Abah, 
  untuk menghibur Abah dan cucu-cucunya, eyang berikan satu cerita:
  Alkisah Adipati Pertarajasa dari kerajaan Nusatakkentara sedang berperang 
dengan Adipati Ekisoin dari kerajaan Sokousa, mereka memperebutkan Dewi 
Patraingriki. Raja Nusatakkentara amat berkepentingan dengan raja Sokousa dalam 
membeli peralatan kereta kencana dan tombak serta peralatan perang lainnya. 
Sementara adipati Pertarajasa sangat setia kepada raja Nusatakkentara. Sang 
raja memanggil adipati Pertarajasa beserta Panglima Sisikmelik (sejenis intel). 
Sang raja menugaskan kepada adipati untuk meningkatkan peperangan sedang 
Panglima Sisikmelik ditugaskan untuk menggerakkan kawulo agar menyokong sang 
adipati.
  Raja Nusatakkentara bersemadi berhubungan batin dengan raja kerajaan Sokousa, 
inilah komunikasi kebatinan mereka:
  N- Prabu Sokousa apa kabar
  S- Kabar baik. Ada keperluan apakah Prabu Nusatakkentara
  N- Adipatimu bikin geger negeriku karena akan merebut Dewi Patraingriki
  S- Hemmm kalau begitu harap sang prabu membantu
  N- Wuaahhh susssahhh prabu, para kawula membela adipati Pertarajasa
  S- lhooo apa prabu kurang siasat untuk membantu
  N- Kalau aku membantu adipati-mu saya jadi tidak populer dan dalam pemilihan 
raja yang akan datang saya bisa kalah
  S- Haahaaahaa itu gampang. Sang Prabu bantu memenangkan Adipati Ekisoin 
dahulu soal memenangkan pemilihan nanti saya bantu penuh dan jaminan pasti 
menang.
  N- apakah termasuk bantuan kereta perang, tombak, keris serta ehhhmmm sang 
prabu tahu sendiri kahhnnn
  S- Ooo iya, pasti pasti
  N- Bila demikian, saya percaya kata-kata sang prabu, kita akan saling 
membantu, saya pamit dulu, semoga rencana kita berhasil
   
  Demikian kisah selanjutnya silahkan menebak.
   
  Salam buat Andang Bachtiar & YRS
   Eyang Baspus
  

[EMAIL PROTECTED] wrote:
  >h
Vick

Kalau aku bisa nangis darah sebagai WNI danm kebetulan sebagai geologist
berkewarganegaraan Indonesia , maka saat inilah aku akan nagis darah.
Tapi apa cukup nangis darah ?

Tentunya kita tidak bisa mengubah apapun yang kelak akan ditetapkan
oleh Pemerintah ( ??????????? apa iya Pemerintah masih bisa yaaa ???).

Kita semua harus memakai "cepu tragedi" (kalau lah ini mau dikatakan
demikian), sebagai pelajaran paling mahal bagi Bangsa Indonesia , agar
hal ini tidak terjadi lagi.

Bagaimana ???? Saya serahkan kepada Anda - Anda untuk menentukan nasib
Bangsa Indonesia agar kita tidak dicaci maki oleh anak cucu kita .

Semoga.

Si-Abah.


_________________________________________________________________________


"Mungkin yang ditulis Mas Syaiful Jazan ada benarnya. Pada akhirnya
> mungkin putusan politis yg dipergunakan dalam memutuskan operatorship
> Cepu Block."
>
> On 2/27/06, Syaiful Jazan wrote:
>>
>> Sudah kelihatan dengan jelas bahwa block Cepu sarat dengan nuansa
>> Politisnya,jadi apapun kehendak kita semua tidak akan terlaksana,dan
>> sebaiknya ikuti aja dan biarkan masyarakat setempat yang akan menentukan
>> nantinya,yang penting agar hydrocarbon segera bisa dimanfaatkan.
>>
>> sjn
>
> Mulailah dari evaluasi secara ilmiah-akademis yang benar !
>
> Technical Background
>
> Sejak awal saya selalu berusaha mencari dan berusaha memberikan
> informasi yang berdasarkan atas penelaahan secara ilmiah-akademis.
> Salah satunya krono-logis, melihat urut-urutan terjadinya benang kusut
> dalam kerangka waktu. Juga pendekatan saintifik akademis harus lebih
> didahulukan dalam setiap evaluasi. Banyak istilah-istilah yg
> merancukan dalam keputusan lanjut yg menjadikan keputusan tidak tepat.
> Awalnya saya sangat keberatan ketika banyak menyebutkan BanyuUrip
> sebagai Giant Field. Tentunya ada kaidah-kaidah tertentu dalam
> menyebutkan Giant Field. Pertama perhitungan dengan kaidah ilmiah dan
> akademis yg benar. Apakah benar "dia" sebesar angka itu. Kedua apakah
> angka itu masuk dalam kategori Giant Field ?
> Istilah giant field hanya utk satu individu lapangan, bukan kolektif
> dalam satu block. Jadi tidak ada istilah Giant Block. Lapangan Banyu
> Urip-pun sudah membusang (mirip kasus busang dengan exagerasi
> reserves).
>
> Konsekuensi logis dari pemberian istilah ini saja sudah akan
> memberikan dampak yg cukup berat ketika kelanjutan proses ini berjalan
> alot dengan munculnya kalimat "Mampukah Indonesia mengelola GIANT
> field". Beberapa komentar bernuansa politis serta merta bermunculan.
> Apakah Pertamina mampu, apakah orang Indonesia mampu. Nuansa inipun
> sudah mulai sarat dengan muatan politis dan kepentingan.
>
> Hanya dengan istilah ini saja sudah akan sangat memojokkan Pertamina
> bahkan secara khusus keahlian bangsa Indonesia. Disisi lain ada
> beberapa yg menganggap bahwa teknologi untuk mengelola giant field
> adalah teknologi canggih. Tentunya anggapan ini sudah menjadi
> kelirumologi. Teknologi yg dipergunakan untuk memproduksi lapangan
> giantpun bukan secanggih teknologi NASA bukan ? Teknologi mengelola
> lapangan besar sudah dibuktikan mampu dikerjakan oleh perusahaan
> nasional. Medco berhasil mengembangkan lapangan dengan kondisi mirip
> (carbonates reservoir di Selatan Sumatra). Istilah giantpun
> terpelintir untuk mempengaruhi keputusan.
>
> Hukum
> Proses lain yg berjalan paralel dengan evaluasi teknis adalah
> perjalanan kasus hukum yg dimulai sejak awal daerah ini dioperasikan
> oleh Humpuss, sebagai TAC contract area. Namun situsasi politik dalam
> negeri yg berubah serta awal dari sebuah kesalahan dalam "awarding"
> the block yg semakin runyam. Dahulu, sekitar tahun 90an ketika aku
> masih bekerja di LASMO New Venture, pernah terbesit issue bahwa
> daerah-daerah prosepct di daratan Pulau Jawa hanya akan dioperasikan
> oleh perusahaan nasional. Namun keputusan2 kemaren menjadikan impian
> yg masih issue tersebut buyar. Pada prinsipnya PSC (Production Sharing
> Contract) ini mirip BOT (Build Operate and Transfer). Artinya pada
> akhir kontrak daerah tersebut dikembalikan dahulu ke negara. Proses
> perpanjangan yg aslinya dalam setiap kotrak "optional"-pun sudah
> terpelintir menjadi sebuah "keharusan" demi menjaga masuknya investor
> asing. Sesuatu yg seharusnya sebuah pemberian approval perpanjangan
> diplintir menjadi "dispute". Bener-bener pemelintiran kontrak yg
> akhirnya membuyat.
>
> Ekonomi
> Pada saat berlangsungnya "negosiasi" (maaf dalam tanda kutip karena
> bisa saja yg terjadi adalah pemaksaan :), kondisi perekonomian di
> Indonesia sedang carutmarut juga kondisi kondisi politis ygtegang
> menjelang pemilihan presiden langsung. Busung lapar-pun pernah diusung
> sebagai issue untuk sesegera mungkin mendapatkan income dengan
> mengocorkan minyak dari lapangan-lapangan ini. Harga minyak yg
> melambungpun menjadikan keinginan ini semakin berubah menjadi "nafsu"
> untuk sesegera mungkin mengucurkan minyak. Namun pada saat ini dan
> hari ini semua sudah melupakan si korban "busung lapar" yg namanya
> pernah dicatut dalam "negosiasi".
>
> Keekonomian ini tentunya bisa saja sebagai dasar dalam memutuskan.
> Tentunya setelah memiliki angka cadangan yg diperoleh dari kaidah
> ilmiah dan akademis diatas. Bila angka-angka cadangan dan keekonomian
> sudah siap, mungkin lebih mudah memutuskan siapa diantara kemungkinan2
> perusahaan-perusahan EP yg paling banyak memberikan manfaat ekonomi
> pada negara, pada bangsa Indonesia. Tentunya hanya dengan adu POD-lah
> (POD=Plan Of Developement) yang paling tepat. Belum tentu Pertamina
> memberikan yg terbaik buat negara dan bangsa, belum tentu ExxonMobil,
> bisa jadi third option company (bukan diantara keduanya). Namun
> keputusan cara inipun juga tidak pernah terjadi.
>
> Politis.
> Karena beberapa langkah awal sudah terpelintir (twisted), maka
> memutuskan dengan kaidah bisnis sudah menjadi begitu sulit. Aspek
> bisnispun sudah tercoreng, bahkan aspek hukum yg harus dijunjung
> terkena cipratan noda, dimana TAC berubah menjadi PSC menjadi preseden
> buruk di dunia perminyakan. Masing-masing yg bertikai menggunakan
> segala cara untuk memperoleh bagian. Keputusan inipun akan melukai
> semua pemain-pemain industri migas di Indonesia. Mulai dari aspek
> ilmiah-akademis, aspek hukum, aspek ekonomi semua runyam karena
> politis.
>
> Nah apa yg bisa kita pelajari dari kasus ini ?
> Saya selalu mengajak untuk memulai dari menelaah sesuai kaidah "ilmiah
> akademis" dalam memulai setiap assesment. Sebagai seorang yg selalu
> kekeuh dengan memulai evaluasi sesuai kaidah ilmiah akademis dan juga
> praktisi di bidang migas, terus terang saya malu. Ya malu .... mengapa
> keputusan yg seharusnya diawali dengan landasan pemikiran
> ilmiah-akademis dan evaluasi keekonomian yg benar "terpaksa" harus
> diputuskan secara politis.
>
> I lost my power !
>
>
> Salam
>
> RDP
> "power = ability to make descision"
>
> ---------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
> (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
> Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
> Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
> Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
> Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau
> [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
> Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
> ---------------------------------------------------------------------
>
>





---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------



Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

Kirim email ke