Pak Koesoema

Mungkin bisa diterangkan sedikit selain karena adanya krismon yang melanda
Indonesia tahun 1998,
apa ada faktor lain yang menyebabkan bendungan jatigede tidak jadi dibangun
sampai sekarang...
saya kira  jatigede itu termasuk megaproyek dan sebagian datanya sempat
hangus dimakan api, sehingga harus dimulai lagi dari awal...(duit lagi)


Regards

Kartiko-Samodro
Telp : 3852



|---------+---------------------------->
|         |           "R.P.            |
|         |           Koesoemadinata"  |
|         |           <[EMAIL PROTECTED]|
|         |           et.id>           |
|         |                            |
|         |           25/04/2006 07:24 |
|         |           PM               |
|         |           Please respond to|
|         |           iagi-net         |
|         |                            |
|---------+---------------------------->
  
>---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------|
  |                                                                             
                                        |
  |       To:       <iagi-net@iagi.or.id>                                       
                                        |
  |       cc:                                                                   
                                        |
  |       Subject:  Re: [iagi-net-l] ETHO-GEOLOGICAL FORECASTING                
                                        |
  
>---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------|




Sdr. Vita, itulah stand-point yang seharusnya dianut kita semua. Tetapi
kenyataannya demikian pandangan para ilmuwan sebelum pertengahan abad ke-20

(bukan pendapat saya) dan
sesudahnya.
Memang disatu pihak kita tidak ingin merusak lingkungan, tetapi dilain
pihak
kita ingin memamfaatkan alam kita demi "modernisasi". Itulah yang menjadi
dillema, sampai dimana kita bisa memanfaatkan alam tanpa merusaknya, jadi
harus berimbang. Tetapi dewasa ini banyak juga yang menganut apapun yang
dilakukan manusia terhadap alam itu tidak boleh, sehingga muncul kasus2
pencemaran dan perusakan lingkungan yang disebabkan pertambangan, walaupun
sudah dilakukan usaha2. Jadi menentukan mana yang boleh mana yang tidak
boleh itu yang jadi masalah.Sebagai contoh: orang memanfaatkan batuan
andesit/ soshonite di bukit2 di daerah Purwakarta sebagai bahan bangunan,
sedangkan bukit2 itu sebetulnya sangat indah yang merupakan contoh dari
volcanic necks. Lama-lama tentu bukit2 ini akan habis dan mungkin akan
meninggalkan lubang. Bagaimana kita bisa mencegahnya? Kalau dilarang kemana

orang harus mencari batu, tentu bukit2 yang lainpun seperti di selatan
Cimahi akan mengalami masalah yang sama. Bukit-bukit kapur di daerah
Rajamandala pun sekarang ditambang sebagai 'marmer', dan lama-lama akan
habis juga. Mungkin kita hanya dapat menyisihkan beberapa bukit sebagai
monumen alam? Bahkan sebetulnya ada larangan mengexport fossil sebagai
benda
purbakala. Sebetulnya dengan mengexport marmer Citatah itu kita mengexport
fossil2 koral, ganggang, foraminifera dsb, yang justru memberikan keindahan

pada marmer Citatah yang disenangi para pembeli. Nah sampai di mana batasan

larangan untuk mengexport fossil. Juga landskap kita akan berubah, melihat
kebutuhan semen, maka banyak lagi bukit-bukit  gamping dengan karst-nya
akan
rata. Kita lihat nasibnya G. Kromong, bukit di Gresik, bahkan bukit2
batukapur di Cibinong. Itulah dillema yang kita hadapi. Bagaimana kita
memanfaatkan alam tanpa merusaknya, tanpa meninggalkan lubang besar seperti

di Ertzberg dan Grassberg, kapan kita bisa membuat bendungan di Jatigede
tanpa merusak lingkungan, atau melakukan sodetan K. Citanduy tanpa merubah
ecosystem.

Bencana alam adalah juga gejala alam, seperti longsor, banjir, itu suatu
gejala alam yang dikenal sejak Pra-Kambrium, makanya ada istilah
flood-plain
dan debris flow deposit dalam stratigrafi. Sebelum manusia ada, itu bukan
bencana, tetapi sesudah manusia ada
itu adalah bencana, karena merugikan manusia. Juga sama halnya dengan
erupsi
gunung api, gempa bumi, tsunami, benturan meteor dsb.
Ini dillema bagi kita semua, terutama bagi para ahli geologi untuk
merenungkannya.
RPK
----- Original Message -----
From: <[EMAIL PROTECTED]>
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Cc: <iagi-net@iagi.or.id>
Sent: Tuesday, April 25, 2006 7:31 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] ETHO-GEOLOGICAL FORECASTING


> Di situlah, Pak, yang perlu adanya keseimbangan. Sudah pastilah nature
> tidak bisa ditaklukkan, tetapi bisa dikendalikan atau diantisipasi.
Itulah
> gunanya science for the better world.  Sama seperti pengeboran minyak,
itu
> untuk manfaat banyak orang, tetapi juga harus dipelajari juga
> environmental aspectsnya.
>
> Salah satu contoh, 2 minggu yang lalu saya ke Danau Kakaban.  Untuk ke
> danau tersebut, kapalnya harus berhenti di pantai, kemudian naik bukit.
> Perjalanannya lumayan, naik turun dan licin karena hutannya masih rimbun.
> Ada pathway dari kayu, tetapi sudah tua sekali dan sebagian besar sudah
> patah.  Bahkan teman saya sempat cedera karena pathwaynya patah.  Tanpa
> pathway itu, kita harus lewat lumpur.  Beberapa resort di daerah situ
> (karena danau Kakaban adalah salah satu dari dua fenomena di dunia ini,
> yang memiliki stingless jellyfish.  Yang satu lagi di Maldives atau di
> Philipina, saya lupa) sudah minta agar pathway kayu itu dibetulkan, yang
> panjangnya mungkin sekitar 600 meter.  Tetapi dari NGO katanya kalau
> menebang sebuah pohon bisa mengganggu ekosistim secara keseluruhan.  Nah,
> sekarang, karena Danau Kakaban ini bisa jadi obyek turis dan hampir semua
> divers yang ke Derawan datang ke sana, bukankan lebih baik kalau jalan ke
> sana dibuat nyaman untuk para pengunjung dan agar tidak ada yang celaka?
> Dan apakah satu buat pohon memang dapat mengganggu ekosistem secara
> keseluruhan?  Dan apa win-win solutionnya?
>
> Kita mengebor juga banyak dampak environmentnya, tetapi kita juga punya
> HSE kan, dan ada studi amdalnya.
>
> Saya masih percaya kalau manusia adalah khafilah dibumi, jadi kuncinya
> sang khalifah harus bijaksana mempergunakan akalnya dengan ilmu yang dia
> punya, untuk bisa diamalkan untuk kesejahteraan manusia, bukan untuk
> ditaklukkan, tetapi untuk dimanage.  Begitu..
>
> Vita (alumni institut yang jargonnya 'Art, science and technology')
>
>
>
>
>
>
>
> "R.P. Koesoemadinata" <[EMAIL PROTECTED]>
> 04/24/2006 07:43 PM
> Please respond to iagi-net
>
>
>        To:     <iagi-net@iagi.or.id>
>        cc:
>        Subject:        Re: [iagi-net-l] Science and Nature (was
> ETHO-GEOLOGICAL FORECASTING)
>
>
> Harus disadari bahwa terjadi perubahan "paradigma" pada sekitar
> pertengahan
> abad ke-20. Sebelumnya para cendekiawan/ilmuwan itu begitu arrogant bahwa
> alam itu dapat ditaklukan oleh manusia dengan sains dan teknologinya.
> Makanya Belanda melakukan reklamasi dan dapat lahan di bawah permukaan
> laut
> dengan sistim tanggulnya, Suez canal dan Panama canal digali,
> bendungan-bendungan raksasa dibangun untuk mengendalikan banjir, irigasi
> dan
> tenaga listrik dsb
> Sekarang adalah bahwa manusia harus hidup menyesuaikan diri dengan alam,
> jangan mengganggu alam. Jika Suez canal baru dicanangkan sekarang,
mungkin
>
> tidak akan pernah dibangun, karena mungkin akan merusak ecosystem Samudra
> Hindia dengan tercampurnya ecosystem dari Laut Tengah.
> Sekarang membangun bendungan kecil saja sudah harus memperhitungkan
dampak
>
> lingkungan dan banyak ditentang.
> Gn Merapi mau ditaklukan oleh manusia?
> RPK
> ----- Original Message -----
> From: <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Cc: <iagi-net@iagi.or.id>
> Sent: Monday, April 24, 2006 8:10 AM
> Subject: Re: [iagi-net-l] ETHO-GEOLOGICAL FORECASTING
>
>
>> Ga setuju, Lobeck hidupnya kan dulu, udah ngga trendi ah.
>>
>> Nature is to be understood, hence to be managed for the better world for
>> human beings ( ini menurut Siregar, 2006)
>> Alam itu untuk dimengerti untuk kemudian dimanage/diatur/dikontrol untuk
>> kebaikan umat manusia.
>>
>>
>>
>> Jadi bapak2 IAGI yang punya nama ALAM, (Harry Alam, Syamsu Alam....)
> sudah
>> nasib kalianlah dikontrol kalau menunjukkan gejala2 keluar jalur, paling
>> ngga sama istri2nya mereka masing2.  :-)
>>
>> Smile, everybody, it's still monday.
>>
>>
>> Parvita H. Siregar
>> Geologist-ENI Indonesia
>> Atrium Mulia 3A floor
>> Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B10-11
>> Jakarta 12910 Indonesia
>> Tel: (62-21) 3000-3200, 5296-2200
>> Fax: (62-21) 3000-3230
>> mailto:[EMAIL PROTECTED]
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>> [EMAIL PROTECTED]
>> 04/21/2006 08:52 AM
>> Please respond to iagi-net
>>
>>
>>        To:     <iagi-net@iagi.or.id>
>>        cc:
>>        Subject:        Re: [iagi-net-l] ETHO-GEOLOGICAL FORECASTING
>>
>>
>>
>> alam bukan untuk diatur atau dilawan..tetapi untuk dipahami dan
> dimengerti
>>
>> Ingat tulisan pada halaman depan suatu buku klasik geologi (kalau tidak
>> salah karangan Lobeck, cmiiw), tertulis
>> 'Nature, to be commanded, must be obeyed'.
>>
>> Budi Satrio
>>
>>
>>
>>
>>                      "Nataniel
>>                      Mangiwa"                  To: iagi-net@iagi.or.id
>>
>>                      <nataniel.mangiwa         cc:
>>                      @gmail.com>               Subject: Re: [iagi-net-l]
>> ETHO-GEOLOGICAL FORECASTING
>>
>>                      21/04/2006 09:20
>>                      AM
>>                      Please respond to
>>                      iagi-net
>>
>>
>>
>>
>>
>> betul, setuju!
>>
>> jgn kita merasa dgn pengetahuan dan teknologi yg kita punya lalu kita
>> bisa mengatur alam, alam bukan untuk diatur atau dilawan..tetapi untuk
>> dipahami dan dimengerti.
>>
>> ::natan::
>>
>> On 4/21/06, Arief Budiman <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>>> Jangan, merapi jangan sampe dibor dan dibom pake nuklir
>>> sakit nanti dia, kasihan gunung cantik nan perkasa itu
>>>
>>> jangan dirusak kampusnya volkanolog itu
>>> Ayo para vokanolog bekerja dan belajar lagi memahami dia
>>> Agar komunikasi makin lancar dan hubungan makin mesra dengan si cantik
>> itu
>>>
>>>
>>>
>>>
>>> A R I E F B U D I M A N
>>> Pertamina - Eksplorasi Sumatra
>>> Phone    : (021) 350 2150 ext.1782
>>> Mobile  : 0813 1770 4257 / (021) 70 23 73 63
>>
>> ---------------------------------------------------------------------
>> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
>> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>>
>> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
>> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
>> No. Rek: 123 0085005314
>> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>>
>> Bank BCA KCP. Manara Mulia
>> No. Rekening: 255-1088580
>> A/n: Shinta Damayanti
>>
>> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
>> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>> ---------------------------------------------------------------------
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>> ---------------------------------------------------------------------
>> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
>> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>>
>> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
>> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
>> No. Rek: 123 0085005314
>> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>>
>> Bank BCA KCP. Manara Mulia
>> No. Rekening: 255-1088580
>> A/n: Shinta Damayanti
>>
>> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
>> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>> ---------------------------------------------------------------------
>>
>>
>>
>>
>
>
> ---------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
>
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
>
>
>
>


---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------




This e-mail (including any attached documents) is intended only for the
recipient(s) named above.  It may contain confidential or legally
privileged information and should not be copied or disclosed to, or
otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient,
please contact the sender and delete the e-mail from your system.


---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke