Karena DNA on Fossil ini masih "re-search" maka sudah pasti akan sulit
menjawab pertanyaan "aplikasi". Apalagi dengan "killing question" ...
" Emang apa DNA terus dapat nunjukin minyaknya disebelah mana ?". Aku
yakin pengusulan pemanfaatan "DNA sequencing" ini akan langsung amblas
dengan pertanyaan aplikasi.

Seperti yg sudah saya tulis sebelumnya paling tidak ada dua point
dalam identifikasi tambahan ini.

1. Higher resolution detection.
Keuntungan ini dapat saja akan menjadi relatip ketika
pertanyaan/persoalannya sudah dapat terjawab, maka jelas tidak
berguna. Selain itu bisa menjadi "a verification tool", seperti imil
tambahan Trina bahwa ada potensial kesalahan identifikasi Fosil A dan
B yg mirip secara "morfologi" (yg menjadi dasar identifikasi fosil)
oleh paleontologi selama ini.
Ini semacam pisau cutter yg tajem, kalau dipakai utk memotong durian
jelas ndak mampu bahkan cepet tumpul (menjadikan seolah pisau ini ngga
berguna), tapi kalau saja dipakai utk memotong kertas sangat mungkin
akan berguna.

2. New forensic science tool.
Jelas sebagai alat tambahan, DNA sequencing ini akan mungkin
memberikan informasi baru. Misalnya menguak tentang bagaimana species
tersebut punah. Contoh: DNA analysis yg dipakai dalam beberapa mummy,
menemukan petunjuk  penyebab kematiannya. Beberapa abstract paper yg
tertulis dalam url link yg kemarin aku tulis itu ada yg menunjukkan
hal ini.

Nah barangkali (wah ini sih mimpi :) kita akan tahu apakah kepunahan
akibat penurunan sea level atau akibat jatuhan meteor.

Uniquenya DNA itu begini.
Setiap species memiliki sequence DNA yg khas dan spesifik, bahkan
masing2 sequence ini diketahui memiliki atau menunjukkan karakter
tertentu. Secara teoritis (dan juga di lab) kita dapat memotong dan
menyambung sequence DNA ini seolah-olah .. skali lagi "seolah-olah"
kita akan mampu "membuat" species baru. Jadi kita bisa saja
mencoba-coba memotong dan menyambung sequence2 DNA ini.

NAMUN, tidak semua sequence DNA yg di "create" (main-main) ini
menghasilkan species. Bahkan lebih banyak yg hanya menghasilkan
sampah, atau tidak menjadi "binatang" apapun !
Setahu saya ... Tidak atau belum pernah ada yang menghasilkan monster
! Seperti yang ada di filem-filem itu ... ntah kalau nantinya terjadi
beneran :(
Disini etika microbiologist dan bioengineering sering digugat.

Nah brangkali, ini kira-kira gathuk-gathuk juga dengan kejadian
alamiah vs laboratories. Mutasi genetik yg terjadi secara alamiah ini
sebagian besar akan menjadikan species tsb punah, atau mengarah ke
kepunahan karena mutasi genetik sering tidak menjadikan species yg
lebih tahan beradaptasi dengan perubahan. Nah kalau kita tahu dimana
letak bagian "sequence DNA" yg menunjukkan kepunahan dari sebuah
species sangat mungkin kita akan tahu kenapa punahnya.

Yg dimaksud "primer" oleh Trina didalam tulisannya itu adalah reagent
yg dipakai utk "memotong" dimana sequence DNA yg akan dideteksi.
Pendeteksian Sequence DNA tentunya tidak pada seluruh sequence DNA yg
mungkin akan suangat panjang. Hanya sequence terterntu saja yg akan
dideteksi. (Trina, correct me if I am wrong).

Salam, besok terusin lagi.

RDP

On 2/9/06, [EMAIL PROTECTED]
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Mas
>
> Saya rasa kok bukan masalah biaya saja yang jadi dasar..
>
> Mungkin yang harus diperjelas bagaimana penggunaan DNA ini dalam explorasi
> HC..mis : biostratigraphi...
> apakah dapat memberikan identifikasi umur yang lebih tepat...? dibandingkan
> dengan mungkin metoda yang ada sekarang mis: pollen,foram, nano etc...
> Dan apakah hasil tersebut sebanding dengan biaya yang akan dikeluarkan...?
>
>
> Regards
>
> Kartiko-Samodro
> Telp : 3852
>
>

---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke