Sekarang ini skenarionya harusnya skenario darurat , Lumpur sudah tdk dapat distop dan menerjang apapun ( pagi ini tanggul disiring jebol lagi ) < apakah biar tetep didarat atau dibuang ke laut.Kalau didarat ya siap siap saja semuanya keterjang ( jalan 2 ditutup , kampung kampung dipenuhi lumpur , dll ) belum lagi sebentar lagi Hujan dan akan menjadi banjir lumpur ( banjir bandang ) shg lumpur tdk terkontrol lagi., Jika dibuang kelaut , hal hal tsb dapat dihindari ( minimal untuk sementara ) .dan "hanya" masalah lingkungan ekosistem yang terganggu . Jadi Kalau ke Laut Kerugiannya " lebih sedikit " daripada kedarat, Ibaratnya buah simalakama , tapi juga harus segera diambil keputusan., karena sudah darurat. Jadi pertimbangannya tidak lagi normatif , misalnya limbah buangan harus sesuai standar baku , bukan B3 , dll, ( regulasi diabaikan dululah )
ISM TENTANG KERUGIAN AKIBAT LUMPUR PANAS: > Kalau lumpur ini dibuang, lantas material apakah yg nantinya > menggantikan volume yg dibuang ini ? > Secara natural tentunya ada "supply - demand", kalau dibawah terambil > harus ada yg menggantikan, lah kalau dibuang ke laut trus apakah > membiarkan terbentuk cekungan karena nantinya terbentuk "crater" > (collapse) ? > > rdp > > On 8/15/06, wahyu budi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Ya. Tulisan saya sebelumnya dibuat dengan asumsi > > lumpur dibuang ke perairan Selat Madura. Di perairan > > selat itu, berdasarkan pada kedalamannya, tidak akan > > dijumpai termoklin. > > > > 1. lumpur bisa dipompakan ke laut dalam, sampai di > > bawah zona termoklin. Tetapi itu berarti harus > > membangun pipa ke Samudera Hindia di selatan yang > > panjangnya mungkin mencapai 75 km. > > > > 2. bisa juga diangkut dengan tongkang lalu di lepas ke > > laut lepas. Untuk ini juga hanya mungkin di lakukan di > > Samudera Hindia. Ini juga berarti harus menarik sekian > > ribu tongkang. > > > > 3. pengeringan juga bisa, tetapi volumenya yang sangat > > besar juga perlu diperhitungkan. > > > > Dengan berbagai alternatif itu, selain masalah biaya > > yang harus dikeluarkan, hal yang juga perlu diingat > > adalah masalah waktu, yaitu bahwa: > > > > 1. kita belum tahu kapan semburan lumpur itu akan > > berhenti. Sehingga kita juga belum tahu berapa banyak > > lumpur yang akan kita buang dan berapa lama. > > > > 2. kita berpacu dengan kemungkinan datangnya hal hang > > lebih buruk bila musim hujan tiba. > > > > Rasanya perlu juga dipikirkan bila ternyata semburan > > lumpur itu "permanen". > > > > Salam, > > WBS > > > > > > --- Wayan Ismara Heru Young <[EMAIL PROTECTED]> > > wrote: > > > > > atau mungkin bisa di pompa ke laut dalam (seperti > > > tailing tambang newmont nusa tenggara gitu)... > > > tinggal hitung-2an saja, mana yang paling murah, > > > paling kecil dampaknya, dan bisa dilakukan dengan > > > mudah dan cepat (yang paling feasible)... > > > > > > Ariadi Subandrio <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Mas Budi, > > > misalnya lumpur yang seabreg itu (yang water > > > content-nya diatas 70%) itu dikeringkan, lantas sisa > > > solid yang ada unload di laut yang lebih lepas jauh > > > dari kawasan budidaya (tambak dsb) .....apa tidak > > > memungkinkan?.... (anggap saja kayak bawa batubara > > > dari Kaltim, tapi dilepas dilautan lepas, jauh dari > > > batas thermoklin) ..... itu juga kalau mau dibuang, > > > atau barangkali malah bisa dijual ke Singapore.... > > > jadi gak perlu ngeruk dari pasir Riau atau > > > dimanfaatkan lebih serius lagi sebagai sumberdaya > > > baru, misalnya jadi bahan batubata. > > > > > > kayak2nya dengan de-watering (pengeringan) - masak > > > teknologi dan modal kuat gak mampu menangani sih- > > > dan dilakukan simultan oleh beberapa tim permukaan, > > > misalnya : > > > 1. Tim-1 : menangani lumpur yang saat ini existing > > > keluar, asumsi 50.000 M3 per hari. > > > 2. Tim-2 : Menangani lumpur yang sudah terlanjur > > > nyebar berjuta meter kubik itu, dikeringkan juga. > > > > > > Asalkan kita gak buru-buru bilang "susah", rasanya > > > kok seberapa truk, berapa tongkang, berapa banyak > > > "kompor" untuk nguapin air dari lumpur, dsb... pasti > > > bisa dihitung.... dan jangan-jangan jauh lebih murah > > > dari pembiayaan selama ini. Syaratnya satu : Asal > > > mau, dan yang mau ya kudu kompak dari berbagai macam > > > pihak, baik pemerintah, baik lapindo, baik > > > masyarakat..... atau pilihannya adalah tiap hari > > > kita saksikan kesedihan masyarakat sekitar yang > > > semakin perih. > > > > > > Setelah beres urusan permukaan, putuskan > > > penanganan dengan mengkaitkan fakta bawah > > > permukaannya. > > > > > > salam, > > > ar- > > > > > > > > > > > > > wahyu budi wrote: > > > Ide untuk membuang lumpur porong ke laut mulai > > > memuncak. Ada pihak yang setuju dan ada pihak yang > > > tidak setuju. > > > > > > Secara geologis, pembuangan lumpur tersebut ke > > > sungai > > > atau laut tidak menjadi masalah, karena itu hanya > > > sedimen biasa. Tetapi kita perlu melihat hal lain, > > > yaitu penduduk atau masyarakat yang hajat hidupnya > > > berkaitan dengan sumberdaya hayati di pantai dan > > > perairan pesisir atau laut. > > > > > > Secara sederhana, bila lumpur itu dibuang ke laut > > > yang > > > terjadi adalah munculnya kekeruhan yang sangat > > > tinggi > > > di perairan pantai atau pasisir. Hal ini dapat > > > dipandang sebagai pencemaran oleh muatan sedimen. > > > Dampak negatif dari hal itu secara ekonomi bagi > > > nelayan atau petani tambak adalah: > > > > > > 1. Tambak tidak dapat dioperasikan, karena tambak > > > membutuhkan air laut yang baik. Kita perlu > > > menghitung > > > berapa luas tambak yang akan terpengaruh dan > > > nilainya. > > > > > > 2. Kekeruhan perairan yang tinggi menyebabkan tempat > > > hidup ikan rusak dan ikan-ikan akan lari menjauh. > > > Dari > > > sisi nelayan, hal ini berarti kerusakan daerah > > > penangkapan ikan mereka. Akibatnya, para nelayan > > > harus > > > mencari ikan ke daerah yang lebih jauh lagi (yang > > > berarti tambahan biaya operasional). Kita perlu > > > menghitung dimana dan berapa luas daerah penangkapan > > > ikan yang akan terpengaruh. > > > > > > Hal yang penting dilakukan sebelum membuang lumpur > > > itu > > > ke laut atau sungai adalah mempelajari hal berikut: > > > > > > 1. Pola arus dan gelombang, yang akan menentukan > > > arah > > > penyebaran dari lumpur tersebut setelah masuk ke > > > laut. > > > Dari sini bisa diperoleh gambaran daerah-daerah yang > > > akan terkena dampak. > > > > > > 2. Mempelajari "residence time" dari lumpur tersebut > > > bila masuk ke perairan. Hal ini penting untuk > > > memperhitungkan berapa lama lumpur tersebut akan > > > menghilang dari kolom air, dan untuk memperkirakan > > > "lamanya penderitaan" para nelayan yang harus > > > ditanggung atau diberi kompensasi. > > > > > > 3. Dari sisi ekologi, perlu dipelajari berapa lama > > > waktu yang dibutuhkan untuk recovery kerusakan > > > ekosistem yang terjadi. > > > > > > Selanjutnya, hal terpenting dari semua itu adalah: > > > membicarakan semua itu dengan masyarakat nelayan di > > > daerah yang mungkin akan terkena dampak. Tentang apa > > > yang akan dilakukan, bagaimana dampaknya, dan > > > bagaimana kompensasi yang diberikan selama kondisi > > > lingkungan belum pulih. Ini berarti harus ada yang > > > mau > > > menanggung dan memberi kompensasi terganggunya > > > pencaharian para nelayan, sampai semuanya normal > > > kembali. > > > > > > Analisa neraca untuk rugi antara membuang lumpur ke > > > laut dan tidak membuangnya ke laut perlu dilakukan > > > secara transparan. Sehingga tidak ada pihak yang > > > merasa teraniaya. > > > > > > Salam, > > > WBS > > > > > > > > > --- Amir Al Amin wrote: > > > > > > > kenapa tidak dibuang di sungai saja ya..? toh ini > > > > sedimen biasa, bukan tailing. > > > > > > > > LSM lingkungan saja yang paling keras menentang. > > > > Daripada tumpah > > > > kemana-mana , apa tidak membuat kerusakan lebih > > > > luas. > > > > > > > > Berikutnya lapangan ini bisa diekplorasi lagi. > > > > Kalau sampai bangkrut, terus dibeli asing dengan > > > > harga murah. > > > > Inikah yang diinginkan LSM 2 itu? > > > > > > > > salam, > > > > > > > > *********************************** > > > > Amir Al Amin > > > > Operation/ Wellsite Geologist > > > > (62)811592902 > > > > amir13120[at]yahoo.com > > > > amir.al.amin[at]gmail.com > > > > ************************************ > > > > > > > > > > > > > --------------------------------------------------------------------- > > > > ----- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru > > > > ----- Call For Papers until 26 May 2006 > > > > > > > > ----- Submit to: > > > > [EMAIL PROTECTED] > > > > > > > > > --------------------------------------------------------------------- > > > > To unsubscribe, send email to: > > > > iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > > > > To subscribe, send email to: > > > > iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > > > > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > > > > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > > > > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > > > > No. Rek: 123 0085005314 > > > > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > > > > Bank BCA KCP. Manara Mulia > > > > No. Rekening: 255-1088580 > > > > A/n: Shinta Damayanti > > > > IAGI-net Archive 1: > > > > http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > > > > IAGI-net Archive 2: > > > > http://groups.yahoo.com/group/iagi > > > > > > > > > --------------------------------------------------------------------- > > > > > > > > > > > > > > > > > __________________________________________________ > > > Do You Yahoo!? > > > Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam > > > protection around > > > http://mail.yahoo.com > > > > > > > > --------------------------------------------------------------------- > > > ----- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru > > > ----- Call For Papers until 26 May 2006 > > > ----- Submit to: > > > [EMAIL PROTECTED] > > > > > --------------------------------------------------------------------- > > > To unsubscribe, send email to: > > > iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > > > > > === message truncated === > > > > > > __________________________________________________ > > Do You Yahoo!? > > Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around > > http://mail.yahoo.com > > > > --------------------------------------------------------------------- > > ----- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru > > ----- Call For Papers until 26 May 2006 > > ----- Submit to: [EMAIL PROTECTED] > > --------------------------------------------------------------------- > > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > > No. Rek: 123 0085005314 > > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > > Bank BCA KCP. Manara Mulia > > No. Rekening: 255-1088580 > > A/n: Shinta Damayanti > > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > > --------------------------------------------------------------------- > > > > > > > -- > http://rovicky.wordpress.com/ > > --------------------------------------------------------------------- > ----- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru > ----- Call For Papers until 26 May 2006 > ----- Submit to: [EMAIL PROTECTED] > --------------------------------------------------------------------- > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > No. Rek: 123 0085005314 > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > Bank BCA KCP. Manara Mulia > No. Rekening: 255-1088580 > A/n: Shinta Damayanti > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > --------------------------------------------------------------------- > > --------------------------------------------------------------------- ----- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru ----- Call For Papers until 26 May 2006 ----- Submit to: [EMAIL PROTECTED] --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi ---------------------------------------------------------------------