Waduh, ingat ketika diskusi geodinamik, lalu ada pertanyaan cycle
Coriolis dari Pak Jacub Rais, akibatkan kemarin, saya kira cycle Wilson
itu ya cycle Coriolis itu. Ma'af.
 

Akan lebih benar bila "beyond the scale range" di lakukan untuk
menyelesaikan sesuatu bahasan. Termasuk plate tektonik, yang 1 %
tebalnya dari jari-jari bumi ini. Misal dengan sekala bumi, 10 pangkat 7
m (disingkat E+7 m). Lalu lihat E+8, E+9, ..... Disini E+14 m adalah
diameter tatasurya, E+21 m diameter Bimasakti, E+28 m diameter
jagadraya. Juga beyond smaller dari bumi, dimana E+0 m, ukuran manusia,
E-7 m ukuran bionuclei, serta E-14 m ukuran nuclei. Semua itu dalam
suatu kosmos dunia terlihat, ukuran E-20 m hingga E+28 m.  Saya kenalkan
kosmos PAKEM "Physical Arrangement Knowledge of ecosystem of Masses".
Ini detil kosmologi tadi, dengan ukuran Pakem.E-20m hingga Pakem.E+28m.

Istimewanya, kelipatan 10 pangkat 7, maka ada "stabil cosmos": nuclei,
bionuclei, human, earth, solarsystem, galaxy, universe. Bola-bola dunia
itu, menggambarkan 7 lapis bola dunia. Mungkin ini prototipe 7 langit,
dimana langit universe kita diameter E+28 m, adalah paling kecil adalah
langit ke 1 dari 7 langit itu. 

Kemudian skala waktu: dari Big bang (18,6) Ga yang lalu, hingga kini,
dan kemudian. Kalender SALAM dengan 70 Ga.

Sebenernya sudah di beritahukan, bahwa semuanya akan bisa di turunkan
dengan emapat energi saja: atom kuat, atom lemah, elektromagnetik, dan
gravitasi. Pun lempeng tektonik mesti ikuti itu. Nah selain pembahasan
detil kondisi lempeng, maka perlu korelasi dengan elektromagnetik, juga
gravitasi. 

Yang saya simpulkan: Bumi, selain berputar pada porosnya 24 jam/hari,
juga revolusi putari matahari setahun, maka jarak rata-rata
bumi-Matahari, seakan bumi bergerak sepiral maju, dengan perbandingan
jarak itu sesuai jalur SALAM. Ada siklus 7 a, 70 a, ..., 700 Ma. Maka
bumi, bila mendekat matahari, global temperatur memanas, jari-jari bumi
membesar, lempeng extention, elevasi merendah terhadap muka laut, curah
hujan mengecil, muka laut naik, ukuran butir mengecil, lapisan menipis,
gempa semakin sedikit, dll (lihat paper kami). 

Nah kalau bumi menjauh matahari, ya sebaliknya. Korelasi dengan
elektromagnetikpun sudah cocok. Intensitas magnetik berubah dengah
siklus itu, membesar mengecil. Ini perbaiki teori bahwa kutub magnetik
bolak-balik dengan order misal disebutkan 700 Ka. yang terjadi,
hipotesakan bahwa hanya intensitas saja yang berubah tanpa perubahan
kutub, kutub utara jadi kutub selatan, atawa kutub selatan jadi kutub
utara. Itu dulu lah.

Salam,
Maryanto.



-----Original Message-----
From: Maryanto (Maryant) 
Sent: Wednesday, May 10, 2006 2:09 PM
To: 'iagi-net@iagi.or.id'; [EMAIL PROTECTED]; 'Hendra Wahyudi'
Subject: RE: [iagi-net-l] Tectonic Cycle --> Need info Re: wilson cycle


Wooooo..., ada Wilson supercontinent cycle. Kupikir Wilson cycle yang di
maksudkan tadi adalah yang tunjukkan adanya arus putar lawan arah jarum
jam di selatan katulistiwa dan searah jarumjam di utara katulistiwa.
Kebalik arah kutulis ? Itu malah bukan Wilson cycle ?

Tak ada pengukuran tanpa deviasi. Suatu yang jarang di sertakan pada
penunjukkan umur geology adalah deviasi pengukurannya. Mungkin karena
sulitnya mendapatkanya, mengkira-kirakannya, atau malah tak tahu berapa
deviasinya. Deviasi dari alat, pengamatan, lokasi, dll. Banyak hal yang
ukurannya berbeda, dan bila dengan melihat rentang deviasinya, hal-hal
itu sering sama.

Makasih Mas Awang. 
Sebut saja diskusi Wilson Supercontinent cycle. Cycle 500 jt. Berapa
deviasinya ? 300 Ma ? Model supecontinentcyel SALAM adalah cycle 700 Ma.
Bila deviasi 10 %, adalah 70 Ma. Ini di awali dengan GTS "Geologic Time
Scale" (1983, 1999, 2004), yang dapatkan cycle 700 Ma dengan deviasi 7 %
saja, 49 Ma. Cyclenya : Hadean, EarlyMidArchean, LateArchean,
EarlyProterozoic, Mid Proterozoic, LateProteroPaleozoic, dan
Mezocenozoic. Kebanyakan perubahan pada maximum compresi, kurangkan 700
Ma dari tertua 4.445 Ma: 4.445 Ma, 3.745 ma, 3.045 Ma, 2.345 Ma, 1.645
Ma, 945 Ma , 245 Ma. Deviasi rata-rata siklus SALAM 70 Ma itu adalah
lebih kecil dari deviasi pengukuran di GTS yang antara 5 Ma pada 100 Ma,
dan 400 Ma pada umur 4.000 Ma. Di setiap penunjukan SB siklus SALAM,
akan masuk dalam daerah umur +- deviasi umur pada GTS.

Condie, Kent C, 1997: Sebut supercontinent pada Ma sbb, serta
perbandingan dengan data SALAM dan deviasi keduanya adalah:
 
Condie          SALAM Calendar  Deviation        
200 Ma         245 Ma              45 Ma 
1000 Ma        945 Ma           -  55 Ma         
1500 Ma         1645 Ma           125 Ma         
2000 Ma         2345 Ma           345 Ma         
2700 Ma         3045 Ma         345 Ma           
3800 Ma         3700 Ma         -  55 Ma         
4400 Ma         4445 Ma          45 Ma

Earth form
4600-4400 Ma    4617 Ma            17 Ma

Lebih besarnya deviasi korelasi tektonik-SALAM di banding dengan deviasi
GTS-SALAM. Besar deviasi tektonik bisa saja terjadi akibat lebih
sulitnya pengukuran serta deviasi umur batuan yang di ukur. Saya pakai
saja daur GTS untuk prediksi/ pembuatan daur SALAM. Dan lalu prediksi
daur tektoniknya ya ikuti daur SALAM. 

Nah, Umur bumi 4.6 Ga, sudah ada 6 x 700 Ma, atawa 6 siklus. Ku pikir
ini yang di artikan pada bukunya mBah Iman, yang sering kucuri-curi
baca, sebagai bumi di bentuk dalam 6 hari (6 masa). 

Asyik, aku dapet usulan Supercontinent cycle.

Pergerakan Lempeng:
Pangea, referensiku sebut ini bahasa Latin, berarti semua darat.
Panthalasa = semua laut.
Pusat Pangea adalah AAN "Anticline of Arabian Nubian". AAN di belah Laut
Merah. AAN (tentu juga semua Pangea) bergerak SEMPOL "Seven clockways
rotation Evolving Mid Pangea Over 7 Ga Long". AAN bergerak 7 kali putar
searah jarum jam selama 7 Ga, umur tatasurya, dengan pusat putaran
M(~50E; 0 N). Tatasurya, sudah 4.6 Ga umurnya, dan akan berumur 7 Ga.
Kini putaran AAN sudah 4.6 kali putar.
 
Siklus 7 Ga ini juga ada model sinusoidal yang juga ada 10 parasequence
700 Ma, : Prerift, synrfit, compresi, kusebut emailku tadi.

Dalam satu siklus 700 Ma, terdapat 10 parasequence 70 Ma. Dengan SB
mulai dari 557 Ma, kurangkan 70 Ma, akan ada : Cambrimum,
OrdivicianSilur, Devon, Carbonaferous, PermianTriassic, Jurassic,
Cretaceous, dan Cenozoic. Error dengan GTS hanya rata-rata 12 Ma. Dengan
sequence berturut-turut: compresi1, compresi2, compresi3, compresi4,
stabil, earlyrift, max rift, dan Late rift.

Cenozoic, mulai 67 Ma, dengan 10 parasequence 7 Ma dimana SB (satuan Ma)
: 67, 60, 53, 46, 39, 32, 25, 18, 11, dan 4. Rifting sejak 46 Ma,
termasuk Wionosari dugaaanku.

Kalau tiap pengukuran umur yang di diskusikan itu tahu deviasinya, lalu
diterapkan di Kalender SALAM, kemungkinan, semua itu masuk kok kalau
memang baik pengukurannya.

Tak begitu ?

Terminologi : rift, drift, sagging, compresi, mestinya mengacu pada
perubahan elevasi dasar cekungan. Penentuan perubahan dasar cekungan ini
amat rentan error. Ini yang bisa menyebabkan perbedaan pendapat, kapan
suatu basin mulai compresi (misalnya).

Dari pusat kontinen hingga laut dalam, maka akan berbeda ketebalan
sedimennya, yang dari pantai hingga laut dalam, maka ketebalan sedimen
menipis untuk suatu sequence. Indoensia Barat, lebih cendenrung pada
pantai, di banding cekungan-cekungan di Indonesai Timur yang lebih dalam
posisinya. Bahwa pemberian istilah sagging dan drift, misalnya,
kemungkinan dari beda tebal sedimen. Nah daerah yang lebih laut dalam,
yang mempunyai sedimen lebih tipis, maka bisa saja sagging di sebut
drift, atau drift di sebut sagging. 

Inilah yang saya duga penyebab perbedaan istilah. Suatu model sinusoidal
pada setiap siklus, lalu saya pakai. Ini sebagai dasar untuk menentukan
besar perubahn elevasi dasar cekungan. Maka lalu lahirlah siklus beserta
nama-nama rift, compresi itu.  

Mas Awang,
Apa bisa sedikit memberikan info hasil diskusi tentang :Supercontinent
Cycle Hypothesis ?
Pendapat siapa saja, umur-umur siklusnya, serta deviasi umur (kalau
ada).

Salam,
Maryanto.

-----Original Message-----
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, May 10, 2006 9:37 AM
To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Tectonic Cycle --> Need info Re: wilson cycle

Terimakasih penjelasannya Pak Awang. Saya rasa cukup bagus
penjelasannya.

Dan ada satu pelajaran yg perlu diambil dari uraiannya pak Awang adalah
--> kehati-hatian dalam menggunakan sebuah terminologi dan teori dalam
sebuah analisa. Pengertiannya harus tepat, seringkali dengan cara
melihat sejarah berkembangnya teori itu. Sehingga tidak tergesa-gesa
menerapkan sebuah terminologi utk semua kondisi. Juga perlu diperhatikan
"hierarchy" (skala atau tingkatan) pembandingan yg harus sepadan.
Misalnya meneliti perkembangan/perubahan lingkungan pengendapan
"layer-by-layer" mungkin akan sulit dan mustahil. Analisa lingkungan
pengendapan akan tepat kalau untuk "bed set" (parasequence, cmiiw).
Memang ada kecenderungan alam ini "scale invariance" (tidak bergantung
skala) terutama kalau mempelajari fractal geometri. Namun fractal
geometry ini masih disebut sebagai "experimental math", bukan "applied
math" bahkan oleh Mandelbrot yg dikenal sebagai bapaknya fraktal
geometri. Hal ini disebabkan buanyaknya hal-hal yg tidak dapat
dijelaskan hanya dengan satu teori saja.

Juga ada penjelasan bagus dan sangat jelas, bahwa ada kondisi-kondisi
tertentu ketika sebuah teori itu dibangun dan dikembangkan. Ada
keterbatasan dalam setiap teori. Tidak lazim sebuah teori di klaim akan
memenuhi segala kondisi, wong teori itu justru dibangun karena adanya
akan keterbatasan pengamatan (ruang dan waktu).

Trims Pak Awang

RDP

On 5/10/06, Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Saya pikir, terlalu lebar mengaitkan Wilson Cycle dengan sejarah
rifting suatu cekungan (pre-rift, syn-rift, post-rift, sagging,
syn-inversion, post-inversion). Memang Daur Wilson itu dimulai dengan
rifting episode. Sampai sejarah sagging masih mungkin diikuti, tetapi
dari titik ini kemudian terjadi perbedaan yang jauh antara Daur Wilson
dan sejarah rifting cekungan. Daur Wilson menghendaki ocean-floor
spreading yang berujung ke pembukaan samudra baru. Dan, itu tak dipenuhi
oleh sejarah cekungan. Sebab, di Indonesia Barat, tak ada sejarah
pemekaran dasar lautan yang didahului oleh rifting. Maka, tak cocok
membawa Wilson Cycle ke sejarah rifting cekungan.
>
> Coba kita dudukkan dulu terminologi Wilson Cycle dengan benar agar tak
terjadi kelirumologi. J. Tuzo Wilson, seorang ahli geologi Kanada,
mengajukan suatu daur tektonik tentang pembukaan dan penutupan lautan
pada awal 1970-an (kemudian daurnya itu dikenal sebagai Wilson Cycle).
Di dalam daur ini termasuk continental fragmentation (yang didahului
rifting), pembukaan dan penutupan ocean basin, dan re-assembly kontinen.
Satu Daur Wilson ini lamanya rata-rata sekitar 500 juta tahun. Nah,
sejarah rifting cekungan hanya masuk di awal-awal saja bukan ?
>
> Saat ini, Wilson Cycle telah berkembang menjadi apa yang disebut
"Supercontinent Cycle Hypothesis", yaitu bahwa supercontinent terjadi
telah melalui daur-daur Wilson sebab superkontinen disusun oleh semua
atau hampir semua massa daratan di Bumi, break-up, dan re-form dalam
suatu cyle yang lamanya 500 juta tahun.
>
> Kita masih ingat dengan baik supercontinent Pangaea (Pan-gaea =
seluruh Bumi), sebuah superkontinen yang ada di penghujung Masa
Paleozoikum. Mengikuti Daur Wilson, Pangaea mulai pecah selama Trias,
dan sampai sekarang masih belum bersatu lagi, terdistribusi menjadi
sebaran benua dan lautan seperti sekarang. Umur Bumi tak hanya sejak
Paleozoik. Benua telah ada sejak 4000 juta tahun yang lalu. Maka,
Pangaea tentu bukanlah satu-satunya superkontinen yang pernah dipunyai
Bumi. Di Kurun Proterozoikum, pernah ada beberapa superkontinen (a.l.
Rodinia di sekitar 3000-2500 Ma) yang pecah lagi, melalui beberapa
superkontinen lebih muda, dan akhirnya re-assembly menjadi superkontinen
yang kita kenal dengan baik : Pangaea.
>
> Begitulah menempatkan terminologi Wilson Cycle. Kita kembali ke Gunung
Kidul, Yogyakarta. Mengapa kita mesti harus selalu menggunakan
terminologi syn-rift, post-rift, sagging, syn-inversion dll. di
mana-mana ? Tidak akan cocok. Terminologi itu hanya cocok dan bagus
untuk diterapkan di cekungan2 belakang busur Indonesia Barat (back-arc
basin). Ke Indonesia Timur, kita menggunakan terminologi yang lain yang
berhubungan dengan proses rift-drift-collision- proses pecahnya tepi
utara Australian Plate dan pisahnya beberapa mikro-kontinen serta
perbenturan mikrokontinen ke massa terrane lain.
>
> Apakah Gunung Kidul dalam sejarah stratigrafinya pernah menjadi
back-arc basin ? Saya meragukannya, sehingga mencoba menerapkan
terminologi sejarah rifting back-arc basin di Gunung Kidul tak akan
cocok atau akan mengalami kesulitan. Saya pikir, Gunung Kidul pernah
menjadi cekungan intra-arc pada Oligo-Miosen, dan setelah itu fore-arc
basin. Tak pernah menjadi back-arc basin, kecuali kalau kita bisa
menemukan jalur volkanik umur Eosen di Samudra Hindia sekarang. Lalu apa
setting Wungkal-Gamping yang Eosen itu. Agak sulit melihatnya sebab
setting Eosen Jawa sulit dimengerti karena datanya jarang. Dengan data
yang ada sekarang, mungkin oceanic basin. Kondisi baru jelas saat Old
Andesite Kebo Butak diendapkan, itu setting intra-arc dan sejarah
tektonostratigrafinya adalah syn-orogen sediments (tak ada kan syn-rift
?). Nglanggran dan Wonosari pun hampir sama, hanya Wonosari reefal
carbonates yang tebal itu memanfaatkan saat-saat volkanisme di wilayah
ini reda pada 18-12 Ma.
>
> Jadi, dalam pikiran saya, kalau sekuen-sekuen syn-rift terus loncat
menjadi sekuen kompresi, membingungkan, ya wajar saja sebab tak
seharusnya terminologi back-arc basin diterapkan di wilayah yang bukan
back-arc basin. Maka, untuk konfirmasi dulu, harus dicari, apakah
setting tektonik Gunung Kidul pada saat pengendapan Gamping dan Wungkal.
Kalau ia benar back-arc basin di mana volcanic arc nya. Yang jelas, pada
saat Kebo Butak, Gunung Kidul adalah intra-arc, dan sejak Miosen Akhir
ia adalah fore-arc.
>
> Petroleum system ? Ada beberapa fasies karbonat Wonosari yang bagus
untuk jadi reservoir. Beberapa pasir turbidit volkaniklastik di
Nglanggran dan Sambipitu pun bisa. Tetapi apa yang mau jadi source rocks
? Wonosari diendapkan sebagai barrier reef yang menghadap ke Cekungan
Batur Agung di utaranya. Tetapi, apakah ada source-quality rocks yang
diendapkan di depresi Batur Agung ? Saya melihatnya bahwa depresi ini
masih diisi dominan volkaniklastik. Sementara trap pun kita tak/belum
bisa banyak bicara sebab tak ada satu line seismik pun yang memotong
Peg. Kidul. Kalau saja ada satu titik oil seepages aktif di wilayah ini,
itu sudah indikasi sangat positif, tetapi kata teman2 UGM/UPN nihil
katanya. Tetapi, kabarnya ada carbonaceous beds/coal di dalam Wungkal.
Evaluasi petroleum system di wilayah ini masih dini, kerangka petroleum
geology-nya pun belum tuntas kita mengerti.
>
> Salam,
> awang
>


---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke