Kalau denger cerita dari millist bahwa kita melewati overpressure shale dulu baru karbonat, dan beberapa pihak yang menyalahkan kenapa tidak set casing.
Saya jadi iseng memperkirakan apa yang jadi pertimbangan pihak management lapindo berantas Di well eksplorasi tentu ada banyak pertimbangan yang menurut saya dapat berubah setiap saat karena ketidakpastian (namanya juga eksplorasi ). Dalam kasus BJ-1 ini ketidakpastian yang utama tentunya adalah penentuan formasi dan di mana harus diset casing. Kalau misalnya saya drilling overpressure shale yang di bawahnya karbonat yang loss, di mana kira - kira saya akan set casingnya..? Tentunya penempatan casing hendak menutup semua overpressure zone tapi sebelum zone loss circulation. Nah penentuan titik ini yang akan sangat rumit ( uncertainity seismic, depth conversion etc). Kalau saya set casing terlalu dangkal , sementara masih banyak overpressure shale yang terbuka di atas kujung, maka saya harus set casing tambahan untuk mengcover sisa overpressure zone yang terbuka ( double biaya 2 kali lipat untuk casing )...mahal tapi kemungkinan untuk terjadi kasus banjir lumpur seperti sekarang mungkin tidak akan terjadi ( tapi saat itu saya kan enggak tahu kalau terjadi banjir lumpur akan sangat parah seperti ini) Dan double casing seperti ini tentunya menjadi pertimbangan ekonomis juga (karena ini masih eksplorasi...kalau enggak ketemu / tidak ekonomis kan tidak diganti sama bpmigas ), bisa - bisa jadi kurang biaya nih untuk mengebor prospek yang lain. Nah di sini saya mulai ambil resiko....tentukan batas yang tepat untuk memasang casing sebelum kujung... Saya minta geophysict dan geologist untuk menentukan dengan tepat di mana kita hendak pasang casing, drilling saya minta siap - siap kemungkinan terburuk... dan kemudian gempa...oh kayaknya enggak apa - apa lanjutkan drilling oppps loss...mud hilang...pompa kill mud...casing terlalu dangkal dan akhirnya formasi jebol karena tekanan formasi ( dan mungkin efek gempa sebelumnya yang mempengaruhi kekuatan formasi dan semen saya ) Akhirnya lumpur nyembur dah ke mana - mana..... Kok apes ya ....? Apa saya harusnya slametan dulu sebelum drilling..? Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 Majalah Tempo (edisi 26 Juni-2 Juli 2006) memuat "Kasus Lapindo" dalam kolom Ekonomi dan Bisnis. Di halaman 102 juga dimuat surat dari BPMIGAS - MedcoEnergi yang ditujukan kepada Lapindo Brantas Inc yang isinya diantaranya...mengingatkan Operator untuk menge-set casing 9-5/8" pada kedalaman 8500 ft (kedalaman BJP-1: 9000 ft?) untuk mengantisipasi kemungkinan problem sumur sebelum menembus formasi Kujung (bagian tulisan ini diwarnai dengan wrna kuning). Harapan saya dan kawan-2 tentunya, semoga Tim independen bisa bekerja dengan baik dan profesional, bisa menemukan sumber penyebab musibah; dan musibah segera bisa diatasi sehingga penderitaan warga sekitar dan dampak yang sudah meluas segera berakhir. Wassalam, Sugeng (geologist, yang sedang menjaga pemboran sumur, dan pernah menyaksikan blowout) --------------------------------------------------------------------- --------------------------------------------------------------------- ----- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru ----- Call For Papers until 26 May 2006 ----- Submit to: [EMAIL PROTECTED] --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi ---------------------------------------------------------------------