Kamis, 07 September 2006  20:58:00
Andang Bachtiar: Luapan Lumpur Panas Lapindo tak Bisa Dihentikan


Surabaya-RoL-- Geolog yang mantan Ketua Umum IAGI (Ikatan Ahli Geologi
Indonesia), Dr Ir Andang Bachtiar MSc berpendapat bahwa luapan lumpur panas
Lapindo di Porong, Sidoarjo sejak 29 Mei 2006 itu, tidak bisa dihentikan.

"Itu karena data-data dan bukti eksplorasi yang saya terima menunjukkan, apa
yang terjadi adalah 'mud vulcano' (gunung lumpur) yang dipicu proses
pengeboran," ujarnya usai berbicara dalam simposium tentang pembuangan
lumpur Porong di ITS Surabaya, Kamis (7/9).

Menurut konsultan independen di bidang migas ini, pihaknya mengemukakan hal
itu dalam forum simposium bukan untuk menakut-nakuti. Namun mengingatkan
perlunya pemikiran untuk mencari solusi dalam kondisi luapan lumpur yang tak
dapat dihentikan.

"Kita sebaiknya memikirkan skenario terburuk, karena bila penilaian saya
benar maka luapan lumpur itu bisa berlangsung dalam 5-10 tahun. Kalau itu
yang terjadi, saya kira perlu adanya penanganan masyarakat dalam radius 2 x
2 kilometer dari pusat rekahan," ungkapnya.

Dosen tamu di berbagai universitas itu menjelaskan, masyarakat dalam radius
2 x 2 kilometer itu, perlu dipikirkan sejak sekarang untuk diselamatkan
sebelum mereka benar-benar tenggelam.

"Tapi, data berapa yang tenggelam dan berapa yang dapat diselamatkan itu
masih perlu studi lebih lanjut, karena saya hanya tahu bahwa mud vulcano itu
tidak bisa dihentikan. Fakta itu berbeda dengan di tempat lain yang bersifat
alami seperti gempa, tapi yang terjadi di Porong itu dipicu proses
eksplorasi," tegasnya.

Senada dengan itu, Rektor ITS Surabaya Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA ketika
dikonfirmasi ANTARA menegaskan bahwa luapan lumpur yang setiap harinya
mencapai 50.000 meterkubik adalah fakta yang perlu dicermati saat ini.

"Artinya, bagaimana mengelola lumpur tersebut untuk menyelamatkan manusia
sebagai prioritas. Ada tiga langkah yang dapat ditempuh dalam manajemen
pengelolaan lumpur, yakni memisahkan air dan lumpur melalui 'treatment'
(proses penjernihan)," katanya.

Setelah itu, melokalisir luapan lumpur yang tentu membutuhkan  "pond" (kolam
penampungan) yang maha besar. Kemudian langkah lain adalah pembuangan air
dan lumpur yang ada.

"Untuk air lumpur mungkin bisa dibuang ke sungai setelah melalui proses
treatment, tapi pembuangan lumpur-nya bisa ke kalimati, laut, atau untuk
reklamasi. Mana yang paling tidak pahit dari semua pilihan yang pahit itulah
yang akan dirumuskan dalam simposium," tuturnya. antara/pur



---------------------------------------------------------------------
-----  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-----  Call For Papers until 26 May 2006             
-----  Submit to: [EMAIL PROTECTED]    
---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke