Pricewaterhouse Coopers tiap tahun membikin Indonesian Mining Industry Survey, dan ulasannya senanda dengan yang ditulis Pak Laung tsb (cuma scope-nya lebih luas, Indonesia). Di laporan tsb disebut agregat pendapatan dari sektor pertambangan (ekspor), pajak dan pendapatan pemerintah dsb. Sebagai ilustrasi saja, menurut report 2002, jumlah pajak dan pendapatan pemerintah adalah 813 juta USD atau lebih dari 8 triliun rupiah. Sedangkan pengeluaran perusahaan untuk com-dev adalah 319 milyar rupiah (itu tidak termasuk pengeluaran untuk umum spt sumbangan, training, litbang, reklamasi dll)...... detilnya bisa dilihat di report tsb.

Apakah angka-angka diatas ter-representasikan secara "fisik" didaerah sekitar lokasi tambang? Misalnya taraf hidup masyarakat sekitar tambang meningkat, tingkat pendidikan makin baik, tidak ada masalah pencemaran lingkungan dlsb, jawabannya memang harus kasus per kasus. Kawan-kawan yang bekerja di Site Tambang akan bisa menjawabnya dengan baik. Contoh yang diberikan Pak Laung ttg KPC saya rasa sudah menjawab sebagian pertanyaan Pak Zardi.

Salam - Daru

----- Original Message ----- From: "Parlaungan (RTI)" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Sent: Monday, January 09, 2006 8:48 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Bejana pikir explorasi indonesia


Sebagai referensi salah satunya bisa dibaca Laporan Penelitian Lembaga
Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI)
tahun 2002 dengan judul "Analisis Dampak Ekonomi PT. Kaltim Prima Coal
(KPC)". Beberapa poin dapat dicatat a.l.:
1. KPC dan kegiatan pertambangan batubara lainnya memberikan kontribusi
lebih dari 74% dari PDRB (Pendapatan Domestik Bruto) Kabupaten Kutai
Timur.
2. Multiplier output total akibat pertambangan batubara KPC sebesar
1,878. Artinya setiap milyar nilai ekspor batubara yang diproduksi KPC
menciptakan output perekonomian di semua sector ekonomi di Kaltim
senilai 1,878 milyar rupiah.
3. Penyerapan tenaga kerja langsung yang sekitar 6000 orang, menimbulkan
penyerapan tenaga kerja tidak langsung akibat kegiatan KPC sekitar
71.000 orang.
4. Royalti (bagian Pemerintah) adalah 13,5% dari produksi batubara.
Dan masih banyak poin penting lainnya.

Disamping royalty perusahaan juga harus membayar pajak-pajak sesuai
peraturan, diantaranya Pajak (Pph) badan perusahaan adalah progresif
(s/d 35% sampai dengan tahun ke 10 operasi produksi), dan mulai tahun ke
11 tariff pajaknya adalah flat 45% dari penghasilan (ini adalah tariff
pajak tertinggi di Indonesia).

Disamping masalah ekonomi di dalam laporan itu juga diuraikan mengenai
"dampak social dan lingkungan".

Salam,
Laung

-----Original Message-----
From: ismail [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Sunday, January 08, 2006 10:54 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Bejana pikir explorasi indonesia

Subject: RE: [iagi-net-l] Bejana pikir explorasi indonesia


Mas Ndaru dan rekans,
 Saya mau nanya: apakah sudah ada studi mendalam dan jujur, bahwa
dengan
adanya investasi (baca: penambangan) endapan mineral/batubara di
Indonesia
terutama oleh asing, menguntungkan bangsa kita, di pandang dari sisi
ekonomi (pajak, royalti, etc), sisi lingkungan, dan sisi community
development-nya
====================================
Pertanyaan yang sama juga bisa ditujukan untuk Industri Migas.( karena
sama
sama mengelola SDA )

Kalau kita baca koran beberapa hari ini, kan ramai ttg adanya statmen
tentang adanya penylewengan besar besaran di kontrak kontrak
pertambangan .
Bahkan adanya usulan untuk memasukan kata kata " Meninjau kembali
kontrak
kontrak pertambangan yg ada sebelum di berlakukan UU Pertambangan (
mineral/batubara)" dalam RUU yg baru nanti. Bisa bisa industri
pertambangan
semakin terpuruk. Belum lagi nanti kalau melebar ke industri yang lain (

Migas) juga di "utak-atik", apalagi yang mempermasalahkan / tdk setuju
dg UU
Migas juga tidak sedikit.Begitu ada yang melontarkan di Senayan , bisa
bisa
langsung di Pansuskan. apalagi ini "jaman reformasi." (Karena UU
merupakan
payung hukum/acuan aturan dibawahnya ( PP.Keppres,Kepmen,Perda)
Mau kemana :industri geologi" kedepan ? ( Mungkin perlu juga ada "partai

Geologi" atau "Fraksi Geologi" barangkali  )

Ism

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Subject: RE: [iagi-net-l] Bejana pikir explorasi indonesia


Mas Ndaru dan rekans,
 Saya mau nanya: apakah sudah ada studi mendalam dan jujur, bahwa
dengan
adanya investasi (baca: penambangan) endapan mineral/batubara di
Indonesia
terutama oleh asing, menguntungkan bangsa kita, di pandang dari sisi
ekonomi (pajak, royalti, etc), sisi lingkungan, dan sisi community
development-nya. Untuk yang terakhir ini, apakah program community
development-nya seimbang atau lebih bermanfaat bagi rakyat sekitar
tambang, ketimbang beban kerusakan lingkungan dan "kerusakan" budaya
yang
mau tidak mau mereka harus terima. Terima kasih pencerahannya.

 Salam, Arif




---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke