Lha susahnya ilmiah kegeologian sangat sulit dicerna oleh logika awam, coba 
sebelum terjadi tsunami di Aceh, kalo kita bicara pergerakan lempeng samudera 
yang bertumbukan dengan lempeng benua akan terjadi gempa dahsya dibawah laut 
yang mengakibatkan terjadi tsunami pasti masyarakat awam akan bilang opo iku 
geologi wong edan. Tapi setelah terjadi tsunami aceh perbincangan masyarakat 
tentang tsunami begitu intens bahkan mereke bercerita fenomena tektonik lempeng 
seolah2 melebihi geologist pengetahuannya. Korelasi dengan ini kemarin juga 
begitu wakil IAGI menjelaskan fenomena "mud volcano dan diapiric shale" kepada 
Polda Jatim, yha harus menggunakan bahas ilmiah popular yang terkait dengan 
tingkat pemahaman para Serse. Bahkan dicontohkan begini, kalo dalam dunia 
kedokteran seorang dokter mengatakan bahwa sang pasien yg dia tangani 
dinyatakan menderita usus buntu, kemudian dioperasi dan ternyata bukan usus 
buntu kemudian pasien meninggal, ternyata dokter tdk bias dituntut krn sebelum 
operasi dijalankan ada surat pernyataan yg hrs ditandatangani keluarga pasien 
apapun yg terjadi tdk akan menuntut dokter. Apakah dalam pemboran 
eksplorasi/pengembangan bias dilakukan seperti dokter tadi? lha kalo prognosis 
berdasarkan interpretasi geologi/geofisika berbeda dengan kenyataan kemudia yg 
melakukan interpretasi didakwa melkukan kesalahan, maka kata kawan kita tsb 
bahwa yang salah adalah kurikulum yg dijarakan di PT yang disetujui oleh 
Menteri Pendidikan...lha mestinya Menteri Pendidikan juga harus ikut 
bertanggung jawab dan bias dituntut..yha itulah sekelumit yg bias diceritakan. 
Memang IAGI tdk punya budget khusus utk pembelaan hokum, tapi saya yakin dari 
kawan2 IKADIN ataupun LBH bila IAGI secara resmi minta bantuan mereka juga tdk 
menutup mata.

Salam,


-----Original Message-----
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, July 12, 2006 1:36 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Re: MENGEBOR TANPA CASING (?) / LALAI MEMASANG CASING (?)

Aku kok lebih sreg kalao IAGI memihak ilmiahnya. Atau ikutan judge
dalam kajian scientificnya. Bs saja kajiannya akan memberatkan publik
atau memberatkan bisa saja memberatkan perusahaan. Dalam kasus Buyat
IAGI memberikan kajian ilmiah yg "kebetulan" meringankan pengusaha.
Tapi mungin juga spt kasus tambang "liar" spertinya IAGI lebih condong
ke penataan pemerintah yg lemah. Suatu saat mungkin pihak investor yg
terbuktu tidak tepat dalam operasi. Itu semua konsekuensi logis dari
kajian sains ilmiahnya IAGI.

Aku pikir tdk mudah bagi iagi sebagai "pembela" tapi mungkin IAGI
lebih "mudah" menjeadi pencerah dalam sisi ilmiah ketimbang membela
salah satu sisi.

Just my 2cents

Rdp

On 7/12/06, Muhammadi Darissalam <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Setuju mas Subandrio, asosiasi harus memberikan "perlindungan" kepada
> anggotanya.
>
>   Lumpur Porong adalah musibah, pelajaran mahal bagi kita semua dalam
> perencanaan dan pelaksanaan
>   Bisa dikatakan musibah semi nasional.
>   Harus cepat ditangani, kalau perlu 2orang penting (dan punya sense of
> cricis) yang bisa mengambil keputusan soal biaya dan teknik harus dilokasi.
>   Atau pemerintah ambil alih penanganannya, sehingga bisa semua sektor
> bergerak.
>   Data harus terbuka, jadi semua bisa tahu masalahnya, sehingga
> orang/company di sekitarnya yang punya data lainnya bisa support dan bisa
> belajar (mungkin orang yang sedang mengamati gunung api, survey geofisika
> dll).
>   Bukannya malahan cari siapa yang salah, debat cost recovery apa bukan,
> pidana apa perdata, itu nanti.
>
>   Mereka (orang2 yang terlibat dlm pekerjaan) cari cadangan energi
> (kebutuhan vital semua warga negara), kerja dengan prosedur yang panjang,
> dari mendapatkan daerah, prospect generation, drilling program sampai
> eksekusinya. Banyak ahli dan birokrat terlibat.
>
>   Jangan cari kambing hitam orang bawahan, mereka semua kerja dengan
> prosedur dan perintah. Kalau ada penyimpangan program mesti panjang
> ceritanya sebelum di eksekusi.
>   Orang yang paling konservativ, kaku, sabar tapi dapat ambil keputusan
> dengan cepat dalam bekerja biasanya orang drilling.  Kadang2 mereka
> mementingkan keselamatan, juga asal sumurnya slamet (meskipun tidak bisa
> diproduksikan karena sesuatu salah handling di lumpur atau apa).
>
>   Monggo, assosiasi lebih aktif membela yang lemah.
>   Mungkin juga musibah ini tidak hanya karena sumur, mungkin dipercepat oleh
> gempa, mungkin memang sudah waktunya (melampai titik kritis dlm mencari
> kesetimbangan baru, apanya? ya), mungkin............ Walhu alam wong di
> dalam tanah.
>
>   Wassalam,
>   md
>
>
> Ariadi Subandrio <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>   Sharing idea,
> Terlepas dari siapapun yang menjadi tersangka dalam kasus lumpur porong,
> apakah orang-orang yang menangani surface atau pun orang2 sub-surface, tak
> adakah tim pembelaan hukum dari IAGI..... mengingat masalah lumpur porong
> adalah problema bawah permukaan yang menjadi domain para ahli kebumian,
> IAGI.......
>
> Rasa2nya kok sudah perlu bagi IAGI (+HAGI+IATMI barangkali) untuk memberikan
> perlindungan hukum anggotanya atau pun geologists dan para ahli kebumian
> Indonesia pada umumnya. Pembicaraan SALAH atau BENAR adalah produk hukum
> nantinya, yang penting proses pembelaan hukum penting diberikan oleh
> asosiasi ini bagi para ahli kebumian..... inilah wadah, inilah organisasi,
> inilah asosiasi yang mengayomi warga/anggotanya...
>
>
> lam-salam,
> ar-
>
>
> [EMAIL PROTECTED] wrote:
>
> Ada yang punya press release Lapindo 15/06/06 ?
> Kalau boleh saya minta ke Japri saja .
>
> Si-Abah
>
> ________________________________________________________________________
>
> MENGEBOR TANPA CASING (?) / LALAI MEMASANG CASING (?)
> *andang bachtiar - arema*
>
> Istilah "mengebor tanpa casing" atau "lalai memasang casing" - sehingga
> mengakibatkan kejadian munculnya lumpur dalam skala massif ke permukaan -
> yang dijadikan argumen dari tuduhan banyak pihak (termasuk kepolisian)
> terhadap Lapindo merupakan istilah yang membingungkan. Karena sebenarnya
> yang terjadi adalah: dalam mengebor sumur Banjar-Panji-1 Lapindo "sudah"
> memasang casing 30 inchi pada kedalaman 150 feet, casing 20 inchi pada 1195
> feet, casing (liner) 16 inchi pada 2385 feet dan casing 13-3/8 inchi pada
> 3580 feet (Bahan presentasi Lapindo Press Rilis ke wartawan, 15 Juni 2006).
>
> Nah, ketika mereka mengebor lapisan bumi dari kedalaman 3580 feet sampai ke
> 9297 feet, mereka "belum" memasang casing 9-5/8 inchi yang rencananya akan
> dipasang précis di kedalaman batas antara Formasi Kalibeng Bawah dengan
> Formasi Kujung, yang dalam hal ini ternyata ketemunya di kedalaman 9297 feet
> tersebut. Dalam teknik pengeboran lapisan bumi, tentunya kita tidak mengebor
> lapisan baru dengan memasang casing menembus lapisan terlebih dulu, tapi
> setelah menembus/membuka lapisan baru tersebut menjadi lubang - barulah kita
> turunkan casing untuk menahan lubang supaya tidak runtuh, dan supaya dapat
> digunakan dalam proses eksplorasi selanjutnya (testing, produksi dsb).
>
> Ada juga argumen yang dipicu oleh bocornya surat internal partner (Medco) ke
> media massa (Kompas, 14 Juni 2006) yang menyebutkan bahwa pada 18 Mei 2006,
> Medco sudah mengingatkan Lapindo sebagai operator untuk konsisten pada
> program, yaitu memasang casing 9-5/8 inchi di kedalaman 8500 feet. Maksudnya
> mungkin setelah memasang casing untuk melindungi lubang dari 3580 s/d 8500
> feet itu, maka diperkirakan operasi pemboran akan aman di
> kedalaman-kedalaman berikutnya. Belum tentu juga! Pada saat itu mereka belum
> mengetahui sampai berapa dalam lagi mereka harus mengebor dalam kondisi
> tekanan tinggi (over-pressure) sehinga mencapai puncak Formasi Kujung yang
> relatif tekanannya lebih rendah dari Formasi Kalibeng yang sedang mereka
> tembus di kedalaman 8000-9000an feet tersebut. Yang menarik lagi dari
> argumen-argumen yang mendasari surat yang "bocor" tersebut adalah:
>
> 1.. Sebenarnya bagaimana bunyi program casing 9-5/8 yang tertulis dalam
> > buku program pemboran Banjar-Panji-1?
> > 1.. Kalau bunyinya: "Pasang casing di kedalaman +/- 8500 feet atau
> > apabila telah menembus puncak dari Formasi Kujung; tergantung dari mana
> > yang
> > dicapai terlebih dulu" maka dalam hal kedalaman 8500 feet telah dicapai
> > tapi
> > belum menyentuh puncak dari Formasi Kujung, seharusnyalah pemboran
> > dihentikan untuk evaluasi dalam rangka memasang casing.
> > 2.. Tetapi kalau bunyinya: "Pasang casing di puncak Formasi Kujung
> > yang
> > diperkirakan pada kedalaman +/-8500 feet", maka pemasangan casing pada
> > kedalaman 8500 feet bukan sesuatu yang mandatory (harus dilakukan) tetapi
> > hanya perkiraan saja; sementara tujuan utamanya adalah memasang casing di
> > puncak Formasi Kujung yang dalam hal ini ditembus pada kedalaman 9297 feet
> > (pada saat terjadi loss-circulation atau terhisapnya lumpur ke dalam
> > lubang
> > pemboran karena diasumsikan sudah memasuki Formasi Kujung yang sangat
> > berongga).
> > 2.. Menurut informasi internal dari Lapindo bahwa sebenarnyalah mereka
> > berhenti mengebor pada kedalaman +/- 8700 feet, yaitu setelah menembus
> > 8500
> > feet tapi belum juga mendapatkan puncak Formasi Kujung (informasi ini
> > harus
> > dicek kebenarannya dengan melihat Daily Drilling Report). Dalam operasi
> > pemboran, diperlukan "rat-hole" (lubang tambahan di bawah target
> > penghentian
> > pemboran) untuk mendapatkan informasi lengkap dari kedalaman target yang
> > bisa di-cover oleh panjangnya alat logging (perekam sifat lapisan batuan
> > di
> > lubang pemboran). Dalam hal ini rat-hole tersebut panjangnya 200 feet
> > dibawah 8500 feet. Data keratan batuan (cuttings) dari kedalaman +/- 6100
> > feet sampai 8700 feet semuanya menunjukkan bahwa sumur Banjar-Panji-1
> > menembus lapisan batupasir pada interval tersebut. Demikian juga info yang
> > didapat dari alat perekam lapisan batuan (logging) juga menunjukkan hal
> > yang
> > sama (open hole log ini-pun harus di-cek kebenaran interpretasinya)
> > 3.. Karena ternyata masih belum menembus puncak Formasi Kujung
> > (dibuktikan
> > dengan terus menerus munculnya lapisan batupasir s/d kedalaman 8700 feet),
> > dan karena masih berada pada interval batupasir (yang secara prosedur
> > teknis
> > keselamatan pemboran TIDAK COCOK UNTUK DIPASANGI CASING-SHOE karena
> > kekuatannya terhadap tekanan akan sangat lemah dibandingkan dengan
> > batulempung), dan juga belajar dari pengalaman pemboran Porong-1 yang
> > memasang casing 9-5/8" masih di interval overpressure Kalibeng -
> > menyisakan
> > puluhan feet overpressure Kalibeng Clay untuk dibor lagi sebelum tembus
> > Formasi Kujung - dan setelah itu mengalami "loss" dan "kick"
> > berulang-ulang
> > ketika sudah menembus Kujung (sehingga harus merelakan sumur Porong-1
> > sebagai sumur gagal: disemen "plug" dan ditinggalkan), maka keputusan
> > untuk
> > tidak memasang casing 9-5/8" di 8500 feet merupakan keputusan yang SANGAT
> > RASIONAL, TEKNIKAL, DAN AMAN (SAFE) pada waktu itu.
> > 4.. Tentu saja keputusan untuk meneruskan pemboran tanpa memasang casing
> > 9-5/8" terlebih dulu (setelah run logging pada 8700-an feet) harus
> > didasarkan pada prasayat (asumsi) bahwa:
> > 1.. Seluruh rangkaian casing dangkal sampai intermediate (30", 20",
> > 16",
> > dan 13-3/8") telah terpasang dan TERSEMENKAN dengan sempurna, sehingga
> > kalau
> > terjadi tendangan (kick) dari daerah lubang terbuka di bawah casing-casing
> > tersebut, maka rangkaian casing tidak akan goyang, rusak, atau bahkan
> > jebol.
> > Perlu dicatat bahwa pada waktu mengebor Porong-1, Huffco Brantas juga
> > mengalami loss & kick yang dapat diatasi di permukaan dan tidak
> > menyebabkan
> > retakan di bawah permukaan (underground blow-out) karena casing-casing
> > dangkal & intermediate-nya terpasang sempurna.
> > 2.. Kekuatan menahan tekanan pada sepatu casing (casing-shoe) yang
> > terdalam (yaitu 13-3/8" pada 3580 feet) - yang diukur dari proses Leak-Off
> > Test (LOT) sebelum mengebor lebih dalam dari 3580 feet - benar-benar
> > seperti
> > yang dituliskan dalam laporan pemboran, yaitu: 16.4 ppg EMW, dan maksimum
> > berat lumpur yang dipakai dalam pemboran berikutnya sampai kedalaman
> > maksimum 9580 feet tidak melebih 15.4 ppg (dengan menghitung ECD tambahan
> > 1
> > ppg).
> > 5.. Prasyarat (asumsi) butir 4-a merupakan prasyarat mutlak yang harus
> > diyakinkan pada waktu selesai logging pada 8700 feet dan memutuskan untuk
> > terus mengebor sampai ketemu puncak Formasi Kujung. Apabila pada waktu itu
> > (bahkan pada waktu di awal-awal pengeboran interval 3580-8700 feet) proses
> > evaluasi kekuatan casing-casing yang sudah terpasang tidak dilakukan atau
> > dilakukan dengan seadanya atau dilakukan tanpa mempertimbangkan lebih
> > lanjut
> > tentang factor keamanan-nya lebih rinci, maka hal ini patut disayangkan.
> > Pada kenyataannya terjadinya under-ground blow-out mengindikasikan bahwa
> > casing 13-3/8" telah rusak dan bahkan "menjepit" pipa pada waktu mereka
> > memutuskan untuk mencabut rangkaian pipa secara keseluruhan (Lihat Bahan
> > presentasi Lapindo Press Rilis ke wartawan, 15 Juni 2006). Apabila pada
> > saat
> > itu telah diyakini (dan diketahui) bahwa kondisi casing yang telah
> > terpasang
> > TIDAK AMAN, maka selayaknyalah pengeboran dihentikan saja dan dicarikan
> > rekayasa untuk memperbaiki kondisi casing yang tidak aman tersebut, ..
> > sampai aman,.. baru diteruskan pemborannya. Tetapi apabila kondisi casing
> > yang tidak aman tersebut TIDAK BISA DIAKALI (tidak bisa dikoreksi), maka
> > pilihan terburuknya adalah menge-"plug" lubang dengan semen, merancang
> > ulang
> > disain casing dan mengimplementasikannya di casing-casing dangkal, baik
> > dengan meneruskan pemboran di lubang yang lama, maupun side-track,
> > ataupun.
> > membuat lubang baru.
> > 6.. Prasyarat (asumsi) butir 4-b merupakan prasyarat yang harus diikuti
> > pada waktu sudah memutuskan untuk mengebor lanjut dari 8700 feet-an sampai
> > ketemu dengan puncak Formasi Kujung. Apabila sampai kedalaman 9580 feet
> > dan
> > berat lumpur sudah 15.4 ppg tetapi tetap belum menembus Formasi Kujung
> > (karena prediksi dari seismic meleset), maka mau tidak mau pengeboran
> > harus
> > dihentikan. Selanjutnya: plug dengan semen, mau tinggalkan sumur atau
> > side-track (tentunya setelah evaluasi seismic lagi) terserah kepada
> > operator, tergantung seberapa kuat secara ekonomis Lapindo berani beresiko
> > lagi dengan ketidakpastian interpretasi tsb).
> > 7.. Yang terjadi ternyata: pada 9297 feet matabor menembus formasi yang
> > menyebabkan LOSS CIRCULATION (dengan berat lumpur 14.7ppg??), yang besar
> > kemungkinan itulah puncak dari Formasi Kujung yang ditunggu-tunggu.
> > Prosedur
> > yang dilakukan pada waktu itu adalah mengatasi loss dengan LCM, membuatnya
> > menjadi static, kemudian mencabut rangkaian untuk diganti dengan
> > Open-ended
> > Drill-pipe dalam rangka menyemen-plug zona loss Kujung tersebut. Barulah
> > setelah zona loss ditutup semen, maka casing 9-5/8" akan dipasang précis
> > di
> > puncak Formasi Kujung tsb. NOTHING WRONG dengan rencana tersebut. Malah
> > memang sebenarnya itulah yang harus dilakukan.
> > 8.. Tetapi dalam proses mengimplementasikan rencana tersebut terjadilah
> > hal-hal dibawah ini:
> > 1.. Tendangan (kick) pada waktu matabor sdh diangkat pada kedalaman
> > 4241
> > feet (masih di open-hole). è Ini kemungkinan disebabkan oleh kecepatan
> > POOH
> > yang terlalu cepat (effek swabbing), atau pada saat akan mencabut, hi-vis
> > pill tidak cukup berat menahan tekanan formasi (dari sepanjang interval
> > 4241-9297 yang terbuka tersebut)
> > 2.. Tendangan dapat diatasi dengan menutup BOP, menyalurkan ke
> > diverter
> > yang keluar berupa gas H2S dan air. Ini juga OK, sesuai dengan prosedur.
> > Hanya saja setelah itu dihitunglah killing mud berdasarkan info SIDP dan
> > SICP yang kemungkinan hasil perhitungannya dan juga "the real" killing mud
> > yang dimasukkan beratnya melebihi kekuatan daya dukung casing shoe di 3580
> > feet,.. sehingga menyebabkan retakan di sekitar casing shoe, goyangnya
> > casing 13-3/8" (mungkin semennya kurang =è musti diteliti juga) yang terus
> > merembet ke atas, akhirnya muncul ke permukaan membawa lumpur dari
> > Kalibeng
> > Clay (2000-6000 feet). Harap dicatat: letak casing shoe 13-3/8" ada di
> > tengah-atas dari interval Lempung Kalibeng ini, sehingga material-material
> > inilah yang akhirnya terbawa ke permukaan.
> > 3.. Menganggap bahwa kick sudah bisa diatasi, maka usaha pencabutan
> > rangkaian pemboran diteruskan. Tetapi yang terjadi: STUCK di dalam casing.
> > Hal ini ada 2 kemungkinan penyebabnya: "pack-off" dari cutting, material
> > batuan yang ikut terbawa ke atas pada waktu kick telah membuat casing
> > menjadi "choked-off" sehingga menyempit, atau terjadi CASING COLLAPSE,
> > yaitu
> > casingnya mengkerut di titik terjadinya stuck karena ada tendangan tekanan
> > dari samping yang tidak dapat ditahan karena semennya tidak bagus. Manakah
> > diantara keduanya yang benar: SNUBBING UNIT akan menjawabnya. Jika
> > snubbing
> > unit dapat melewati titik jepitan hanya dengan "washing" the hole maka
> > berarti telah terjadi "pack-off" tapi bila snubbing unit tidak bias
> > melewatinya, berarti casingnya memang telah mengkerut.
> > Dari uraian diatas, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
> > permasalahannya bukan karena tidak memasang casing 9-5/8" di 8500 feet.
> > Tapi
> > karena masalah-masalah lain. Tentunya Tim Investigasi-lah (Pak Rudi
> > Rubiandini dkk) yang nantinya dapat menjelaskan secara rinci kepada kita
> > semua apa sebenarnya masalah yang terjadi. Merekalah yang punya previllege
> > melihat dan menelisik data-data yang ada. Kita hanya dapat mengamati dari
> > kejauhan sambil mencoba menganalisis dari info-info berseliweran yang
> > keabsahannya belum tentu benar. Hanya saja, kalau menggunakan
> > logika-logika
> > operasional pemboran secara umum, maka hal-hal seperti diataslah yang
> > dapat
> > kita sumbangkan kepada anda semua. Belum tentu benar. Harus diTEST , DICEK
> > ,
> > DIKRITISI dengan menengok, memeriksa, melihat data2nya langsung.
> >
> >
> >
> > Jakarta, 7 Juli 2006
> >
> > ADB
>
>
> ---------------------------------
> How low will we go? Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone call rates.
>
>  __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
> http://mail.yahoo.com
>


-- 
http://rovicky.wordpress.com/

---------------------------------------------------------------------
-----  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-----  Call For Papers until 26 May 2006             
-----  Submit to: [EMAIL PROTECTED]    
---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------


---------------------------------------------------------------------
-----  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-----  Call For Papers until 26 May 2006
-----  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke