Saya kira kita harus berpikir realistis saja, bahwa mengatasi lumpur tidak akan 
selesai kurang dari 3 bulan. Itupun kalau bisa. Melihat volume lumpur yang 
begitu banyak, kecil kemungkinan rumah atau ladang yang terkubur bisa segera 
kembali dihuni/dimanfaatkan seperti sedia kala, walaupun lumpur bisa diatasi. 
   
  Dalam hal ini, Lapindo yang notabene bertanggung jawab, sebaiknya segera 
menyiapkan lahan untuk relokasi penduduk yang tempat tinggalnya dinyatakan 
tidak mungkin kembali dihuni/dimanfaatkan lagi. Hal ini akan memberi kepastian 
kepada penduduk yang mengungsi, yang makin lama makin "panas" karena terlalu 
lama mengungsi dan ketidakpastian jaminan ganti rugi.
   
  Selanjutnya, lahan yang sudah dibebaskan tersebut bisa tetap sebagai genangan 
lumpur sementara (kalau semburan bisa diatasi) atau permanen (kalau tidak bisa 
diatasi). Kalau semburan bisa diatasi, perlahan-lahan lumpur bisa dibersihkan 
(untuk bikin bata, atau sekedar dibuang ke laut, dll). Kalau tidak bisa 
diatasi, lahan itu bisa dijadikan tempat geowisata atau dibiarkan sampai kill 
itself. 
   
  Yang perlu di sadari, kalaupun dalm 3 bulan semburan bisa diatasi, 
membersihkan lumpur hingga siap huni akan memakan waktu berbulan-bulan. Pada 
saat itu penduduk sudah menjadi sangat "marah".
   
   
   
  Salam
  Pujas
  

Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Kalau lumpur ini dibuang, lantas material apakah yg nantinya
menggantikan volume yg dibuang ini ?
Secara natural tentunya ada "supply - demand", kalau dibawah terambil
harus ada yg menggantikan, lah kalau dibuang ke laut trus apakah
membiarkan terbentuk cekungan karena nantinya terbentuk "crater"
(collapse) ?

rdp

On 8/15/06, wahyu budi wrote:
> Ya. Tulisan saya sebelumnya dibuat dengan asumsi
> lumpur dibuang ke perairan Selat Madura. Di perairan
> selat itu, berdasarkan pada kedalamannya, tidak akan
> dijumpai termoklin.
>
> 1. lumpur bisa dipompakan ke laut dalam, sampai di
> bawah zona termoklin. Tetapi itu berarti harus
> membangun pipa ke Samudera Hindia di selatan yang
> panjangnya mungkin mencapai 75 km.
>
> 2. bisa juga diangkut dengan tongkang lalu di lepas ke
> laut lepas. Untuk ini juga hanya mungkin di lakukan di
> Samudera Hindia. Ini juga berarti harus menarik sekian
> ribu tongkang.
>
> 3. pengeringan juga bisa, tetapi volumenya yang sangat
> besar juga perlu diperhitungkan.
>
> Dengan berbagai alternatif itu, selain masalah biaya
> yang harus dikeluarkan, hal yang juga perlu diingat
> adalah masalah waktu, yaitu bahwa:
>
> 1. kita belum tahu kapan semburan lumpur itu akan
> berhenti. Sehingga kita juga belum tahu berapa banyak
> lumpur yang akan kita buang dan berapa lama.
>
> 2. kita berpacu dengan kemungkinan datangnya hal hang
> lebih buruk bila musim hujan tiba.
>
> Rasanya perlu juga dipikirkan bila ternyata semburan
> lumpur itu "permanen".
>
> Salam,
> WBS
>
>
> --- Wayan Ismara Heru Young 
> wrote:
>
> > atau mungkin bisa di pompa ke laut dalam (seperti
> > tailing tambang newmont nusa tenggara gitu)...
> > tinggal hitung-2an saja, mana yang paling murah,
> > paling kecil dampaknya, dan bisa dilakukan dengan
> > mudah dan cepat (yang paling feasible)...
> >
> > Ariadi Subandrio wrote:
> > Mas Budi,
> > misalnya lumpur yang seabreg itu (yang water
> > content-nya diatas 70%) itu dikeringkan, lantas sisa
> > solid yang ada unload di laut yang lebih lepas jauh
> > dari kawasan budidaya (tambak dsb) .....apa tidak
> > memungkinkan?.... (anggap saja kayak bawa batubara
> > dari Kaltim, tapi dilepas dilautan lepas, jauh dari
> > batas thermoklin) ..... itu juga kalau mau dibuang,
> > atau barangkali malah bisa dijual ke Singapore....
> > jadi gak perlu ngeruk dari pasir Riau atau
> > dimanfaatkan lebih serius lagi sebagai sumberdaya
> > baru, misalnya jadi bahan batubata.
> >
> > kayak2nya dengan de-watering (pengeringan) - masak
> > teknologi dan modal kuat gak mampu menangani sih-
> > dan dilakukan simultan oleh beberapa tim permukaan,
> > misalnya :
> > 1. Tim-1 : menangani lumpur yang saat ini existing
> > keluar, asumsi 50.000 M3 per hari.
> > 2. Tim-2 : Menangani lumpur yang sudah terlanjur
> > nyebar berjuta meter kubik itu, dikeringkan juga.
> >
> > Asalkan kita gak buru-buru bilang "susah", rasanya
> > kok seberapa truk, berapa tongkang, berapa banyak
> > "kompor" untuk nguapin air dari lumpur, dsb... pasti
> > bisa dihitung.... dan jangan-jangan jauh lebih murah
> > dari pembiayaan selama ini. Syaratnya satu : Asal
> > mau, dan yang mau ya kudu kompak dari berbagai macam
> > pihak, baik pemerintah, baik lapindo, baik
> > masyarakat..... atau pilihannya adalah tiap hari
> > kita saksikan kesedihan masyarakat sekitar yang
> > semakin perih.
> >
> > Setelah beres urusan permukaan, putuskan
> > penanganan dengan mengkaitkan fakta bawah
> > permukaannya.
> >
> > salam,
> > ar-
> >
>
>
> >
> > wahyu budi wrote:
> > Ide untuk membuang lumpur porong ke laut mulai
> > memuncak. Ada pihak yang setuju dan ada pihak yang
> > tidak setuju.
> >
> > Secara geologis, pembuangan lumpur tersebut ke
> > sungai
> > atau laut tidak menjadi masalah, karena itu hanya
> > sedimen biasa. Tetapi kita perlu melihat hal lain,
> > yaitu penduduk atau masyarakat yang hajat hidupnya
> > berkaitan dengan sumberdaya hayati di pantai dan
> > perairan pesisir atau laut.
> >
> > Secara sederhana, bila lumpur itu dibuang ke laut
> > yang
> > terjadi adalah munculnya kekeruhan yang sangat
> > tinggi
> > di perairan pantai atau pasisir. Hal ini dapat
> > dipandang sebagai pencemaran oleh muatan sedimen.
> > Dampak negatif dari hal itu secara ekonomi bagi
> > nelayan atau petani tambak adalah:
> >
> > 1. Tambak tidak dapat dioperasikan, karena tambak
> > membutuhkan air laut yang baik. Kita perlu
> > menghitung
> > berapa luas tambak yang akan terpengaruh dan
> > nilainya.
> >
> > 2. Kekeruhan perairan yang tinggi menyebabkan tempat
> > hidup ikan rusak dan ikan-ikan akan lari menjauh.
> > Dari
> > sisi nelayan, hal ini berarti kerusakan daerah
> > penangkapan ikan mereka. Akibatnya, para nelayan
> > harus
> > mencari ikan ke daerah yang lebih jauh lagi (yang
> > berarti tambahan biaya operasional). Kita perlu
> > menghitung dimana dan berapa luas daerah penangkapan
> > ikan yang akan terpengaruh.
> >
> > Hal yang penting dilakukan sebelum membuang lumpur
> > itu
> > ke laut atau sungai adalah mempelajari hal berikut:
> >
> > 1. Pola arus dan gelombang, yang akan menentukan
> > arah
> > penyebaran dari lumpur tersebut setelah masuk ke
> > laut.
> > Dari sini bisa diperoleh gambaran daerah-daerah yang
> > akan terkena dampak.
> >
> > 2. Mempelajari "residence time" dari lumpur tersebut
> > bila masuk ke perairan. Hal ini penting untuk
> > memperhitungkan berapa lama lumpur tersebut akan
> > menghilang dari kolom air, dan untuk memperkirakan
> > "lamanya penderitaan" para nelayan yang harus
> > ditanggung atau diberi kompensasi.
> >
> > 3. Dari sisi ekologi, perlu dipelajari berapa lama
> > waktu yang dibutuhkan untuk recovery kerusakan
> > ekosistem yang terjadi.
> >
> > Selanjutnya, hal terpenting dari semua itu adalah:
> > membicarakan semua itu dengan masyarakat nelayan di
> > daerah yang mungkin akan terkena dampak. Tentang apa
> > yang akan dilakukan, bagaimana dampaknya, dan
> > bagaimana kompensasi yang diberikan selama kondisi
> > lingkungan belum pulih. Ini berarti harus ada yang
> > mau
> > menanggung dan memberi kompensasi terganggunya
> > pencaharian para nelayan, sampai semuanya normal
> > kembali.
> >
> > Analisa neraca untuk rugi antara membuang lumpur ke
> > laut dan tidak membuangnya ke laut perlu dilakukan
> > secara transparan. Sehingga tidak ada pihak yang
> > merasa teraniaya.
> >
> > Salam,
> > WBS
> >
> >
> > --- Amir Al Amin wrote:
> >
> > > kenapa tidak dibuang di sungai saja ya..? toh ini
> > > sedimen biasa, bukan tailing.
> > >
> > > LSM lingkungan saja yang paling keras menentang.
> > > Daripada tumpah
> > > kemana-mana , apa tidak membuat kerusakan lebih
> > > luas.
> > >
> > > Berikutnya lapangan ini bisa diekplorasi lagi.
> > > Kalau sampai bangkrut, terus dibeli asing dengan
> > > harga murah.
> > > Inikah yang diinginkan LSM 2 itu?
> > >
> > > salam,
> > >
> > > ***********************************
> > > Amir Al Amin
> > > Operation/ Wellsite Geologist
> > > (62)811592902
> > > amir13120[at]yahoo.com
> > > amir.al.amin[at]gmail.com
> > > ************************************
> > >
> > >
> >
> ---------------------------------------------------------------------
> > > ----- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
> > > ----- Call For Papers until 26 May 2006
> > >
> > > ----- Submit to:
> > > [EMAIL PROTECTED]
> > >
> >
> ---------------------------------------------------------------------
> > > To unsubscribe, send email to:
> > > iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> > > To subscribe, send email to:
> > > iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> > > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> > > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> > > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> > > No. Rek: 123 0085005314
> > > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> > > Bank BCA KCP. Manara Mulia
> > > No. Rekening: 255-1088580
> > > A/n: Shinta Damayanti
> > > IAGI-net Archive 1:
> > > http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> > > IAGI-net Archive 2:
> > > http://groups.yahoo.com/group/iagi
> > >
> >
> ---------------------------------------------------------------------
> > >
> > >
> >
> >
> > __________________________________________________
> > Do You Yahoo!?
> > Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam
> > protection around
> > http://mail.yahoo.com
> >
> >
> ---------------------------------------------------------------------
> > ----- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
> > ----- Call For Papers until 26 May 2006
> > ----- Submit to:
> > [EMAIL PROTECTED]
> >
> ---------------------------------------------------------------------
> > To unsubscribe, send email to:
> > iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> >
> === message truncated ===
>
>
> __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
> http://mail.yahoo.com
>
> ---------------------------------------------------------------------
> ----- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
> ----- Call For Papers until 26 May 2006
> ----- Submit to: [EMAIL PROTECTED]
> ---------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
>
>


-- 
http://rovicky.wordpress.com/

---------------------------------------------------------------------
----- PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
----- Call For Papers until 26 May 2006 
----- Submit to: [EMAIL PROTECTED] 
---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------




    Salam,
  PUJASMADI
  [EMAIL PROTECTED]



                
---------------------------------
Do you Yahoo!?
 Next-gen email? Have it all with the  all-new Yahoo! Mail Beta.

Kirim email ke