jika kita melihat konsep PSC secara aslinya, maka semua hasil produksi
minyak bumi atopun gas adalah milik pemerintah..karena dalam konsep PSC
dinyatakan bahwa pemilik resource adalah pemerintah. beda dengan sistem
konsesi yang biasayan diterapkan di amerika sebagai awalnya..pemerintah
disana mengakui private ownership..artinya minyak hasil dari kegiatan
produksi adalah milik contraktor...dan pemerintah mendapatkan Royalty dr
produksi dan pajak atas profit minyak.

untuk PSC, kontraktor dibayar atas cost exploration dan spilt bisa cash
atopun in kind...(bisa harga yang sifatnya market price or imposed price by
goverment)..jadi sebenarnya secara pengertian dasar kontraktor ga memiliki
minyak ato gas yang dihasilkan...

kembali ke DMO..seingat saya..DMO merupakan kewajiban contraktor untuk
menjual minyaknya  setelah cost explorasi....dan setelah pajak (EBI =earning
before interest ) bagi company..



2006/5/17, Ariadi Subandrio <[EMAIL PROTECTED]>:

Jika DMO dianggap sebagai komponen pajak, maka Bagi Hasil untuk Daerah
semestinya diperhitungkan setelah hitung2an DMO. Namun jika DMO dipandang
sebagai satu parameter bebas dari term PSC yang bukan merupakan komponen
pajak, seharusnya tak ada alasan DMO menjadi faktor pengurang dalam bagi
hasil. Tinggal argumentasinya saja , DMO itu komponen pajak atau bukan.
Kalau tidak salah, tertulis dalam UU-nya mengatakan Bagi hasil untuk daerah
diberikan setelah dikurangi komponen pajak.

DMO termasuk minyak bagian pemerintah. Selalu dicatat, bahkan dalam tahun
2005, Minyak Indonesia, bagian pemerintah yang masuk ke kilang adalah 80%,
sisanya diekspor. Minyak KPS 80% diekspor dan 20% dijual ke pemerintah
Indonesia untuk masuk ke kilang, yakni sebesar 20%. Minyak Pertamina 97%
harus masuk kilang dan 3% saja yang diekspor. Semuanya aliran komoditinya
tercatat, namun gerak uangnya yang musti tetap melalui mekanisme lama (via
Departemen Keuangan). Makanya hak KPS sesedikit mungkin yang dijual di DN,
lebih baik banyak2 diekspor dan sesedikit mungkin urusan dengan Dept Keu).
Nah, karena mekanisme arus keuangannya melalui Departemen Keuangan, maka
Pencairan, Distribusi dsb-nya ya diatur secara sentralistik juga. Ide
memilah2kan DMO entitlement dimanfaatkan untuk tujuan tertentu, seperti
untuk menggerakan generator2 PLN misalnya, rasanya kok masih membutuhkan
government will yang serius.........

ar-



Andang Bachtiar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Di dalam akunting bagi-hasil migas Pusat-Daerah yang sejak 2002 dokumennya
dibagikan ke daerah (rakyat/publik), DMO selalu dijadikan faktor pengurang
dari revenue pemerintah (yang akhirnya ditanggung proporsional antara
pemerintah pusat dan daerah). Istilah akuntingnya disebut sebagai
"prorata".
Dalam penjelasan verbal seringkali disebutkan bahwa besaran pengurang
tersebut berasal dari harga yang harus dibayarkan pemerintah
(GOI=Government
of Indonesia) kepada kontraktor (PSC) karena kontraktor menyerahkan 25%
jatah minyaknya kepada pemerintah dengan harga 10% atau 25% dari harga
pasar
(percentage tergantung dari bunyi kontraknya PSCnya).

Dalam dokumen itung2an tersebut kalau kita periksa dibagian kolom
penerimaan
negara dari prosentase ETS (equity to be split), yang masuk sebagai
revenue
hanyalah split standard sesuai dengan yang tertera dalam dokumen PSC,
misalnya 55.3571% dr ETS untuk minyak sebelum pajak (untuk tipikal 75-25
split). Nampaknya tidak ada penambahan revenue dari monetisasi minyak DMO.
Apakah hal ini karena minyak tersebut langsung dimasukkan ke refinery
tanpa
harus di-rekord akuntansi-nya, atau kelupaan menghitung (salah rumus),...
sampai sekarang juga belum jelas. Usaha-usaha untuk mempertanyakan hal
tersebut (mencoba berdialog tentang rumus-rumus-nya, membandingkan
rumus-rumus itungan apple-to-apple) sampai sekarang terus dilakukan oleh
daerah dalam rangka transparansi, tetapi hasilnya masih sangat minim.

Jadi, kalau memang benar2 bahwa semua revenue hasil DMO langsung masuk ke
Kas Negara, mustinya itu tercermin juga dalam akuntansi bagi-hasil
migasnya.

Dalam kaitannya dengan transparansi, ide Prof. RPK untuk langsung memakai
minyak hasil DMO sebagai subsidi untuk PLN (misalnya) merupakan ide
trobosan
yang perlu disuarakan, ditimbang , dan dibahas lebih lanjut. Jadi,
minyaknya
tidak perlu dimonetisasi lebih dulu, tapi LANGSUNG dipakai subsidi. Dengan
demikian menjadi tidak relevan lagi membicarakan "kerugian kesempatan"
(opportunity lost) karena perbedaan harga pasar minyak dengan pemakaian
sendiri, karena sebenarnyalah bahwa minyak2 DMO itu dibeli oleh pemerintah
(Pusat dan Daerah) bukan dengan harga pasar.

Mudah-mudahan bermanfaat


Salam
Andang Bachtiar
Dewan Pakar Forum Konsultasi Daerah Penghasil Migas


----- Original Message -----
From: "R.P. Koesoemadinata"
To:
Sent: Monday, May 15, 2006 8:10 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Perlunya 'Geographical source based energy
policy'


> Nah itu adalah penyelewengan, karena dmo itu domestik market obligation
> dengan harga murah, seharusnya digunakan untuk "mensubsidi" domestik
> market, sebetulnya dapat saja domestik market itu dialihkan khusus untuk
> PLN
>
> ----- Original Message -----
> From: "Achmad Luthfi"
> To:
> Sent: Monday, May 15, 2006 8:15 AM
> Subject: RE: [iagi-net-l] Perlunya 'Geographical source based energy
> policy'
>
>
>> DMO berlaku setelah 5 th produksi bila lapangan itu mendapat incentive
>> new field, semua revenue hasil DMO langsung masuk ke kas Negara melalui
>> Bank Indonesia.
>>
>> Salam: LTH
>>
>> -----Original Message-----
>> From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
>> Sent: Saturday, May 06, 2006 5:53 AM
>> To: iagi-net@iagi.or.id
>> Subject: Re: [iagi-net-l] Perlunya 'Geographical source based energy
>> policy'
>>
>> SEbetulnya kan ada yang disebut DMO, setiap PSC harus menjual 25% dari
>> produksinya dengan harga 10% dari harga pasaran international untuk
>> pasaran
>> dalam negeri. Nah alihkan saja DMO ini untuk PLN.
>> BTW kemana larinya DMO ini?
>>
>> ----- Original Message -----
>> From: "Liamsi"

>> To:
>> Sent: Wednesday, August 03, 2005 9:47 PM
>> Subject: Re: [iagi-net-l] Perlunya 'Geographical source based energy
>> policy'
>>
>>
>>>
>>> Salah satu faktornya adalah banyak yang dulu ( terutama industri )
>>> mempunyai
>>> Pembangkit listrik sendiri dg BBM (PLTD) karena sekarang harga BBM nya
>>
>>> mahal
>>> maka banyak yang menggunakan listriknya dari PLN yang lebih murah ,
>> karena
>>> tarif listrik PLN tidak bisa dinaikan sesuai mekanisme pasar (
>>> regulated )
>>> akibatnya PLN kelebihan beban.Kalau kapasitas tdk ditambah ya byar pet
>>> terus, Dengan harga BBM industri 5500 Rp/l maka kalau 1 kwh
>> membutuhkan
>>> 0,3
>>> liter BBM maka hanya untuk biaya bahan bakarnya saja sudah 1650
>> Rp/Kwh ,
>>> padahal kalau beli listrik dari PLN cuma paling mahal 1000 Rp/Kwh,
>> disisi
>>> lain PLN didaerah ini karena masih banyak pakai BBM maka harus nombok.
>>> Apakah Mahal Listrik itu ? kalau ruang tamu kita ada lampu neon 40 W
>> kita
>>> hidupkan 12 jam ( jam 6 sore - 6 pagi ) maka kita cuma menghabiskan
>> uang
>>> sbb = 12 x 40 W = 480 Wh atau 0,480 Kwh , kalau direkening listrik
>> kita
>>> per
>>> Kwhnya Rp.600,- maka kamar Tamu kita yang semalaman terang benderang
>> cuma
>>> kena 300 Rp , untuk Beli krupuk didepan rumah saja tidak dapat.
>>>
>>> ISM
>>>
>>>
>>> Orang luar kaltim suka mentertawakan kondisi kaltim, punya apa saja
>>> untuk PTL selain air, tapi selalu byar-pet. Ada niatan sebenarnya
>>> membangun Power plant yg lebih besar kapasitasnya, tapi masalah yang
>>> timbul kelebihan dayanya mau dikemanakan?, karena Industri tak banyak
>>> disini.jadi saja rencana tinggal rencana, akibatnya tiap rumah sedia
>>> gen-set untuk mengantisipasi musim byar-pet.
>>>
>>> On 5/5/06, Nataniel Mangiwa wrote:
>>>> sekedar informasi kecil..
>>>> Balikpapan yang termasuk Kalimantan Timur dan yang juga termasuk
>>>> daerah kaya sumber energi (coal+hydrocarbon), tetapi keadaan
>>>> kesehariannya tidak tercermin demikian.
>>>>
>>>> Balikpapan cukup akrab dengan kasus Byar-Pet. bahkan hal ini termasuk
>>>> dari 2 hal Janji Palsu yang selalu dielu-elukan pada PILKADA
>>>> Balikpapan kemarin, yaitu:
>>>> 1. menjamin tidak ada lagi Byar-Pet
>>>> 2. menjamin ketersediaan air bersih.
>>>>
>>>> sepertinya tetep saja faktor efisiensi manusia masih sangat bereperan
>>>> penting dalam pengelolaan energi, yang dalam kasus Balikpapan ini
>>>> energi berlimpah tetapi Byar-Pet pun berlimpah. dan ini masih terjadi
>>>> sampai sekarang ;-(
>>>>
>>>> Salam Wik-en,
>>>> Natan
>>>>
>>>> On 5/5/06, [EMAIL PROTECTED] wrote:
>>>> > >
>>>> > Rekan rekan
>>>> >
>>>> > Memang benar diperlukan "geographical source based energy" spt
>> yang
>>>> > dikatakan Rovicky TAPI ini tidak akan berarti apabila energi
>> listrik
>>>> > yang dihasilkan ditransfer ke Jawa untuk menghidupi industri di
>>>> > P.Jawa.
>>>> > Kita sama sama menyadari betapa beban sosial/ekonimi dan
>> lingkungan
>>>> > yang ditanggung oleh P.Jawa.
>>>> >
>>>> > Strategi berikutnya adalah harus memaksa kegiatan ekonomi pindah
>> ke-
>>>> > daerah yang memiliki sumber energi .(Sumbagsel, Kaltim , Kalsel)
>>>> >
>>>> > Tentunya dengan syarat syarat yang menarik para pengusaha dan
>> investor
>>>> > (umpama : tax holiday bagi pajak daerah , energi mestimya lebih
>> murah
>>>> > dsb).
>>>> >
>>>> > Apakah ini mungkin ?Saya kira sangat mungkin , apalagi kalau
>> PemDa-nya
>>>> > tidak berfikiran "ingin dapat PAD dalam waktu singkat" ( sehingga
>>>> > baru saja investor kulonuwun sudah di"pajak"-i), dengan
>> mengeluarkan
>>>> > PerDa 2 yang kurang masuk akal.
>>>> >
>>>> >
>>>> > Si - Abah
>>>>
>>>> ---------------------------------------------------------------------
>>>> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
>>>> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>>>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>>>>
>>>> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
>>>> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
>>>> No. Rek: 123 0085005314
>>>> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>>>>
>>>> Bank BCA KCP. Manara Mulia
>>>> No. Rekening: 255-1088580
>>>> A/n: Shinta Damayanti
>>>>
>>>> IAGI-net Archive 1:
>> http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
>>>> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>>>> ---------------------------------------------------------------------
>>>>
>>>>
>>>
>>>
>>> --
>>> OK TAUFIK
>>>
>>> ---------------------------------------------------------------------
>>> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
>>> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>>>
>>> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
>>> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
>>> No. Rek: 123 0085005314
>>> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>>>
>>> Bank BCA KCP. Manara Mulia
>>> No. Rekening: 255-1088580
>>> A/n: Shinta Damayanti
>>>
>>> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
>>> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>>> ---------------------------------------------------------------------
>>>
>>>
>>>
>>>
>>> ---------------------------------------------------------------------
>>> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
>>> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>>>
>>> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
>>> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
>>> No. Rek: 123 0085005314
>>> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>>>
>>> Bank BCA KCP. Manara Mulia
>>> No. Rekening: 255-1088580
>>> A/n: Shinta Damayanti
>>>
>>> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
>>> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>>> ---------------------------------------------------------------------
>>>
>>
>>
>> ---------------------------------------------------------------------
>> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
>> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>>
>> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
>> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
>> No. Rek: 123 0085005314
>> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>>
>> Bank BCA KCP. Manara Mulia
>> No. Rekening: 255-1088580
>> A/n: Shinta Damayanti
>>
>> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
>> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>> ---------------------------------------------------------------------
>>
>>
>>
>>
>> ---------------------------------------------------------------------
>> ----- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
>> ----- Call For Papers until 26 May 2006
>> ----- Submit to: [EMAIL PROTECTED]
>> ---------------------------------------------------------------------
>> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
>> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
>> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
>> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
>> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
>> No. Rek: 123 0085005314
>> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
>> Bank BCA KCP. Manara Mulia
>> No. Rekening: 255-1088580
>> A/n: Shinta Damayanti
>> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
>> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>> ---------------------------------------------------------------------
>>
>>
>
>
> ---------------------------------------------------------------------
> ----- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
> ----- Call For Papers until 26 May 2006 ----- Submit to:
> [EMAIL PROTECTED]
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------
----- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
----- Call For Papers until 26 May 2006
----- Submit to: [EMAIL PROTECTED]
---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------




---------------------------------
Yahoo! Messenger with Voice. PC-to-Phone calls for ridiculously low rates.

Kirim email ke