASEAN lain yang tidak kita punyai?
Penduduk Malaysia itu sepertiganya Melayu, sepertiga lagi keturunan
India, selebihnya keturunan China. Keturunan India dan keturunan China
lebih besar jumlahnya dari Melayu. Mereka itu rajin, hemat, suka
menabung, dan kerja keras; mereka itu yang membuat Malaysia maju.

Kenapa kita miskin?

Kenapa bangsa-bangsa ASEAN lain maju, sedangkan bangsa Indonesia itu
miskin dan ketinggalan dalam banyak hal?

Hal ini banyak diperdebatkan oleh banyak ahli. Berbicara tentang soal
ini tak habis-habisnya. Singkatnya, beberapa ciri dapat dikemukakan
sebagai prasyarat kemajuan, antara lain: 1. Berpegang pada prinsip-
prinsip etika yang kuat; 2. Berdisiplin tinggi; 3. Bertanggung jawab
(accountable); 4. Menghormati hukum dan peraturan; 5. Menghargai hak
warga lain; 6. Senang bekerja (Kerja itu Mulia); 7. Bekerja keras untuk
dapat menabung dan berinvestasi; 8. Berkemauan untuk bertindak hebat;
9. Menghargai waktu; 10. Betul-betul memanfaatkan sains dan teknologi.
Ini yang disebut sepuluh prasyarat untuk maju, sejahtera. dan kaya.

Sobirin dkk (2005) mengatakan, bangsa Indonesia itu miskin karena
tidak memiliki sikap dan tidak memiliki kemauan untuk melaksanakan
serta mengajarkan prinsip-prinsip fungsional dari masyarakat maju dan
kaya.

Salah satu sikap dan kebiasaan yang sangat perlu dipupuk sejak kecil
adalah kebiasaan menabung. Kita lihat sewaktu krisis moneter menerpa
beberapa negara Asia di tahun 1997, Thailand, Korea Selatan, dan Taiwan
cepat bangkit kem- bali karena mereka punya tabungan yang besar.

Pada saat ini cadangan devisa RRC sudah mencapai 769 miliar dollar AS,
Hongkong 122 miliar; sementara Indonesia cuma 31,2 miliar (The
Economist, 10/12/2005). Negara-negara seperti RRC, India, Korea
Selatan, Jepang, Singapura, Taiwan, dan Hongkong semuanya dicirikan
oleh tabungan yang besar.

Bangsa Indonesia itu boros, sangat boros, tidak suka menabung,
complacent (cepat puas diri dan menjadi lengah), suka menganggap semua
masalah itu enteng dan mudah (taking things easy); hanya puas dengan
formalitas saja (jika ada masalah antara dua kelompok masyarakat,
masalah tersebut diselesaikan dengan acara yang sangat formal dan
superfisial, seperti menandatangani piagam bersama atau doa bersama
tanpa mencoba mengerti dan memecahkan masalah dasarnya).

Semasa Orde Baru muncul sikap arogan dan berkeyakinan bahwa kita
bangsa super: paling beragama dan paling rukun; paling luhur budi
pekertinya, paling ramah, Tanah Air kita paling kaya, paling indah; UUD-
45 itu adalah suatu masterpiece (tanpa menyadari bahwa UUD-45 tidak
lain dari jiplakan konstitusi Belanda tahun 1814).

Langkah ke depan

Sekarang kita terpuruk menjadi salah satu negara paling korup di
dunia; dikenal sebagai negara paling birokratik (in the worse sense),
pegawai pemerintahan hanya tahu memeras/minta uang jasa saja; jiwa dan
semangat melayani masyarakat tidak ada pada birokrasi pemerintahan. Ini
yang perlu dirombak secara total. Dari jiwa pemeras menjadi jiwa
pelayan masyarakat. Pegawai negeri kita, terutama yang di atas,
dikatakan paling arogan dan manja (tas sekecil apa pun, sampai ke
kacamata saja harus dibawakan ajudannya), sementara pemimpin negara-
negara maju lain tidak berbuat seperti itu.

Padahal, kita bukan apa-apa. Ini diakui dulu. Namun, kita harus sadar
bahwa kita mempunyai banyak hal yang dapat membuat kita menjadi bangsa
yang mandiri, berdaya, dan jaya asal saja kita jujur (kenal diri kita).
Kita mempunyai tradisi dan budaya yang dapat dikembangkan. Ketahuilah,
kita mendiami suatu Tanah Air berupa suatu benua maritim yang amat
besar dengan letak yang sangat strategik. Benua maritim Indonesia itu
dicirikan oleh keanekaragaman yang amat besar, yakni bio-geo-ethno-
socio-cultural diversity. Keanekaragaman itu dapat dijadikan modal dan
tempat berpijak awal untuk berkembang.

Jika itu yang dikembangkan, Indonesia akan menjadi suatu pusat
penelitian ilmiah dunia dalam ilmu-ilmu pengetahuan alam. Itu yang
dilakukan oleh orang-orang Belanda, Jerman, Perancis, dan lain-lain.
Mereka meneliti kekhasan kepulauan Indonesia dan menjadi ilmuan
ternama, seperti Vening Meinesz, Umbgrove, Kuenen, Du Bois,
Weidenreich, Von Koeningswald, Eijkman, dan Wallace. Itu jauh lebih
besar nilainya dari sumber daya minyak, gas, dan batubara karena sumber
daya alam itu suatu waktu akan habis.

Pengetahuan yang dikembangkan untuk mengembangkan sumber daya alam itu
tak habis dipakai, bahkan semakin bertambah. Itu perbedaan antara
sumber daya alam dan pengetahuan. Semakin banyak dipakai, pengetahuan
itu kian berkembang, sumber daya yang tak habis-habisnya.

Negara-negara maju berteriak sumber daya alam tidak penting lagi, yang
penting kemampuan teknologi. Sikap kita seharusnya sebagai berikut:
Kita kembangkan teknologi sambil kita kembangkan sumber daya alam dan
lingkungan alam yang ada di sekitar kita secara optimum. Jangan sekali-
kali kita berkata, sumber daya alam tidak penting lagi. Jangan sekali-
kali! Bersyukurlah bahwa kita masih punya sumber daya alam yang sedikit
itu.

Kita harus tahu dengan sebenar-benarnya apa yang kita miliki, apa yang
tidak kita miliki. Itu perlu pengetahuan, perlu sains, dan perlu
teknologi. Kita harus belajar menjadi anggota masyarakat dunia karena
kita hidup di Bumi.

Kita harus insaf. Abad ke-21 ini sarat dan kental dengan sains dan
teknologi. Masyarakat manusia memasuki kultur abad ke-21 di mana muncul
modal dan industri virtual (maya); reduksionisme digantikan oleh
sinergisme yang tinggi; fraktal dan kompleksitas menggantikan pikiran-
pikiran yang linier dan geometrikal. Perubahan itu tidak menunggu kita.

MT Zen Guru Besar ITB
Sabtu, 31 Desember 2005
Copyright (c) 2002 Harian KOMPAS

--
--Writer need 10 steps faster than readeR --

---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------



---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke