>
  Rekans

  Supaya  tidak terlalu pusing , coba diingat kejadian kejadian yang
didongengkan itu terjadi tahun berapa.
Ya , kalau jaman itu yang tidak harus terjadi  bisa JADI , dan yang
harusnya bisa terjadi bisa TIDAK TERJADI.

Nah , faktor faktor ini yang dimanfaatkan secara "cerdik" oleh MOI.

Sekarang yang penting bagaimana memanfaatkan apa yang sudah tercapai
sehingga manfaat-nya maksimal dan optimal bagi Bangsa (cwiiiw).

 Si-Abah

__________________________________________________________________________



  Ada lagi tambahan perbedaan "PLUS" nya itu:
> Dalam kontrak aselinya participation interest (equity?) tidak boleh dijual
> ke pihak asing.
> Tetapi terjadi amandement dengan side-letter sehingga Ampolex/Mobil Oil
> memperoleh participating interest 49%, bahkan kemudian 100% dan
> operatorship, atas persetujuan Dirut Pertamina dan Menteri Pertambangan
> Sekian koreksinya.
> ----- Original Message -----
> From: "Andang Bachtiar" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Sent: Tuesday, May 02, 2006 12:07 PM
> Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==>Re: [iagi-net-l] Re:
> FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng & Mr Rovicky,...
>
>
>> Yan,
>>
>> "PLUS"nya waktu itu sebenarnya adalah karena:
>> 1) Mereka boleh eksplorasi ke zona yang lebih dalam
>> 2) Mereka boleh jual equity (bahkan operatorship) ke pihak asing
>>
>> Selebihnya, saya pikir sama saja dengan TAC-TAC lain yang mengharuskan
>> mereka selalu lapor dan dapat persetujuan dari Pertamina untuk segala
>> macam kegiatan E&P mereka.
>>
>> Nah, kalau ternyata (waktu itu) Pertamina sulit meng-akses data dsb,
>> ...(bahkan masuk ke lokasi untuk memeriksa operasi saja tidak boleh(?))
>> sebenarnya menurut saya itu adalah masalah ketidak-mengertian,
>> ke"minder"an, bahkan mungkin kekeliruan persepsi sebagian kalangan
>> kawan-kawan di Pertamina saja. Namanya juga merekla TAC alias
>> "Contractor"nya Pertamina,.... mustinya Pertamina sebagai OWNER sadar
>> akan
>> hak-nya dong; bahwa mereka boleh mengakses, memeriksa, dan mencampuri
>> urusan-urusan operasional E&P-nya Kontraktor.
>>
>> Hal ini sebenarnya berlaku juga dalam skala yang berbeda untuk PSC-PSC
>> dibawah komando BPMigas (dulunya BPPKA-MPS Pertamina). Masalah kelemahan
>> bargaining, kekurangsadaran atas "hak" sebagai penguasa, pengontrol,
>> penyetuju dan penolak program dan keuangan juga terjadi pada waktu
>> PSC-PSC
>> masih dikontrol oleh kawan-kawan di BPPKA-MPS. Hal ini tidak lepas dari
>> kurang optimalnya penyusunan / jumlah personel dan sistim kerja
>> kawan-kawan di lembaga kontrol tersebut. Lepas dari kekurangan tsb
>> diatas,
>> kita musti acung jempol juga untuk prestasi yang telah di-ukir oleh
>> BPPKA-MPS dalam kurun 80-an dan 90-an, sehingga walaupun dengan
>> personnel
>> yang sangat terbatas (tidak lebih dari 20(?) G&G&E&R untuk mengontrol
>> lebih dari 100 blok PSC di tahun 90-an) Indonesia masih terus survive
>> dengan penambahan cadangan-cadangan migas baru dan produksi yang
>> meningkat. Mudah-mudahan kawan-kawan di BPMigas banyak belajar dari
>> ke-ruwet-an administrasi teknik dan kekurangan personnel dari masa-masa
>> sebelumnya (BPPKA-MPS) sehingga lembaga kontrol PSC kita sekarang dapat
>> lebih meningkatkan cadangan dan produksi migas di Indonesia.
>>
>> Salam
>>
>> ADB
>> ETTI
>>
>>
>>
>> ----- Original Message -----
>> From: "Yan Indryanto" <[EMAIL PROTECTED]>
>> To: <iagi-net@iagi.or.id>
>> Sent: Tuesday, May 02, 2006 11:36 AM
>> Subject: Re: [iagi-net-l] Perkeliruan Persepsi? ==>Re: [iagi-net-l] Re:
>> FW:An tara Dr Rizal Mallarangeng & Mr Rovicky,...
>>
>>
>>> Mas Andang,
>>> Mungkin itu karena EMCL merupakan TAC "PLUS" sehingga peran Pertamina
>>> disitu nggak keliatan ? Bahkan kita2 yang di Pertamina aja sangat sulit
>>> untuk meng-akses data blok cepu yang diakuisisi oleh EMCL.
>>>
>>> BTW, ada ga ya contract term TAC "PLUS"...???
>>>
>>> Salam,
>>> YI
>>>
>>> On Tue, 2006-05-02 at 10:29, Andang Bachtiar wrote:
>>>> Pak Vicky,
>>>> aku cuplik 2 paragraph terakhir saja dari posting sampeyan soal
>>>> (lagi2)
>>>> Cepu
>>>> karena aku ingin meng"highlight" kenyataan bahwa diantara kita yang
>>>> ada
>>>> di
>>>> industri migas Indonesia-pun seringkali salah persepsi tentang "who's
>>>> in-charge" (legally & operationally) dalam kasus-kasus penguasaan
>>>> blok/lapangan migas Indonesia.
>>>>
>>>> Ketika sampeyan katakan "AMDAL dilakukan Mobil Oil, Pertamina belum
>>>> melakukan apa-apa" sebenarnya ada yang tidak pas di sini; yaitu bahwa
>>>> yang
>>>> melakukan AMDAL itu bukan EMCL (Exxon Mobil Cepu Limited) tapi TAC
>>>> Pertamina-EMCL. Ketika mereka presentasi AMDAL-nya di KLH 3-4 tahun
>>>> yang
>>>>
>>>> lalu-pun, saya yang saat itu mewakili KLHsecara teknis juga tidak
>>>> hanya
>>>> berhadapan dengan Exxon Mobil semata-mata, tetapi di dalam tim-nya
>>>> juga
>>>> ada
>>>> wakil dari Pertamina, karena yang mengajukan AMDAL saat itu bukan
>>>> Exxon
>>>> Mobil, tapi TAC Pertamina-EMCL.
>>>>
>>>> Pada saat EMOI melakukan pendekatan persuasif ke penduduk lokal-pun,
>>>> sebenar-benarnyalah (secara hukum) bahwa mereka melakukannya itu dalam
>>>> kapasitas badan hukum legal yang bernama TAC Pertamina-EMCL, bukan
>>>> semata-mata EMOI.
>>>>
>>>> Implikasi dari kedua hal tsb diatas sudah jelas: Pertamina (saat itu)
>>>> juga
>>>> mengakui COST yang dikeluarkan oleh management TAC Pertamina-EMCL baik
>>>> yang
>>>> dikeluarkan untuk AMDAL maupun untuk pendekatan-persuasi (ComDev) dll
>>>> yang
>>>> berkaitan dengan operasi blok tersebut.
>>>>
>>>> Repotnya, kesatuan manajemen TAC yang seperti itu TIDAK DICERITAKAN ke
>>>> masyarakat, sehingga seolah-olah hanya EMCL saja yang bergerak di
>>>> lapangan,
>>>> Pertamina seolah-olah tidak melakukan apapun juga. Dan perkeliruan
>>>> persepsi
>>>> tersebut dibesar-besarkan sampai ke level politis shg kesannya jadi
>>>> lucu:
>>>> ada sekumpulan masyarakat yang menolak Pertamina karena selama ini
>>>> Pertamina
>>>> tidakmelakukan apapun disana, tapi EMCL-lah yang melakukannya, bahkan
>>>> para
>>>> anggota Dewan yang terhormat-pun terkecoh dengan hal tersebut (bahkan
>>>> di
>>>>
>>>> kalangan petinggi Migas-pun juga ikut2an seperti itu)... lihat kembali
>>>> rame-nya gonjang-ganjing komentar berbagai kalangan di koran-koran
>>>> awal
>>>> tahun ini,.. semunya berkomentar atas dasar persepsi yang
>>>> ter/di-kelirukan
>>>> seperti itu.
>>>>
>>>> Kalau memang EMOI atau EMCL melakukan semuanya SENDIRIAN, tidak
>>>> seharusnya
>>>> mereka meminta penggantian uang investasi (COST RECOVERY) yang bahkan
>>>> sampai
>>>> 300-400 jutaan dollar ke Pertamina (supaya ditanggung bareng atau
>>>> nanti
>>>> dipotongkan di split minyaknya),... ya sudah, tanggung aja sendiri
>>>> duitnya.
>>>> Tapi buktinya!?? Khan mereka mengajukan cost-recovery juga??! Nantinya
>>>> BPMigaslah yang akan jadi benteng terakhir persetujuan cost-recovery
>>>> tersebut. Nah, dalam hal tersebut, nantinya nama entitas legal yang
>>>> bergerak
>>>> di Blok Cepu tentunya bukan sekedar Pertamina-EMCL, tapi juga
>>>> BPMigas-Pertamina-EMCL. Apakah pak Awang dkk di BPMigas terima saja
>>>> kalau
>>>> nanti dikatakan: Pemerintah tidak melakukan apapun juga di Blok Cepu,
>>>> cuma
>>>> Exxon Mobil-lah yang membangunkan jalan, jembatan, puskesmas, kperasi,
>>>> sekolah dll disana,... tapi BPMigas?? Mana pernah mereka bangun
>>>> sesuatu
>>>> di
>>>> sana?? Saya tidak yakin rekan-rekan di BPMigas akan diam saja dengan
>>>> perkeliruan persepsi seperti itu.
>>>>
>>>> Mudah-mudahan sedikit uneg-uneg saya ini bisa kembali meluruskan
>>>> kesalahan
>>>> persepsi tersebut (terutama di kalangan kita yang bergerak di oil-gas
>>>> sendiri).
>>>>
>>>>
>>>> Salam
>>>>
>>>> ADB
>>>> ETTI
>>>>
>>>>
>>>>
>>>> ----- Original Message -----
>>>> From: "Rovicky Dwi Putrohari" <[EMAIL PROTECTED]>
>>>> =============================================
>>>>
>>>> Pertamina sendiri mnurutku kalah karena tidak ada persiapan. Kalau
>>>> dilihat di IPA paper tahun 2002 sudah ada tentang AMDAL yg dilakukan
>>>> Mobil OIl, sedang Pertamina belum melakukan apa-apa. Sehingga dari
>>>> sisi ini Pertamina menjadi "kalah set" dalam mencuri start. Sehingga
>>>> seolah kalah persiapan, bukan kalah karena kurang kemampuan.
>>>>
>>>> Namun disisi lain EMOI-pun melakukan pendekatan persuasif yg mungkin
>>>> saja "tidak mendidik" penduduk lokal. Saya mendengar ada pedagang yang
>>>> menjadi malas melakukan pekerjaanya karena rumahnya dikontrak utk
>>>>
>>>>
>>>> RDP
>>>> "aku tahu pasti diketawain Mas Mbong ketika mencoba mengelak dari
>>>> kisah
>>>> Cepu
>>>> :("
>>>>
>>>>
>>>> ---------------------------------------------------------------------
>>>> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
>>>> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>>>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>>>>
>>>> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
>>>> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
>>>> No. Rek: 123 0085005314
>>>> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>>>>
>>>> Bank BCA KCP. Manara Mulia
>>>> No. Rekening: 255-1088580
>>>> A/n: Shinta Damayanti
>>>>
>>>> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
>>>> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>>>> ---------------------------------------------------------------------
>>>>
>>>
>>>
>>> ---------------------------------------------------------------------
>>> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
>>> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>>>
>>> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
>>> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
>>> No. Rek: 123 0085005314
>>> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>>>
>>> Bank BCA KCP. Manara Mulia
>>> No. Rekening: 255-1088580
>>> A/n: Shinta Damayanti
>>>
>>> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
>>> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>>> ---------------------------------------------------------------------
>>
>> ---------------------------------------------------------------------
>> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
>> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>>
>> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
>> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
>> No. Rek: 123 0085005314
>> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>>
>> Bank BCA KCP. Manara Mulia
>> No. Rekening: 255-1088580
>> A/n: Shinta Damayanti
>>
>> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
>> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>> ---------------------------------------------------------------------
>>
>
>
> ---------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
>
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
>
>



---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke