>
   Awang ysh

   Kalau gas Kepodang dan gas Terangserasun dibuat gaschromatograf-nya
   kemudian disebandingkan , apa persamaan dan perbedaannya ya ?

   Si - Abah.

_________________________________________________________________________



   Lambok,
>
>   Beberapa penelitian di Indonesia (yang bagus untuk jadi model adalah
> South Sumatra Basin) memang menunjukkan bahwa oleanane lebih melimpah di
> sedimen2 yang dipengaruhi marin di banding yang full non-marin. Mengapa,
> padahal oleanane adalah asal higher land plants yang angiospermae
> khususnya di delta top environment, kok malah banyak ke lingkungan marin
> ? Penyebabnya adalah bahwa kelimpahannya sangat sensitif terhadap
> kondisi2 paleo-oseanografi selama early diagenesis, terutama sangat
> dipengaruhi oleh degree of marine influence. Lingkungan oksidaksi dan
> reduksi juga akan mempengaruhi pengawetannya (kita tahu bahwa lingkungan
> daratan lebih teroksidasi, pengawetannya lebih buruk). Coba cek : Murray
> et al. (1997) : Oleananes in oils and sediments : evidence of marine
> influence during early diagenesis ? - Geochim Cosmochim Acta. Dengan
> demikian, menggunakan sequence stratigraphy-sea level fluctuations, kita
> bisa memprediksi apakah delta top itu akan kaya oleanane atau tidak;
> subm
>  erged
>  delta top akan lebih kaya oleanane dibandingkan yang tidak pernah
> tenggelam.
>
>   Hanya, hati2 menggunakan oleanane, ada jenis oleanane yang justru
> kebalikannya, yaitu kaya ke arah daratan, yaitu A-ring contracted
> oleananes (oleanoid triterpanes), yang dihasilkan sebagai produk
> diagenesis plant matter di bawah kondisi peat swamp. Biomarker ini
> semakin berkurang semakin tingginya marine influence. Analisis geokimia
> yang baik akan bisa menunjukkan kedua jenis olenane itu.
>
>   Age-diagnostic biomarkers memang ada beberapa, di samping rasio
> mortane/hopane dan oleanane/hopane. Precursor-nya mesti juga sensitif
> terhadap umur, misalnya angiospermae untuk asal oleanane, kan jenis
> tumbuhan ini muncul post-Late Cretaceous. Maka, kalau memeriksa minyak
> Oseil di Seram yang asal Jurassic marine shales/carbonates, tak akan ada
> oleanane ditemukan walaupun ia di lingkungan marin (yang bisa kaya akan
> oleanane seperti diskusi di atas).
>
>   Rasio 24-nordiacholestane yang lebih besar dari 0.25 adalah diagnosa oil
> yang digenerasikan dari source Cretaceous atau Tersier (Holba et al.,
> 1998 : Application of 24-cholestanes for constraining source age
> petroleum, Organic Geochemistry, v. 29, p. 1269-1283). Chung et al.
> (1992) pun pernah menggunakan isotop C13 untuk menaksir umur source oil.
> Source berumur Oligo-Miocene katanya mengalami pengayaan di 13 C sampel
> minyaknya baik untuk fraksi saturat maupun aromat (Chung et al., 1992,
> carbon isotope composition of marine crude oils, AAPG Bull v. 76, p.
> 1000-1007).
>
>   Jadi, kalau menemukan minyak yang punya high ratios of oleanane, high
> 24-nordiacholestane, dan 13C-rich isotope ratios; yakinkanlah bahwa itu
> berasal dari source Tersier (bukan Mesozoik), di bagian mana
> Tersier-nya, nah ini akan lebih sulit, tetapi tak mustahil dilakukan.
> Beberapa biomarker sangat spesifik muncul di satu kala Tersier saja,
> misalnya bisnorlupane - ia hanya kaya di Eocene source rocks. Cross-plot
> antara oleanane ratio, bicadinane ratio dan lupanoid ratio akan
> menunjukkan itu (Joseph Curiale, 2005 -unpublished).
>
>   salam,
>   awang
>
> lambok parulian <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>   Ikutan nimbrung. Pa Awang selain penggunaan oleanana
> untuk penentuan umur relatif saya juga pernah
> menggunakan rasio moretana/hopana bisa di cek dgn m/z
> 191. Grantham (1986), menyatakan bahwa minyak dari
> batuan induk tersier menunjukkan rasiomor/hop (0,1-0,3
> dgn nilai umum 0,15-0,20) daripada batuan yang lebih
> tua (umumnya 0,1 atau kurang). Untuk GC, biasanya
> analisis awal Seb C20 dominasi alga (marin) dan
> setelah C20 dominasi terrestrial. Kalau terjadi 2
> peak, biasanya khas untuk endapan fluvio-deltaik.
> Untuk cluster analysis tentunya prioritas parameter
> jadi kunci untuk pengelompokkan dan tidak dipengaruhi
> kematangan. Untuk oleanana kan lebih dominan di daerah
> darat, tapi sy dapat melimpah ke arah marin. Kira2
> selain dari mekanika transportnya faktor apa lagi yang
> mempengaruhinya.
>
> salam,
> lambok
>
> --- Awang Satyana wrote:
>
>> Pak Andang,
>>
>> Preferensi nomor atom ganjil terhadap nomor atom
>> genap cukup dapat dilihat di GC scan untuk
>> lingkungan manapun, dan jelas fingerprint
>> merefleksikan sesuatu tentang deret ini, kalau tidak
>> tak mungkin ada formulasi preferensi ini.
>>
>> Minyak Kangean, seperti posting2 saya sebelumnya,
>> memang menunjukkan anomali, tetapi sekali lagi bukan
>> anomali marin seperti yang Anda sebutkan, tetapi
>> anomali sangat khas dominasi terestrial. Marine oil
>> dari type II kerogen di Indonesia akan punya average
>> pr/ph 1.22, pris/nC17 0.85, dan C31/C19 (wax ratio)
>> 0.25. Dan nilai2 kisaran ini tak muncul untuk minyak
>> Kangean. Intensitas atom2 nomor tinggi di minyak
>> Kangean malah menggelembung (C24-C30), suatu hal
>> yang tidak akan terjadi untuk minyak2 marin. Saya
>> berpendapat bahwa minyak Kangean sangat terestrial.
>>
>> Tentang oleanane, saya menggunakan referensi dari
>> Peters et al. (1999) - Geochemistry of crude oils
>> from Eastern Indonesia - AAPG Bull v 83 n 12, p.
>> 1927-1942, December 1999. Dan, cut off
>> olenane/hopane 0.20 berasal dari publikasi ini. Saya
>> pikir, ini cut off yang logis sebab di Indonesia
>> Timur, seperti kita tahu, kita bisa meng-exercise
>> dengan baik minyak Mesozoic vs Tersier berdasarkan
>> kandungan olenanane karena keduanya terjadi. Di
>> Salawati Basin, yang pernah dulu dianggap minyaknya
>> berasal dari sumber pra-Tersier (Phoa and Samuel,
>> 1984, IPA), saya dengan yakin bahwa minyaknya semua
>> berasal dari Klasafet/Kais yang berumur Miosen (itu
>> berdasarkan pemelajaran oil geochemistry yang saya
>> lakukan di Salawati Basin 1997-2000), lihat di
>> publikasi Satyana et al. (2000)-IPA.
>>
>> Saya suka kalau di SE Sundaland ini ada play
>> Mesozoic, hanya saya belum mendapatkan buktinya yang
>> kuat.
>>
>> salam,
>> awang
>>
>> Andang Bachtiar wrote:
>> Pak Awang, kalau anda lihat kembali gambar
>> finger-print berbagai jenis
>> minyak East-Java di paper anda yang anda bandingkan
>> dg typical
>> fluvio-deltaic chromatogram (Robinson, 1987), maka
>> akan anda lihat anomali
>> (bukan dominasi kesamaan) di finger-print minyak
>> dari Kangean (Phillip,
>> 1991). Selain itu, finger print tersebut juga tidak
>> merefleksikan apapun
>> tentang preferensi odd carbon number chains (kecuali
>> kalau mata kita sangat
>> awas menelisik frekuensi garis-garis chromatogram
>> yang diassign berdasarkan
>> rentention time-nya untuk mendapatkan kalibrasi
>> nomor karbon tsb). Point
>> saya: mungkin saja C24-C30 peak yang saya lihat pada
>> minyak Kangean yg anda
>> tampilkan dari Phillips, 1991 tersebut berkaitan
>> dengan dominasi long-chain
>> lengths yg berikutnya juga terkait dengan waxiness,
>> tetapi yang pasti,
>> minyak Kangean tersebut secara kasat mata
>> finger-print-nya menampakkan peak
>> yang sangat berbeda dengan minyak fluvio-deltaik
>> lainnya yang anda tampilkan
>> dalam gambar tsb.
>>
>> Menurut saya, justru kunci menuju ke discovery
>> konsep-konsep baru di daerah
>> frontier seperti segitiga Jawa Timur - Kalimantan -
>> Sulawesi ataupun di
>> ujung timur Cekungan Jawa Timur tersebut adalah
>> mencoba mencari "anomali"
>> dari "sistematika yang mendominasi". Anomali finger
>> - print minyak Kangean
>> (Phillips, 1991), anomali delta C13 saturate vs
>> delta C13 aromatics, anomali
>> pr/C17 vs ph/c18, dan anomali maturity "basement"
>> yang hanya 1-1,2%Ro di
>> daerah tinggian Sepanjang tentunya dapat dijadikan
>> starting point untuk
>> meneliti konsep2 play lebih luas / dalam di daerah
>> tsb.
>>
>> Permasalahan oleanane vs hopane yang "typical"
>> Tersier (>0.20) mungkin
>> sudah saatnya untuk agak diketatkan sedikit
>> pemakaiannya di Indonesia bagian
>> Timur, dimana kemungkinan kita juga bisa mendapatkan
>> angka rasio yang
>> mendekati atau lebih kecil dari 0.20 untuk minyak2
>> yang dihasilkan dari
>> endapan2 Mesozoic - Cretaceous (toch pada saat itu
>> angiosperm juga sudah
>> mulai ada).
>>
>> Pemodelan yang pernah saya lakukan untuk endapan2
>> Jurasic - Cretaceous di
>> beberapa mini Mesozoicum basins di ujung timur
>> Cekungan Jawa Timur tersebut
>> menunjukkan bahwa pada umumnya minyak Mesozoicum
>> paling potential untuk
>> mengisi reservoir-reservoir Eocene-Early Oligocene
>> karena sejarah
>> kematangannya yang sudah sangat lanjut. Tetapi
>> khusus di daerah Tinggian
>> Sepanjang ada indikasi bahwa minyak-minyak
>> Mesozoicum tersebut dapat juga
>> mengisi reservoir sampai ke level Kujung.
>>
>> Salam
>>
>> Andang Bachtiar
>> Exploration Think Tank Indonesia
>>
>> ----- Original Message -----
>> From: "Awang Satyana"
>> To: ;
>> Sent: Wednesday, February 22, 2006 12:22 PM
>> Subject: Re: [iagi-net-l] reservoir clastics di NE
>> Java Basin
>>
>>
>> > Pak Andang,
>> >
>> > Justru peak di C24-C30 itu menunjukkan
>> terrestrially sourced oil,
>> > menunjukkan dominasi long chain lengths (wax) dan
>> preferensi odd carbon
>> > number chains. Dan X plot yang saya lakukan untuk
>> parameter2 lain
>> > menunjukkan tak ada dominasi marin di wilayah East
>> Java, termasuk Kangean.
>> >
>> > Oil grouping yang saya lakukan memang tidak
>> menggunakan PCA dan itu saya
>> > sebut di paper sebagai further studies yang
>> dibutuhkan (hierarchical
>> > cluster analysis - dendogram, lihat section
>> interpretation methods).
>> > Tetapi, analisis dendrogram pun tetap harus
>> dirasionaliasasi dengan
>> > setting geologi.
>> >
>> > Kalau ada Mesozoic source di sini, kenapa semua
>> minyak asal Kangean
>> > memunculkan olenanane di triterpane m/z 191 dan
>> bikin rasio dengan hopane
>> > yang khas Tersier ( > 0.20) ? Tak ada oil di
>> Kangean yang mirip Aliambata
>> > seeps di Timor atau Oseil oil yang memang asalnya
>> dari Jurassic marine
>> > source. Lagi pula, kalau mikrokontinen Kangean
>> diasumsikan dari utara
>> > Gondwana, ia akan mengikuti prosedur rifting yang
>> berjalan di sini, yang
>> > bisa diwakili oleh Jurassic Plover yang
>> fluvio-deltaik bukan marin.
>> > Prosedur peri-rift graben pasti terestrial dan
>> bukan marin.
>> >
>> > Dan, umumnya sumur2 di East Java berakhir di
>> basement yang metamorphic
>> > atau metasedimen. Ada pre-Ngimbang di Pagerungan,
>> tetapi betul seperti
>> > yang dibilang Pak Bambang, dominan meta-sedimen.
>> >
>> > salam,
>> > awang
>> >
>> > Andang Bachtiar wrote:
>> > Pak Awang,
>> >
>> > Saya melihat konsistensi "marine" classification
>> dari minyak-minyak di
>> > offshore bagian timur Cekungan Jawa Timur ini pada
>> x-plot pristane/n-C17
>> > vs
>> > phytane/n-C18, x-plot delta C13 aromatics vs delta
>> C13 saturates , dan
>> > juga
>> > dari finger-print C5+ chromatogram yang
>> menunjukkan peak di sekitar
>> > C24-C30
>> > yang lebih besar dari peak di sekitar C17-an.
>> >
>> > Karena terlalu banyaknya parameter yang bisa
>> diplot, di-cross-plot, dan
>> > diklassifikasikan, dalam dunia petroleum
>> geochemistry kita seringkali
>> > menggunakan Principal Component Analyses atau yang
>> sederhana: STAR DIAGRAM
>> > untuk membuat klassifikasi yang lebih "sound" dan
>> bisa mengcover semua
>> > komponen/parameter determinan. Dalam hal ini
>> memang
> === message truncated ===
>
>
> __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
> http://mail.yahoo.com
>
> ---------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
> (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
> Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
> Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
> Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
> Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau
> [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
> Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
> ---------------------------------------------------------------------
>
>
>
>
> ---------------------------------
> Brings words and photos together (easily) with
>  PhotoMail  - it's free and works with Yahoo! Mail.



---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke