:)

---------- Forwarded message ----------
From: IndoExplo <[EMAIL PROTECTED]>
Date: May 18, 2006 8:45 PM
Subject: [IndoEnergy] PRODUKSI MINYAK TURUN KOK BIAYA NAIK, FENOMENA GAIB ?
To: [EMAIL PROTECTED]


PRODUKSI MINYAK TURUN KOK BIAYA NAIK, FENOMENA GAIB ?

JAKARTA – Produksi minyak mentah Indonesia pada lima tahun terakhir
yang semakin menurun membuat miris semua pihak. Apalagi dalam kurun
waktu yang sama jumlah biaya produksi minyak mentah justru semakin
meningkat. Bagi para ekonom yang terbiasa dengan industri manufaktur,
fenomena penurunan tingkat produksi yang dibarengi dengan peningkatan
biaya produksi tersebut merupakan hal yang sulit untuk diterima akal
sehat. Karena dalam logika ekonomi mikro, volume produksi mempunyai
korelasi positif terhadap biaya produksi. Artinya, kalau volume
produksi menurun maka seharusnya total biaya produksi juga harus
menurun. Berdasarkan konsep pemahaman tersebut, maka para pakar
menyimpulkan bahwa telah terjadi inefisiensi dalam industri
perminyakan di Indonesia. Dan pihak yang, menurut mereka, patut
dipersalahkan adalah para kontraktor minyak baik asing maupun domestik
sebagai produsen serta BPMIGAS sebagai pemegang amanat pengendalian
kegiatan usaha hulu migas di Indonesia.

Tanpa berpretensi untuk menafikan pendapat para pakar tersebut,
kiranya perlu digali lebih dalam mengenai karakteristik industri migas
yang berdampak pada tingkat produksi dan tingkah laku biayanya.
Sehingga fenomena penurunan produksi yang dibarengi dengan peningkatan
biaya tidak lagi menjadi sebuah fenomena gaib yang membingungkan.

Dalam industri manufaktur, produk yang dihasilkan biasanya merupakan
hasil dari suatu proses produksi yang memproses bahan baku menjadi
barang jadi. Namun tidak demikian halnya di industri hulu perminyakan.
Para produsen minyak tidak pernah melakukan proses produksi seperti
halnya yang berlaku di industri manufaktur, yaitu memproses bahan baku
berupa hidrokarbon menjadi barang jadi berupa minyak mentah. Karena
proses produksi minyak mentah telah dilakukan oleh alam didalam perut
bumi selama ribuan atau bahkan jutaan tahun yang lalu. Kalaupun ada
proses yang dilakukan oleh para produsen minyak mentah adalah proses
pemisahan kandungan air dan mineral lain yang tidak diperlukan.

Karena proses pembentukannya di alam yang memakan waktu jutaan tahun,
maka minyak mentah dikategorikan sebagai non renewable resource.
Sebagai sumber daya alam yang tidak terbarukan, maka semakin banyak
yang diambil (dan dibakar) akan semakin sedikit yang tersisa di perut
bumi. Jumlah yang semakin sedikit tersebut biasanya berada di cekungan
yang sempit dan sulit dijangkau dengan tekanan subsurface yang semakin
rendah. Kalau pada tahap awal produksi minyak mentah bisa mengalir
sendiri (natural flows) karena adanya tekanan subsurface yang tinggi –
sehingga biaya produksi relatif rendah, maka pada tahapan produksi
selanjutnya diperlukan tambahan peralatan dan teknologi yang semakin
canggih untuk dapat mengangkat minyak dari perut bumi – dengan
konsekuensi ekonomisnya adalah semakin meningkatnya biaya yang
diperlukan untuk memproduksi minyak mentah. Dan karena cadangan minyak
yang tersedia juga semakin sedikit, maka walaupun dengan teknologi
produksi yang lebih canggih ( = biaya produksi yang lebih tinggi )
belum tentu dapat menghasilkan minyak mentah yang lebih banyak. Jadi,
kecenderungan umum dari suatu lapangan minyak yang semakin tua adalah
produksi yang semakin turun dan biaya yang semakin tinggi. Batasan
ekonomisnya adalah harga jual minyak mentah. Walaupun produksi semakin
menurun dan biaya semakin meningkat, sepanjang biaya per barrelnya
masih dibawah harga jual, maka biasanya lapangan minyak tersebut tetap
diproduksikan.

Sebagian besar lapangan produksi minyak di Indonesia adalah
lapangan-lapangan yang sudah dieksploitasi selama puluhan tahun,
sehingga kondisinya secara umum adalah tingkat produksi yang semakin
menurun (natural decline) dan diperlukan peralatan dan teknologi
pengangkatan yang lebih canggih – dengan biaya yang lebih besar.
Kalaupun ada lapangan-lapangan baru yang ditemukan, lokasinya berada
di remote area atau di laut dalam ( > 1500 meter ! ). Sehingga biaya
eksploitasi dan pengembangan lapangan tersebut menjadi sangat mahal,
karena harus dimulai dengan membangun infrastruktur (grass root) dan
diperlukan teknologi yang sangat canggih untuk pengembangan lapangan
laut dalam.

Faktor lain yang mendorong peningkatan biaya produksi minyak adalah
tingkat harga minyak yang saat ini sedang meroket karena adanya
pengaruh global. Dengan tingkat harga minyak di kisaran US$ 60/Bbl,
maka semua produsen minyak berusaha untuk meningkatkan produksi minyak
agar dapat menikmati windfall profit yang lebih besar. Meningkatnya
kegiatan eksplorasi dan pengembangan lapangan secara serentak tersebut
mengakibatkan meningkatnya permintaan akan jasa dan peralatan
perminyakan. Sedangkan ketersediaan jasa dan peralatan tersebut
relatif tetap. Sehingga hukum ekonomi berlaku, yaitu harga jasa dan
peralatan perminyakan yang melambung karena adanya permintaan ( demand
) yang melebihi penawaran ( supply ). Misalnya harga sewa rig
pengeboran yang melonjak hampir tiga kali lipat, dan harga baja – yang
merupakan komponen penting dalam pembanguna fasilitas produksi minyak
– juga mengalami peningkatan yang tajam. Pelaksanaan otonomi daerah di
Indonesia juga mempunyai dampak pada terjadinya peningkatan biaya
operasi perminyakan. Misalnya dengan semakin banyaknya jenis retribusi
yang harus dibayar dalam kegiatan operasi perminyakan, kelambatan
proses pembebasan lahan untuk pengeboran, dan lain sebagainya.. Last
but not the least, faktor inflasi juga menyebabkan tren biaya yang
selalu meningkat dari tahun ke tahun.

Kesimpulannya, dengan tetap mengedepankan semangat efisiensi dan
menghindari terjadinya pemborosan dalam kegiatan operasi perminyakan
di Indonesia, faktor-faktor fundamental yang mendorong terjadinya
fenomena penurunan produksi sekaligus peningkatan biaya tersebut perlu
dipertimbangkan dengan seksama sebelum diambil solusi dan langkah
selanjutnya. Lagi pula peningkatan biaya operasi perminyakan di
Indonesia berarti meningkatnya investasi yang selanjutnya dapat
menimbulkan muliplier effects bagi perekonomian Indonesia. ***






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~-->
Home is just a click away. Make Yahoo! your home page now.
http://us.click.yahoo.com/DHchtC/3FxNAA/yQLSAA/IotolB/TM
--------------------------------------------------------------------~->

TAHUKAH ANDA:
- Geothermal hanya menyumbang 800MW listrik (2.5% kebutuhan listrik)
dan hanya 4% dari 20,000 MW of geothermal potential Indonesia !
- Potensi geothermal Indonesia 40% dari Potensi geothermal dunia !
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
   http://groups.yahoo.com/group/IndoEnergy/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
   [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
   http://docs.yahoo.com/info/terms/






--
How to win the game without breaking the rule --> make the new one !

---------------------------------------------------------------------
-----  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-----  Call For Papers until 26 May 2006
-----  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke